webnovel

Amerikano

"Cepet pakai yang ini." Selly menyerahkan setelan kemeja berwarna peach dan rok span pendek berwarna grey pada Marisa.

Tanpa banyak bicara Marisa menerimanya dan berjalan menuju ruang ganti. Dan keluar menuju tempat Selly yang masih sibuk memilih beberapa baju lagi.

Dengan sekali lihat Selly sudah tahu betul ukuran Marisa. Jadi dia langsung mengambil beberapa setelan lagi lalu membayarnya ke kasir.

"Apa ini perlu? Ehm maksudku apa ini gak berlebihan buat karyawan baru sepertiku?" tanya Marisa penasaran setelah dia menerima beberapa paper bag berisi baju untuknya.

"Aku hanya menjalankan perintah dari Pak Daniel. Aku juga gak mengerti kenapa Pak Daniel melakukan ini semua. Apa kamu punya hubungan spesial dengan Pak Daniel?" tanya Selly penasaran.

"Gak ada kok, aku cuma pernah ketemu sama dia waktu kami berada di Korea," jawab Marisa.

Marisa gak mungkin bilang pada Selly kalau saat itu dia membutuhkan uang Daniel untuk bisa kembali ke Indonesia. Apalagi dia sampai harus menyewa satu kamar berdua.

Kalau ingat hal itu Marisa menjadi kesal karena ternyata Daniel adalah orang kaya. Dia bisa saja menyewakan satu kamar lagi kenapa dia bersikeras hanya menyewa satu kamar?

Setelah selesai mereka segera kembali ke kantor. Dan Selly mengenalkan Marisa pada staff kantor pada saat itu. Tentu saja itu membuat seisi kantor heboh. Dan mereka mulai berbisik-bisik bergunjing tentang Marisa.

"Dengar-dengar cuma lulusan D3?" bisik salah satu staff.

"Iya, malahan dia cuma mantan waiters," tambah staff lain.

"Enak ya kalau kerja melalui koneksi, bisa langsung masuk gitu," staff lainnya mulai bergabung.

"Oi oi, kalian kalau mau bergosip lebih baik bekerja di stasiun TV sana!" bentak Daniel saat ia tak sengaja melihat mereka sedang bergunjing tentang Marisa.

Para staff langsung terdiam, kembali ke tempat masing-masing dan sibuk bekerja kembali. Kiara dari tadi hanya duduk diam di samping Selly. Dia sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Karena ini kali pertama dia bekerja di sebuah perusahaan.

Selly sibuk sendiri dengan pekerjaannya tanpa menganggap Marisa ada di sebelahnya.

"Apa ada yang bisa aku kerjakan?" tanya Marisa hati-hati.

Selly melirik Marisa lalu menyerahkan beberapa berkas padanya.

"Fotocopy ini rangkap dua," perintah Selly. Dia memberikan beberapa berkas pada Marisa untuk difotocopy. Lalu kembali fokus pada layar komputer.

Marisa kembali bersemangat setelah mendapat tugas pertamanya. Dia berjalan ke ruangan depan di mana banyak staff berada di sana. Lagi-lagi Kiara mendapat pandangan tak menyenangkan dari beberapa staff yang ada di sana. Meskipun ada juga sebagian kecil yang tidak peduli namun tetap membuat Marisa merasa tak enak hati.

Marisa mengcopy lembar demi lembar dari berkas yang ia bawa. Dia berusaha tidak mempedulikan mereka. Setelah selesai Marisa berniat kembali ke meja kerjanya, tapi salah satu staff menghentikannya.

"Sekalian fotocopy berkasku bisa kan?" tanya seorang staff tanpa memandang Marisa. Dia hanya mengangkat berkasnya ke udara, dan Marisa langsung menghampirinya dan mengambil berkasnya.

"Oh iya setelah ini tolong belikan kami kopi di Coffe shop seberang kantor," kata staff tersebut setelah Marisa memberikan berkasnya yang sudah di copy.

"Aku mau Americano, kalian mau apa? Biar aku yang bayar," kata staff tersebut dan di sambut riuh staff lain.

Marisa mulai mencatat beberapa pesanan kopi karena ada sepuluh staff di ruangan itu dan mustahil dia akan mengingatnya.

Marisa kembali ke meja Selly lalu menyerahkan berkasnya. Kemudian pamit pada Selly kalau dia akan ke Coffe shop sebentar karena staff depan menyuruhnya membelikan mereka kopi.

Selly mengerutkan dahinya dan tidak berkata apa-apa dan membiarkan Marisa pergi. Tepat setelah itu Daniel keluar dari ruangannya.

"Kemana dia?" tanya Daniel pada Selly. Daniel menunjuk kursi milik Marisa.

Selly langsung berdiri setelah mendengar pertanyaan Daniel.

"Ehm itu dia bilang staff depan memintanya membelikan kopi," jawab Selly.

"Kenapa dia mau melakukanya? Dia sekretarisku bukan sekretaris mereka," kata Daniel lalu kembali ke ruangannya dan membanting pintu.

Daniel melihat seseorang yang sedang meregangkan tubuhnya di sofa ruangannya.

"Sampai kapan kamu mau tidur di situ?" tanya Daniel pada Ardo.

Daniel dan Ardo sudah berteman sejak kecil. Dan di perusahaan Daniel, Ardo adalah salah satu pemegang saham terbesar. Jadi bisa di katakan posisi Ardo tepat di bawah Daniel.

Tapi karena mereka berteman dekat jadi Ardo lebih sering bertindak sesukanya karena dia suka berbuat usil pada sahabatnya itu.

"Ruanganku sedang di tata ulang. Jadi aku akan berada di sini lebih lama sedikit," ucap Ardo lalu membenarkan posisinya.

"Kalau begitu pulang aja dan tidur di rumahmu," kata Daniel.

"Bolehkah?" tanya Ardo.

Dia menoleh pada Daniel.

"Terserah, lakukan sesukamu. Bukannya biasanya kamu selalu seperti itu?" ucap Daniel tanpa memandang Ardo.

"Baiklah Bapak Presdir, aku mau beli kopi sebentar biar aku tidak ngantuk lagi," kata Ardo lalu keluar dari ruangan Daniel.

***

Ardo tertarik dengan pemandangan di depannya setelah dia masuk ke dalam Coffe shop. Dia mendapati Marisa, wanita yang ia temui tadi pagi sedang kerepotan membawa beberapa gelas kopi di kedua tangannya.

Mendadak niat Ardo untuk membeli kopi sirna, dia memasukkan ID card nya ke dalam saku jas nya lalu menghampiri Marisa.

"Boleh ku bantu?" tanya Ardo tiba-tiba membuat Marisa terkejut sekaligus senang melihat pria yang ia kagumi menyapanya. Ternyata dia belum melupakan wajah dirinya.

Ardo mengambil alih sebagian besar kopi yang dibawa Marisa, hingga menyisakan satu kantong saja untuk Marisa bawa.

"Jadi kamu udah di terima kerja?" tanya Ardo dan di jawab anggukan oleh Marisa. Marisa tidak berhenti tersenyum di samping Ardo.

Apalagi setelah Ardo melindungi Maris dari seseorang yang berlari di jalan dan tidak sengaja hampir menabrak Marisa. Ardo segera menghalangi Marisa dari tubuh orang itu.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Ardo.

"Ehm, gak apa-apa," jawab Marisa tersipu.

"Kenapa kamu gak bilang kalau kamu bekerja di sini?" tanya Marisa setelah mereka masuk ke dalam kantor.

Beberapa karyawan yang berpapasan dengan mereka hendak menyapa Ardo tapi dengan cepat Ardo menggelengkan kepalanya untuk mencegah dan hal itu tidak disadari oleh Marisa.

"Kamu gak tanya," jawab Ardo sambil tersenyum pada Marisa.

Seisi staff di ruangan langsung berdiri setelah Marisa sampai dan memberikan pesanan mereka satu persatu. Wajah mereka mendadak menegang melihat Ardo membawakan kopi mereka dan berdiri di belakang Marisa.

Jari telunjuknya dia letakkan di depan mulutnya, mengisyaratkan mereka untuk tidak mengatakan apa-apa tentangnya.

"Apa kita masih bisa selamat?" bisik salah satu staff setelah Marisa dan Ardo pergi dari hadapan mereka.

Selly terkejut setelah melihat kedatangan Marisa bersama Ardo. Dia berdiri dari kursinya. Ardo hanya tersenyum dan kembali ke ruangan Daniel.

"Apa ada yang membuatmu senang?" tanya Daniel setelah Ardo masuk ke dalam ruangannya dan tersenyum-senyum sendiri.

"Apa sekarang kamu punya dua sekretaris?" tanya Ardo.

"Emang kenapa?" Daniel balik bertanya.

"Boleh dong buatku satu." Ardo tersenyum pada Daniel.

"Jangan harap kamu mendapatkan Selly," jawab Daniel.

"Bukan Selly, aku tahu dia sekretaris berhargamu. Tapi sekretaris barumu," ucap Ardo.

Daniel menghentikan aktifitasnya, berkas yang akan ia tanda tangani tidak sengaja tercoret olehnya. Dia menatap tak percaya Ardo yang tersenyum di depannya.