webnovel

LDR part 4

Yola masuk ke dalam kamarnya, lalu buru-buru Ia mandi dan menjalankan sholat Ashar, setelah itu Ia segera mengambil laptopnya dan memulai panggilan video kepada suaminya. Abdul yang masih tertidur menjadi terbangun setelah Yola menelponnya beberapa kali dengan mata yang masih agak berat, Abdul meraih laptopnya dan memulai pembicaraan dengan sang istri tercinta.

"Assalamualaikum, sayang." Sapa Yola, Abdul tersenyum senang.

"Waalaikumsalam, ada apa sayangku? Biasanya kamu ga menelpon disaat jam segini? Kamu baik-baik saja kan?" Tanya Abdul yang agak khawatir pada istrinya.

"Alhamdulilah aku baik-baik aja. Kamu sehat kan?" Tanya Yola balik.

"Alhamdulilah sehat, aku tahu pasti kamu mau cerita sesuatu?" Tebak Abdul, Yola tersenyum lebar, lalu mengangguk.

"Iya, memang iya… aku ada kabar baru lagi nih, Yang."

"Kabar apa?"

"Aku bisa mengikuti kelas percepatan jika nilai semesterku tahun ini bagus,"

"Oya, bagus lah kita bisa cepat berkumpul lagi, tapi aku ga mau ya kamu jadi lupa jaga kesehatan hanya karena ingin kejar nilai bagus, aku ga apa-apa nungguin kamu kok." Ujar Abdul sambil membelai wajah Yola di layar laptop.

"Tentu saja tidak, aku bisa mengikuti perkuliahan dengan baik, itu artinya aku juga bisa mendapatkan nilai yang baik juga kan? Tapi masalahnya…"

Abdul mengerutkan dahi, "Masalahnya apa?" Tanya Abdul penasaran.

"Jika aku lolos seleksi maka aku harus dibimbing sama dosen terkiller di kampus, dan ternyata orang yang bertabrakan denganku waktu aku ke toilet dulu, itu adalah dosen killernya, pantas saja dia Cuma diam aja ga ngomong apa-apa, terus tadi dia mengajar ilmu bisnis di kelasku, Ya Allah sayangku, aku udah takut banget kalau missal dia ingat sama aku terus mempersulit aku dalam mengikuti mata kuliahnya, Eh, ternyata dia diam aja, tapi sempat liatin aku gitu, aku jadi takut."

Abdul tersenyum, "Kamu terlalu berpikir negative pada orang lain, belum tentu dia mau berbuat jahat sama kamu, belum tentu dia juga mau mempersulit kamu, dan belum tentu juga dia orang jahat beneran, siapa tahu dia aslinya orangnya baik, hanya saja ingin membuat mahasiswanya lebih disiplin jadi dia galak."Ujar Abdul.

Yola mengangguk, "Terus aku harus gimana dong, dan ternyata nih, dia itu yang tinggal disamping rumah, warga baru waktu itu."

"Oh, yang laki-laki berjambang itu?" Tanya Abdul.

"Iya," jawab Yola sambil mengangguk.

"Kelihatannya dia orang baik, hanya saja karena dia seorang bisnisman jadi memang dia harus bersikap tegas, demi kelangsungan usahanya." Kata Abdul.

"bagaimana kamu tahu kalau dia seorang bisnisman?" Tanya Yola penasaran.

"Waktu itu sempat ngobrol dengan Jasson asistennya kalau tidak salah namanya itu."

"O, yang laki-laki bermata biru itu ya, kalau jalan selalu dibelakangnya Mr. Martin terus, itu namanya Jasson rupanya."

"Ya, Jasson asisten Martin." Ucap Abdul.

"Kok kamu ga bilang kalau tehu tentang Mr.Martin jadi aku ga terlalu takut gitu tadi pagi."

"Ya mana aku tahu juga kalau ternyata dia mengajar mata kuliah kamu, aku pikir dia hanya seorang bisnisman saja."

"Yang, doakan aku ya… supaya nilai aku semester ini dan semester depan bagus, jadi aku bisa lulus lebih cepat karena ikut kelas percepetan."

"Aku belum ijinin kamu untuk ikut kelas percepatan lho, sayang."

"Yaaahhhh…. Ijinin dong, aku mau cepet lulus kuliah." Rengek Yola membuat Abdul ingin mencubit hidungnya, untung saja jauh jadi mustahil untuk Ia lakukan.

"Ya udah aku ijinin tapi dengan catatan, kamu tidak memaksakan keadaan kamu, berhenti jika kamu lelah, sebelum aku menyuruh kamu berhenti. Paham?" Kata Abdul.

"Paham pak boss, Oya, makasih uangnya tadi aku sudah pakai untuk jajan di kantin, sama beli makanan kecil di supermarket."

"Iya sama-sama sayang, jangan lupa beli buah, makan sayur dan vitaminnya." Pesan Abdul.

"Iya sayang. Iya. Aku bakal lakuin semuanya, biar aku sehat dan selalu vit, supaya kuliah ku lancar dan cepat pulang ketemu kamu. Aku udah kangennn banget." Kata Yola sambil memeluk boneka yang dibelikan oleh Abdul.

Abdul tertawa kecil melihat kelucuan istrinya dari dalam laptop. "Untung kamu jauh, coba kalau dekat, pasti aku ciumin dan aku tarik hidungnya." Ucap abdul.

"Ye… janganlah, nanti hidung aku panjang kayak pinokio gimana coba?"

"Ya ga apa-apa biar ga ada laki-laki lain yang naksir sama kamu, cukup aku aja." Ucap Abdul lalu tersenyum lebar.

"Ih kamu tuh."

"kamu sudah makan belum, yang?" Tanya Abdul pada istrinya yang sedang menatap dirinya melalui layar laptop.

"Udah makan dikampus tadi, sama Katy, aku sudah cerita tentang Katy kan?"

Abdul mengangguk, "Gadis bermata coklat berambut panjang, lalu kalau duduk sukanya di dekat kamu." Kata Abdul.

"Iya benar."

"hati-hati lho, siapa tahu dia suka sama kamu." Goda Abdul.

"Ye, aku masih doyan kamu yang, ga doyan sama Katy." Yola tertawa begitu juga dengan Abdul.

"Iya maaf, aku Cuma bercanda. Fatih lagi apa?"

"Fatih lagi berenang tuh kayaknya, pulang kuliah langsung ke teman belakang, terus nyemplung ke kolam."

"kenapa? Kegerahan atau pusing karena mata kuliah?"

"Dua-duanya kali." Ucap Yola lalu tersenyum kecil.

"Gimana kuliah kamu disitu yang?" Tanya Yola.

"Lancar dan baik-baik saja."

"Pembangunan asrama putrid bagaimana?"

"Asrama putrid sudah mulai dibangun, berkat bantuan dari ayah, Om Ronal dan Om Rey. Jadi bisa membangun dua asrama sekaligus, Alhamdulilah."

"Alhamdulilah, santri baru yang masuk banyak?"

"Alhamdulilah banyak sekitar 1000 an, lah."

"Banyak juga ya, bagaimana kalau ga dibangun pasti tempatnya kurang, kan kasian santri baru kalau tempatnya tidak nyaman, takutnya mereka jadi tidak betah."

"Iya sih, untung tempatnya cukup untuk menampung mereka."

"Alhamdulilah deh, lalu bagaimana kerjaan kamu? Ada klien yang rese atau suka godain kamu?"

"Ada, namanya orang pasti ada saja yang godain, tapi ya biarkan saja yang penting aku tidak tergoda, karena hatiku sudah tergoda dan termiliki oleh seorang gadis bernama Yolanda Mahendra."

"Aduhhh meleleh hati dedek abang…" ucap yola sambil tertawa. Begitu juga dengan Abdul yang terbahak meliaht Yola yang guling-guling diatas kasur.

"Kamu itu ya,"

"Udah mau subuh lho Yang, sana bangun kemasjid, doakan aku, doakan kita ya yang."

"Iya, selalu aku berdoa buat kamu buat kita berdua, kamu harus selalu semangat."

"tentu dong aku pasti semangat, untuk masa depan kita."

"Aku sayang kamu."

"Aku juga sayang banget sama kamu, Abdul. Suami aku yang paling tampan, sholih dan rajin menabung buat jajanin aku dan bikini aku rumah."

Abdul tertawa lebar, "Ya lah, semua untuk kamu sayang."

"Ya udah deh, selamat bersubuhan, aku mau nengokin Fahri dulu, Assalamualaikum."

"waalaikumslam sayang."

Next chapter