webnovel

Twins Bad Girl And Mafia

Misi~ kasih power stone setiap hari untuk karya ini ya, supaya masuk rank dan dibaca lebih banyak orang! *** "Aku selalu berfikir apa alasanmu mengajakku mendirikan Clan Mafia kak" Adeeva Mishall Mandres "Sesuatu yang berharga tidak bisa dilindungi hanya dengan kasih sayang, lakukan apa yang bisa membuatmu kuat dan membuat lawanmu tunduk terhadapmu" Adeera Mishall Mandres. Adeera Mishall Mandres dan Adeeva Mishall Mandres, dua gadis kembar yang menaklukan dunia malam 4 tahun setelah mereka mendirikan dua clan mafia berpengaruh.

FIFIanNUR31 · Teen
Not enough ratings
297 Chs

Salah Sasaran

Happy Reading...

****

Drap!

Drap!

Drap!

Eva berlari kencang menyusuri lorong rumah sakit, ia langsung pergi ke tempat yang di benci olehnya dengan cepat, itu semua karena mendapat telfon dari Alejandro, Sepupu jauh nya.

"Sus! Di mana ruang Adeera Mishall Mandres?!" tanya Eva panik, gadis remaja itu sekarang tidak lagi memikirkan dirinya yang hanya mengenakan sebuah hoodie kebesaran, dan celana lima centi di atas lutut.

"Ah... Anda tinggal naik ke lantai 3, ruang khusus dekat ICU."

Setelah tau di mana kakaknya berada, Eva langsung saja berlari naik, dirinya bahkan melupakan satu hal penting. Di samping tangga yang ia naiki, terdapat sebuah lift yang bisa lebih cepat mengantarkan dirinya ke lantai tiga.

Brak!

Firasatnya sudah memberitahu, di mana kakaknya berada. Tanpa ragu Eva mendobrak pintu ruang khusus, membuat seisi ruangan terkaget-kaget dibuatnya.

"Evaaa... Lo ngagetin," keluh Misha memijit keningnya pusing, adik satu-satunya itu sangatlah bar bar jika mengenai kesehatan dirinya.

"Kak! Lu gapapa kan?! Bagaimana bisa lu ke tembak semudah itu?" tanya Eva panik. Menyadari ada orang lain di ruangan itu, Eva menatap horor Alejandro yang duduk di sofa.

"Bang... Musuh lu kan?" tanya Eva horor. Alejandro hanya bisa nyengir tanpa memberikan penjelasan, Eva itu lebih ganas daripada Misha, pria berusia 23 tahun tersebut masih sayang wajah. Eva mainnya cakar cakaran, tidak lucu kalau wajahnya rusak karena kuku panjang Eva kan?

"Bang Ale, kenapa sih... Setiap lo dateng pasti ada aja kejadian gak mengenakkan seperti ini, lu bawa jimat kutukan atau bagaimana sih?" tanya Eva gemas, merasa si tanya oleh Eva, pria itu segera merogoh kantong celananya dan menyodorkan sebuah kertas pada gadis itu.

"Apa nih?" heran Eva, jika Eva bingung, Misha sudah mengetahui kertas apa itu. Dia hanya bisa menghela napas dan mencoba mengacuhkan keduanya, memfokuskan diri pada apel di depannya.

"Jimat kutukan..." ujar Alejandro polos. Eva melebarkan matanya dan menarik kertas itu cepat, matanya bergerak membaca huruf demi huruf yang terangkai rapi. "Lu... Serius bang?" tanya Eva mencoba membaca tulisan yang ada di dalam kertas.

"Uhum! Rasanya menyenangkan jika musuh mengetahui di mana dirinya berdiri."

Kekehan seram keluar dari mulut Alejandro, bulu kuduk Eva langsung saja berdiri, lain halnya dengan Misha yang malah bersemangat ketika ingin menyiksa orang yang membuatnya sakit.

"Gak paham."

Eva berkata cepat, ia benar-benar heran dengan kelakuan Alejandro, apa pria tampan itu salah minum obat? Mencurigakan sekali' gumam Eva.

"Jadi tuh, gin--" penjelasan Alejandro di sela oleh Misha yang sekarang muak dengan pertengkaran kecil di depannya yang tak kunjung berakhir, tolong lah... Dirinya sedang sakit ini, ya walau cuma bahu sih.

"Udah, stop berantemnya. Capek gue denger kalian berantem! Sana beliin gue ketoprak!" suruh Misha menggunakan nada yang galak. Eva maupun Alejandro bahkan di buat bergidik ngeri.

"Syiap yang mulia Ratu!" seru keduanya dan berlari keluar ruangan.

Misha menatap pintu yang telah mengantarkan kepergian dua keluarganya, wah, firasat Misha tidak enak sekarang.

Eva, jangan cari masalah yah__ gumam Misha di benaknya.

****

Alejandro dan Eva bersenda gurau di sela acara jalan santai menuju kamar inap Misha, di tangan Eva, terdapat sebungkus ketoprak pesanan Misha. Keduanya berjalan dengan santai tanpa merasakan firasat buruk sedikitpun.

"Gue gak nyangka, lu gak bisa makan pedes! Buahahahaha!" tawa Eva menyembur keluar saat mengingat kejadian beberapa waktu lalu, Di mana, Alejandro menangis dengan wajah merah karena tidak tahan rasa pedas.

Wajah pria tampan itu memerah, ing*s yang keluar, serta wajah yang tidak bisa di kondisikan lagi. Baru Eva ketahui sebuah fakta lucu dari Alejandro, untung saja dirinya sempat menjepret pria itu, lumayan, bisa ia gunakan untuk mengejek Alejandro bersama sang kakak.

"Stop Eva, berhenti membahas hal itu..." geram Alejandro mengalihkan pandangannya, jujur saja dirinya malu karena ketahuan tidak bisa makan pedas. Bukannya berhenti, Eva malah menjadi.

"Uluh uluh... Lihat nih, foto candid siapa ini?" goda Eva menunjukkan foto Alejandro di ponsel pintarnya. "Eva!" tegur Alejandro, Eva menggeleng dan cekikikan tidak jelas.

Srek!

Di saat keduanya tengah berjalan di lorong lantai tiga, hampir sampai di kamar sang kakak. Eva merasakan rambut terurainya di jambak dari belakang, ia meringis dan berbalik untuk menatap si pelaku.

"Apa yang anda lakukan?" desis Alejandro tak suka, yang boleh mengganggu sepupu imutnya itu hanya dirinya seorang! Bagaimana bisa wanita paruh baya yang sudah keriput itu berani memperlakukan Eva seperti itu?!

"Berani-beraninya kau muncul seperti tidak ada masalah?! Putra saya berada di ruang ICU karena kau!" bentak wanita itu tanpa alasan yang jelas.

Kening Eva berkerut tanda keheranan dengan wanita paruh baya ini, dengan tenang ia bertanya. "Nama putra ibu siapa? Takutnya anda salah orang..."

Plak!

Oke, Alejandro sekarang sudah muak, ia segera menahan tangan kiri wanita paruh baya yang masih ingin kembali menampar Eva.

"Apa kesalahan sepupu saya, tante?!" tekan Alejandro menatap wanita paruh baya itu tidak suka.

"Apa kau tuli?! Sudah ku bilang itu karena gadis murahan ini membuat anak saya koma!" bentak wanita itu menunjuk-nunjuk Eva.

Plak!

"Tan, tangannya gausah nunjuk kek gitu dong! Gak sopan banget!" omel Alejandro balik. Bukannya malu, wanita itu makin menjadi. "Waah, anak kecil mengajarkan sopan santun pada orang tua?! Zaman sekarang anak anak bisanya main hp terus!" decih wanita itu.

Kebingungan dengan perkataan wanita itu, Alejandro segera membalas, "Apa hubungannya masalah ini dengan ponsel, Tan? Jauh banget!" bentak Alejandro, ia telah kehabisan stok kesabaran.

Kebisingan di luar membuat Shakeel yang tertidur nyenyak akibat bius, kini terbangun, pria itu duduk dengan susah payah dan menatap pintu kaca yang bisa menampakkan orang di luar.

Kenapa berisik sih? Mama lagi ribut sama siapa? Suka banget nyari masalah__gumam Shakeel menggaruk rambutnya yang gatal.

"Tante... Saya engga paham maksud perkataan tante..."

Tunggu, Shakeel yang hendak kembali tidur terdiam di tempat, ia segera menoleh dan melotot kaget. "Eva?!" seru Shakeel kencang.

Tanpa mementingkan alat yang terpasang di tubuhnya, Shakeel berlari keluar, menubruk tubuh Eva dan menangis sejadi-jadinya.

"Lu... Kenapa sih?" heran Eva, kenapa Shakeel ada di Rumah sakit juga? Apa ini asa hubungannya dengan sang kakak?

"Misha gak papa kan? Aku khawatir banget pas liat Misha yang ku kira Kau hampir ke tembak," gumam Shakeel mencium rambut Eva.

Shakeel di paksa melepaskan pelukan itu, dirinya di pegangi oleh sang ayah dan sang kakak, yang hanya terdiam mendengarkan ibu Ratu.

"Ngapain kamu meluk orang yang jadi penyebab kamu seperti ini Shakeel!" bantak wanita itu.

"Dasar gadis murahan! Apa yang kau lakukan pada pytra saya?! Apa kamu telah menjual tub--"

"Ma! Dia Eva! Saudari kembar dari cewe yang aku selamatkan! kenapa mama bersikap sekasar ini?!" bentak Shakeel, walau kepalanya masih sakit dan darah terus menetes, Shakeel sangat marah dengan perlakuan sang ibu.

"Apa?!"

***

Huhuhu, gak nyangka bisa ke kejar...

kalau ada yang pengen ditanyain yaudah tanyakan saja, malu bertanya sesat dijalan~