webnovel

NAFSU LELAKI

"Maaf ya agak telat datang kesini tante." Anggara langsung menyalami tangan Tante amel.

"Harusnya gak perlu repot-repot datang kesini kalau kamunya lagi sibuk Anggara, lagian Sarah pasti ngerti kok." Tante amel hanya bisa tersenyum bangga saja melihat pengorbanan Anggara yang cukup besar untuk putri tunggalnya itu, ia tahu seluruh kebenarannya dan terkadang ada perasaan iba didalam hatinya sebab baginya semua hal yang menimpa Sarah tidak seharusnya Anggara yang pantas menanggung semua itu .

"Santai aja tante, lagian hal yang utama bagi saya saat ini juga kesembuhan Sarah."

"Kamu memang anak yang baik ya." Puji Tante amel .

"Tante bisa aja, oh iya tante.. Gimana keadaan Sarah? dia udah minum obat kan? udah makan?"

"Udah kok Angga, malahan sekarang Sarah udah mau teleponan dengan papanya yang kerja diluar kota."

"Wah beneran? bagus dong tante." ucap Anggara yang tak kalah senangnya.

"Dia malahan enjoy banget terapi hari ini, kayaknya dokter susi benar-benar Dokter yang tepat buat terapi Sarah."

Anggara bisa melihat jelas sebuah senyuman bahagia yang terpancar diwajah tante amel, ia bahkan tak bisa mengingat kapan terakhir kali beliau berhenti menangisi Sarah yang kala itu benar-benar down dan hampir kehilangan akal sehatnya.

"Yaudah kalau gitu Angga masuk ya Tante, sekalian mau ngasih boneka ini buat Sarah." Tante Amel hanya mengangguk saja seraya kembali melanjutkan pekerjaannya untuk menyiram tanaman dan mempersilahkan Anggara masuk .

Anggara yang memang sudah sering kerumah Sarah sampai hafal denah rumah tunangannya itu, dan tak segan-segan ia kadang merasa kalau Rumah sarah sudah seperti rumahnya sendiri saja.

Walaupun ia terkadang selalu melewatkan makan siang hanya untuk menemani Sarah, mencoba menyemangati gadis itu atau sekedar memeriksa gadis itu setiap saat bila sewaktu-waktu ia kehilangan kontrol untuk mencoba bunuh diri.

"Kamu bawa apa?" tanya Sarah yang langsung menutupi buku hariannya tatkala saat melihat Anggara memasuki kamarnya, ia memang lebih banyak menghabiskan waktu mengurung diri dikamar semenjak hari itu dan baginya kamar adalah satu-satunya tempat yang sangat nyaman untuk terhindar dari dunia luar dan bayangan tentang Anggi .

"Buat kamu, tadi aku lihat pas mau datang kesini dan keingat deh kalau kamu sukanya boneka pikachu."

Sarah langsung tersenyum dan meraih boneka Pikachu pemberian Anggara , ia tampak senang sampai buru-buru melepaskan plastik yang membungkus boneka itu dan memeluknya erat-erat.

"Makasih ya.." ucapnya senang.

"Akhirnya aku bisa melihat senyuman kamu lagi." gumam Anggara yang langsung meraih Kursi rias Sarah dan menariknya tepat disebelah ranjang Sarah.

"Oh iya kali ini aku beneran minum obat kok, jadi kamu gak usah khawatir apapun dan kalau bisa jangan keseringan kesini kalau lagi sibuk." tukas Sarah yang langsung menyadari alasan sebenarnya Anggara yang kerap menyempatkan diri menghampirinya.

"Lagian aku juga gak mau kali tiap detik buat kamu khawatir, kamu punya kehidupan sendiri yang harus kamu nikmatin."

"Kamu juga udah jadi bagian dari kehidupan aku kok sekarang."

"Tapi kamu juga punya kehidupan lain kan, jadi mulai hari ini kamu jangan terlalu mengkhawatirkan aku ya karena aku bakal berusaha untuk belajar kuat kok."

"Makasih ya udah berusaha tetap kuat." Anggara tak bisa menyembunyikan perasaan senangnya, ia benar-benar bangga atas sikap Sarah yang benar-benar berbeda hari ini padahal seingatnya kemarin Sarah masih sangatlah rapuh untuk sekedar ditinggal olehnya.

Dan dalam keheningan selama beberapa saat ini, Anggara tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Sarah yang sedang sibuk memeluk erat boneka pemberiannya tersebut tanpa sekalipun ia menyadari perubahan mendadak dari seorang Sarah.

"Kalau nanti aku udah sembuh total, kamu bisa kok mengakhiri pertunangan kita." ucap Sarah seraya tetap tersenyum dihadapan Anggara.

Namun bukannya mengiyakan atau sekedar menyetujui hal itu, Anggara malah tidak terlalu menggubris hal tersebut dan malah bangkit dari kursi.

"Nanti kapan-kapan kita cat ulang ya kamar kamu, kayaknya warna pinknya udah agak memudar deh." Anggara berusaha membuka percakapan ringan dengan niat untuk mengalihkan ucapan Sarah barusan, yang membuat Sarah hanya tersenyum aja dan malah ikut berdiri menghampiri Anggara yang saat itu sedang menatap jendela kaca kamar.

"Kamu gak seharusnya memendam penyesalan sebesar ini atas apa yang menimpaku Anggara, lagian waktu itu kamu gak salah kok." lirih lembut Sarah yang kini sudah berdiri dihadapan Anggara, ia bisa melihat jelas kalau tubuh Anggara kini sudah lebih tinggi darinya dimana saat ini ia hanya seukuran leher Anggara dan terlalu mungil untuk dipeluk oleh Cowok itu.

"Harusnya aku menghentikan Kak anggi saat itu, itu adalah penyesalanku sampai sekarang."

"Aku malahan merasa ini bukan kesalahan kamu sama sekali, lagian wajar kalau kamu terdiam saat itu karena kamu itu syok. Kamu harus belajar memaafkan diri kamu sendiri." Sarah membelai wajah tirus Anggara dengan kedua tangannya, baginya Anggara hanyalah seorang cowok yang takkan bisa dimiliki olehnya Sampai kapanpun dan merelakan Anggara adalah satu-satunya pilihan yang tepat saat ini.

"Aku tahu kalau kamu sama sekali gak menyukai aku , jadi gak ada alasan untuk kita tetap mempertahankan pertunangan ini apalagi sampai memikirkan ke jenjang yang lebih serius Nantinya. "

Anggara bisa melihat kesedihan dari balik mata Sarah yang sampai detik ini sama sekali gak sanggup untuk di hadapinya, baginya kesedihan yang terpancar dari wajah Sarah hanya mengingatkannya pada kejadian waktu itu saja dimana ia bisa membayangkan seberapa rapuhnya Sarah waktu itu yang sampai sekarang sulit dimaafkannya.

"Kata siapa aku gak mempunyai perasaan apapun ke kamu?" tanya Balik Anggara yang membuat Sarah cuman bisa tersenyum saja.

"Aku ini cewek dan aku bisa peka dong mana cowok yang menyukai aku dan cowok yang sama sekali gak punya perasaan apapun ke aku." Sarah melepaskan belaiannya dari wajah Anggara.

"Aku bisa buktikan kok!" tukas Anggara yang tidak mau mengalah kepada kenyataan yang diungkapkan Sarah, ia tidak ingin Sarah merasakan kekecewaan kembali seperti perasaan kecewa yang diperbuat Anggi dulu dan baginya membalas perasaan Sarah adalah hal yang tepat untuk saat ini.

"Bukti apa sih Angga? lagian kalau kamu memang gak suka sama aku juga gak masalah kok, aku bisa memahami itu kok dan aku juga bakal belajar move on dari kamu setelah nanti aku benar-benar sembuh dan mengakhiri pertunangan kita." jelas Sarah panjang lebar .

Anggara yang usai mendengarkan penjelasan Sarah malah semakin merasa bersalah, dan entah kenapa hanya ada satu hal saja yang saat itu muncul dipikirannya yang jelas-jelas tak pernah sekalipun terlintas dipikirannya.

Dengan hembusan nafas panjang, ia meletakkan kedua tangannya kebahu Sarah dan mendorong gadis itu dengan cepat ke dinding lalu mendaratkan bibirnya tepat di bibir hangat Sarah sampai membuat gadis itu terkejut dan langsung menggelengkan kepalanya berkali-kali sebagai tanda penolakan kepada Anggara , sayangnya Anggara yang saat itu mencium Sarah seraya memejamkan matanya tak menyadari hal tersebut dan masih saja bergelumut dengan bibir tipis Sarah dan memang Anggara yang memang sama sekali tidak mempunyai pengalaman apapun sampai kebablasan memasukkan lidahnya kedalam mulut Sarah dan mengemut bibir Sarah.

Bagi Anggara , mungkin ini adalah satu-satunya tindakan yang terpikirkan olehnya untuk membuktikan kalau ia layak menjadi tunangan untuk Sarah meskipun hal ini sama sekali tidak didasari oleh cinta tetapi setidaknya ini bisa meyakini Sarah untuk tetap bertahan dengannya tanpa ia sadari kalau tindakannya saat ini mengingatkan Sarah pada masa-masa kelamnya waktu itu, Sarah langsung menolak kasar Anggara darinya dan menampar keras pipi Anggara seraya menangis sejadi-jadinya.

Anggara yang kala itu amat terkejut sampai tak tahu lagi bagaimana rasa sakit tamparan tunangannya itu, apalagi melihat air mata yang menjatuhi pipi Sarah semakin membuatnya terluka dan merasa bersalah.

"Keluar dari kamarku sekarang!" lirih Sarah dengan keadaan kedua tangan yang gemetar hebat.

"Aku minta maaf, aku pikir-" Anggara berusaha meraih jemari Sarah , ia tidak habis pikir kalau tindakannya barusan malah membuat gadis itu semakin takut.

"Tolong pergi sekarang!!!!" teriak Sarah yang sudah kehilangan kesabaran, ia benar-benar tampak ketakutan sampai terduduk lemas dilantai dan keributan yang diperbuatnya membuat tante Amel menjadi panik dan langsung menerobos masuk ke kamar .

"Pergi sekarang!!!!" jerit Sarah lagi seakan-akan ia seperti melihat sosok Anggi yang ditakutinya itu berada didalam diri Anggara, ia benar-benar telah kehilangan akal untuk membedakan keduanya kini.

Tante amel yang sama sekali tidak tahu kejadian saat itu, hanya bisa memeluk erat putri kesayangannya tersebut dan memberikan isyarat kepada Anggara untuk segera pergi dari kamar tersebut sementara waktu.

"Biar Tante yang menenangkan Sarah, kamu tunggu didepan aja!" perintah Tante serius Anggara sama sekali tak melawan dan hanya bisa menurut saja.

Dan kini ia hanya bisa menunggu didepan ruang tamu tanpa tahu apa yang sedang terjadi pada Sarah saat ini didalam kamar, rasa bersalahnya kini mulai semakin membara dan jauh lebih besar dari sebelumnya sampai emosinya jadi gak karuan.

Hampir satu jam Anggara menunggu diruang tamu dengan perasaan khawatir, akhirnya suara pintu kamar yang memperlihatkan Tante amel sedikit melegakan hatinya.

"Gimana Sarah , Tante?" tanyanya tanpa bertele-tele.

"Sarah udah tidur nyenyak kok, tadi tante udah kasih obat penenang seperti saran dokter susi jadi kamu gak usah khawatir lagi ya."

"Aku minta maaf tante, ini semua salah aku."

"Tante udah maafin kok, lagian kamu kan tahu sendiri kondisi mental Sarah belum stabil jadi tante rasa ini bukan kesalahan kamu sepenuhnya jadi Tante harap kamu lebih hati-hati lagi ya dalam memahami perasaan Sarah."

Anggara hanya mengangguk saja.

"Lebih baik kamu segera pulang, mungkin besok Sarah udah lebih baik."

"Baik tante, tapi boleh gak sekali aja aku lihat Sarah sebelum pulang?" tanyanya, tante Amel hanya mengangguk saja .

"Sebentar saja ya?"

"iya tante, makasih ya Tante." Anggara langsung berjalan perlahan-lahan memasuki kamar Sarah dan hatinya sedikit lega melihat Sarah sudah tertidur pulas.

Ia langsung mengambil boneka pikachu pemberiannya yang tergeletak dilantai dan diletakkannya disebelah Sarah, lalu ia meletakkan tangannya di punggung tangan kanan Sarah .

"Maaf ya udah berbuat keterlaluan sama kamu, aku janji mulai hari ini gak bakal pernah lagi buat kamu nangis kayak tadi." ucapnya lalu pergi meninggalkan kamar itu dengan perasaan yang sedikit lega, setidaknya ia telah memastikan kalau Sarah sudah lebih mendingan .