webnovel

Pindah rumah

Seminggu setelah keributan yang terjadi di kampus Darren, ada seseorang yang menghubungi Daddy Heri. Ia mengaku jika mengetahui keberadaan ketiga putri keluarga Pratama.

Daddy Heri yang kelewat bahagia, langsung memberi tahu Mom Jia tanpa mengintimidasi informasi tersebut. Mom Jia pun mendekat ikut mendengarkan pembicaraan Daddy dengan sang informan.

"Ketiga putri bapak sekarang ini ada dengan saya. Silahkan menyiap uang sebanyak 30 miliar jika ingin ketiga putri bapak dan ibu kembali dengan selamat," ucap sang informan yang ternyata seorang penculik.

"Saya tunggu kabar dari anda minggu depan pada jam yang sama dengan hari ini," sambung sang penculik lalu mematikan sambungan.

Sontak Mom Jia kaget mengetahui jika ketiga putri tercintanya diculik. Kekhawatiran kembali memenuhi hati dan pikiran Mom Jia.

"Bagaimana ini Dad? Apa Ara, Kinan dan Yasmin baik-baik saja? Apa mereka mendapatkan cukup makanan? Apa mereka sangat tersiksa? Dad..." tanya Mom Jia tanpa henti.

Daddy Heri pun berusaha tegar dan menenangkan istrinya.

"Sudahlah Darling, mereka pasti baik-baik saja. Setidaknya sekarang ada titik terang tentang keberadaan Ara, Kinan dan Yasmin."

Setelah menenangkan Mom Jia, Daddy Heri langsung menghubungi asisten pribadinya untuk menyiapkan uang 30 miliar sesuai dengan yang diinginkan si penculik. Daddy Heri juga menghubungi ketiga sahabatnya tentang titik terang mengenai keberadaan ketiga putrinya itu.

"Wijaya, aku menemukan ketiga putriku! Aku sangat senang," ucap Daddy Heri pada Mr. Wijaya melalui telepon.

"Aku turut senang Her, aku akan memberitahu yang lain," jawab Mr. Wijaya sumringah.

"Ah, biar aku saja. Kalian datang saja ke rumah," ucap Daddy Heri.

Mr. Wijaya pun segera memberitahu kedua sahabatnya agar segera ke rumah Daddy Heri.

Setelah semua sahabat Daddy berkumpul, Daddy Heri memberitahukan informasi detailnya. Tentang syarat yang diberikan penculik ketiga putrinya itu. Namun, ada rasa curiga yang mengganjal dalam benak Mr. Anderson. Ia merasa aneh jika ketiga putri Heri kabur dan tak ada yang mengetahui identitas mereka bertiga, mengapa baru sekarang mereka diculik.

"Her, apa kau tidak merasa aneh?" tanya Mr. Anderson.

"A-, ah sebentar. Ada telepon masuk," ucap Daddy Heri tak jadi menjawab perkataan Mr. Anderson.

Daddy melihat nomor yang tertera di layar ponselnya. Nomor tak dikenal yang menghubunginya, namun Daddy tetap mengangkat telepon itu.

"Permisi, apa benar ini Bapak Heri dari keluarga Pratama?"

"Iya, betul. Ini dengan siapa ya?" tanya Daddy memastikan.

"Ah, syukurlah. Saya ada informasi mengenai keberadaan putri bapak. Kemarin Saya melihat sebuah video yang tengah viral di sosial media. Saya akan mengirimkannya pada bapak. Mohon dipeeiksa Pak," jawab sang informan tanpa mau memyebutkan identitasnya.

Sambungan telepon pun terputus dan tak lama ada sebuah pesan masuk yang berisi tautan video.

Daddy Heri dan ketiga sahabatnya pun menonton video itu bersama-sama. Dalam video itu terlihat banyak gerombolan orang yang sedang membully seseorang di sebuah koridor.

Mereka tampak fokus dengan video yang diputar. Di sana memperlihatkan betapa mengenaskan seseorang yang dibully itu. Bajunya berantakan, berlumuran telur yang dilempar mahasiswa lain. Sampai video itu fokus ke seseorang itu membuat Daddy Heri membulatkan mata. Meskipun bercadar, dia tetap bisa mengenali putri bungsunya.

"Yasmin," ucap Daddy Heri dengan mata yang sudah memerah lantaran marah. Kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun. Dia tidak terima putri bungsu kesayangannya dibully habis-habisan.

Ketiga sahabatnya ikut terkejut, bagaimana mungkin Yasmin bisa terbully.

"Di mana Yasmin, Dad?" tanya Mom Jia dengan nada yang bergetar. Dia baru saja turun dari kamar.

Daddy Heri bungkam, "Cepat katakan di mana putriku? Dad!" ucap Mom jia dengan nada penekanan. Kemudian, dia melihat video yang tengah diputar itu.

"Apa ini?" Mom Jia merebut paksa ponsel milik Daddy Heri. Diputarnya lagi video itu dari awal hingga sampai saat wajah Yasmin terlihat.

"Yasmin," lirih Mom Jia, lututnya lemas seketika melihat putri bungsunya dibully bahkan dilempar dengan telur.

Sakit, hati seorang ibu mana yang tidak sakit melihat putri yang disayangi selama ini dibully bahkan difitnah sangat keji.

Daddy Heri langsung merengkuh tubuh lemah itu, berusaha menenangkan sang istri.

"Dad, cepat selamatkan putri kita, Dad. Aku nggak mau Yasmin kenapa-napa. Cepat!" histeris Mom Jia, Daddy Heri hanya menganggukkan kepala. Tentu saja dia tidak akan tinggal diam melihat putrinya diperlakukan tidak adil seperti itu.

Istri ketiga sahabat Daddy Heri pun menenangkan Mom Jia. Sedangkan yang lain, segera mencari tahu di mana kejadian itu.

Di sisi lain Kinan yang sudah mengetahui jika keberadaan mereka sudah tidak aman pun langsung meminta pertolongan dengan Kenzo, karena cuma dia satu-satunya orang yang bisa melindungi dan menolongnya.

Kinan pun merasa ragu ketika ingin meminta tolong, tapi dia harus membuang rasa gengsinya itu demi kedua saudaranya. Kenzo yang melihat gerak-gerik Kinan pun langsung menghampiri Kinan.

"Honey, kamu kenapa?" tanya Kenzo.

"Em Ken, apa aku boleh minta tolong," jawab Kinan.

"Tentu, kamu mau minta tolong apa honey! Katakan aja," ucap Kenzo.

"Carikan aku tempat tinggal baru, sepertinya Daddy dan yang lainnya sudah tahu keberadaan kami," ucap Kinan.

"Boleh saja, tapi ada syaratnya," ucap Kenzo dengan tersenyum menyeringai.

"Sudah kuduga, cepat katakan apa syaratnya," ucap Kinan memutar bola mata malasnya.

"Tidak usah terburu-buru aku akan memberitahu kamu nanti, sekarang kita pulang dan bereskan barang-barang kalian," ucap Kenzo.

"Baiklah," ucap Kinan dengan malas.

Kenzo mengantarkan Kinan pulang, ia akan membawa Kinan, Ara dan Yasmin ke mansion miliknya sendiri. Karena itu tempat yang paling aman dan daddynya tidak akan tahu.

Sesampainya di rumah Kinan dan Kenzo bergegas turun, lalu masuk ke dalam Ara bingung melihat adiknya jalan terburu-buru.

"Kamu kenapa, Dek?" tanya Ara.

"Kak, sekarang kita bereskan barang-barang kita. Orang suruhan Daddy sudah tahu keberadaan kita." ucap Kinan.

"What, kamu tidak bercanda kan," ucap Ara.

"Sudah jangan banyak tanya lagi Kak, cepat kita bereskan barang-barang kita dan satu lagi suruh Yasmin juga," ucap Kinan.

Ara pun mengangguk dan menyuruh Yasmin untuk membereskan barang-barangnya, sedangkan Kenzo pun membantu Kinan untuk membereskan baju-bajunya.

"Honey, ini foto kamu pas umur berapa," ucap Kenzo sambil memegang sebuah foto.

"Umur 7 tahun," ucap Kinan.

"Pantesan Daddyku ngotot ingin jodohin aku sama kamu, ternyata memang dari kecil kamu sudah sangat cantik," ucap Kenzo.

"Gombalanmu sangat receh Tuan Kenzo," ucap Kinan.

"Setidaknya aku bisa menghiburmu Nyonya Kenzo," ucap Kenzo terkekeh.

"Baiklah, sekarang cepat bantu aku untuk membawa turun koperku ini," ucap Kinan.

"Iya-iya, Honey." ucap Kenzo.

Setelah semuanya selesai mereka pun segera pergi dari ruko menuju ke mansion milik Kenzo.