webnovel

The Tales of Lixe

Pada suatu hari, ketiga dunia yang seharusnya terpisah bersatu. Dunia itu adalah Iume, Lapha, dan Veden. Masing-masing dunia mempunyai ras-ras yang menghuninya. Kejadian itu membuat seluruh dunia terkejut, tetapi di tengah itu tiba-tiba ras-ras dari Lapha menyerang dan mengakibatkan perang besar pertama. 20 tahun kemudian Edward, seorang pemuda yatim piatu yang mempunyai sebuah tujuan besar yaitu untuk membuat perdamaian di seluruh dunia. Edward adalah pemuda yang tidak mempedulikan ras karena dia menganggap seluruh ras itu sama. Tetapi tujuan itu sangatlah jauh dari jangkauannya yang sekarang, tetapi apakah ini sebuah keberuntungan atau kesialan, dia mengalami kejadian yang merubah hidupnya dan itu membuatnya semakin dekat dengan tujuannya itu. Inilah kisah dari dari dia yang telah menjadi legenda di masa lalu, maupun masa depan. Sebuah kisah legenda yang telah terlupakan tentang dia yang agung.

OlphisLunalia · Fantasy
Not enough ratings
105 Chs

The Icy Maiden Arc: Kerajaan Roh

Kisiga adalah sebuah kota yang terletak ditengah-tengah antara kerajaan Elf, kota Ariel dan kerajaan Spirit, kota itu adalah salah satu kota teramai yang berada di antara Kerajaan Elf dan Kerajaan Roh, di dalam kota itu terlihat banyak sekali pedagang, pengelana, dan juga yang lainnya datang untuk sekedar singgah untuk berbisnis, tetapi ada juga bertujuan untuk menikmati kota yang sangat bersejarah bagi ras Malaikat itu. Kota Kisiga tidak hanya terkenal sebagai kota persinggahan, tetapi kota itu juga terkenal karena sejarahnya, konon kota ini adalah kota yang didirikan oleh sang dewi kembar sendiri yang menjadikan kota ini sebagai salah kota tertua yang mempunyai banyak peninggalan sejarah.

Setelah menempuh perjalanan panjang yang membosankan, Edward dan yang lainnya pun memutuskan untuk singgah di kota ini untuk menghibur diri dari kebosanan, karena lokasi dari kota ini dan kerajaan Spirit terbilang tidak terlalu jauh maka mereka hanya meminta kepada paman Elf yang telah membawa kereta kuda agar menurunkannya di kota itu saja.

Mereka seharusnya merasa senang karena berkesempatan melihat-lihat kota yang bersejarah itu tetapi ada yang tidak beres dengan Chamuel, semenjak mau memasuki kota ini, Chamuel yang biasanya selalu manja, suka menggoda, dan yang paling berisik di kelompok tiba-tiba berubah drastis, dia menjadi pendiam dan mukanya pun terlihat sedih sepanjang waktu, itu membuat Edward sangat cemas karena selama ini dia tidak pernah melihat Chamuel yang seperti ini .

Sharon yang penasaran dengan perubahan sikap Chamuel pun mendekat ke Edward dan menariknya untuk berbicara secara empat mata.

"Ed, ada apa dengan si Cebol itu? Kenapa dia terlihat sedih?"

"Aku juga tidak tahu tapi serahkan saja dia padaku!"

"Baiklah, aku akan menyerahkan si Cebol padamu."

Edward dan Sharon segera kembali ke kelompok dan Sharon segera mengatakan usulnya agar mereka berpencar menjadi tiga kelompok, Chamuel pun dipasangkan dengan Edward, tetapi dia sama sekali tidak terlihat senang dengan itu, dia hanya terus melamun dengan muka yang sedih.

"Ada apa Chamuel? Kenapa kau terlihat sedih?"

Dengan segera, Chamuel langsung melihat ke arah Edward dan tersenyum dengan senyuman yang terlihat dipaksakan, dia berusaha agar Edward tidak mencemaskannya lagi tetapi senyum palsunya itu sangat terlihat jelas bagi Edward dan yang lainnya.

"Ah...tidak ada apa-apa kok Ed-chan."

Edward pun memegang tangan kanan Chamuel dengan erat dan segera berpisah dengan yang lainnya, Edward melakukan hal itu agar bisa sedikit menyenangkan hati Chamuel dan berharap dia bisa kembali seperti biasanya, yaitu dirinnya yang ceria dan selalu berisik.

Edward pun berusaha membuat Chamuel kembali tertawa dan ceria seperti biasanya dengan berbagai cara, tetapi itu hanya membuat Chamuel tertawa dengan terpaksa karena dia tidak ingin menyakiti Edward yang sudah berusaha membuatnya ceria kembali dan itu membuat Edward merasa menjadi orang yang tidak berguna.

"Woah Besarnya! patung siapa itu?"

Edward berpura-pura terpesona dengan wujud kedua patung itu yang terlihat seperti wanita cantik agar bisa membuat topik pembicaraan yang bagus, tetapi ketika dia melihat kearah Chamuel, dia malah semakin cemas karena melihat Chamuel yang terlihat semakin sedih ketika sedang dia melihat ke arah kedua patung dewi tersebut, Chamuel menggenggam erat-erat tangan Edward dan menggigit bibir bawahnya sendiri, matanya pun terlihat berkaca-kaca dan air matanya pun terlihat sedikit keluar.

"Itu adalah patung dewi kembar Esla dan Irra."

Tiba-tiba seseorang yang tidak dikenal menjawab Edward, dia adalah seorang paman-paman Malaikat yang berambut panjang dan mempunyai jenggot tipis, dia memiliki mata biru cerah dan wajah yang terlihat ramah.

Edward sedikit terkejut karena ada orang tidak dikenal yang tiba-tiba menjawab Edward, malaikat itu pun membungkukkan badannya dengan tangan kanannya yang mengepal diletakkan di dada sebelah kiri.

"Perkenalkan namaku Lumierre, aku adalah ketua dari kuil ini."

"Perkenakan juga, namaku Ed, dan dia-"

Dengan bodohnya Edward mencoba mengenalkan Chamuel, tentu tidak ada dari Malaikat yang tidak tahu tentang Archangel, apalagi Chamuel yang termasuk Archangel yang terpopuler nomor dua di dunia Malaikat.

"Selamat datang di kuil, nona Chamuel."

Malaikat itu pun mempersilahkan Edward dan Chamuel untuk masuk tetapi Chamuel hanya terdiam mengalihkan pandangannya dan semakin menggenggam tangan Edward dengan erat, dia terlihat sama sekali tidak mau masuk ke dalam kuil itu, mereka pun berjalan perlahan dengan terus berpegangan tangan dengan erat dan tiba-tiba Chamuel berhenti, air matanya mulai mengalir dan Chamuel pun segera menutupi matanya dengan lengan.

"A-ada apa Chamuel?"

"Maaf Ed-chan, Chamuel tidak bisa."

Tiba-tiba Chamuel melepaskan genggaman tangannya dari Edward dan terbang menjauh dari Edward dan Lumierre, Edward pun langsung berlari mengejarnya dan meninggalkan Lumierre sendirian.

"Chamuel!"

Chamuel terbang dengan sangat cepat sehingga Edward tidak bisa mengejarnya dan akhirnya kehilangan jejak.

"Sial, ada apa sebenarnya dengannya?"

Setelah berlari kesana kemari mencari Chamuel yang menghilang entah kemana, dia pun bertemu dengan Sharon dan Lily yang sedang berkeliling kota yang penuh dengan sejarah itu, mereka pun langsung berlari ke arah Ed yang terlihat kebingungan.

"Ada apa Ed?"

"Chamuel telah menghilang!"

Sharon terkejut mendengarnya, dia sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi dengan Chamuel dan Edward, tetapi sekarang yang terpenting adalah untuk menemukan Chamuel. Meskipun Sharon dan Chamuel biasanya terlihat seperti musuh bebuyutan yang selalu bertengkar dengan apapun, tetapi diantara mereka telah terbentuk sebuah ikatan yang sangat kuat yang tidak pernah dibayangkan siapapun sebelumnya, ikatan di antara mereka berdua tidak akan pernah hancur oleh apapun di dunia ini.

"Baiklah, aku akan membantu mencari si Cebol itu!"

"Lily juga!"

Mereka pun berpencar mencari Chamuel yang pergi entah kemana, mereka sama sekali tidak tahu apa yang terjadi dengan Chamuel dan kota bersejarah itu sehingga sampai membuatnya seperti itu, mereka ingin Chamuel yang selalu berisik dan mengganggu itu kembali menjadi seperti semula.

"Chamuel, dimana kau?"

Edward terus berkeliling kota itu untuk mencarinya, tetapi dia tidak pernah menemukan Chamuel, dia pun mulai mencari di luar kota itu dan menyerahkan pencarian di dalam kota kepada Lily dan yang lainnya. Edward pun mulai masuk ke dalam hutan yang berada di dekat kota itu, hutan itu adalah hutan yang sangat lebat, bahkan tanahnya pun terlihat basah karena sinar mentari dihalangi oleh dedaunnan yang sangat lebat sehingga tidak sampai menyentuh tanah dari hutan itu.

Edward sedikit bingung karena ini pertama kalinya dia masuk ke hutan tersebut tetapi dia merasa seperti ada menuntun dan membimbing hatinya untuk menuju suatu tempat, dia pun menuruti dimana arah hatinya menuntun dan berjalan mengikuti arah hatinya, tiba-tiba datanglah kabut tebal yang menghalangi penglihatan Edward dan dia pun menjadi ragu untuk melanjutkannya, tetapi Edward teringat dengan Chamuel dan memilih melanjutkan menyusuri hutan yang sekaang berkabut itu. Tepat di ujung hutan lebat yang lembab dan berkabut tebal itu, dia melihat secerca cahaya cahaya, dia pun langsung menghampirinya dan melihat sebuah pemandangan yang sangat indah dari sebuah patung laki-laki raksasa yang di depannya terdapat air mancur yang terlihat tua, berlumut, dan sudah tidak berfungsi, patung itu adalah sebuah patung yang terlihat sudah sangat tua, usang, dan tidak pernah terurus, bahkan sebagian permukaannya sendiri telah tertutupi oleh lumut, di sekitar patung itu juga ada seperti reruntuhan-reruntuhan bangunan yang sudah tertutupi oleh lumut hijau.

"Apa ini sebuah reruntuhan kuil? Kenapa ada disini?"

Edward melihat patung itu dengan tatapan takjub karena keindahan dari tubuh berlumut patung itu yang terkena sinar mentari seperti menyihir mata Edward yang melihatnya, dia pun melangkahkan kakinya untuk mendekati patung yang sangat indah itu dan menyentuhnya, Edward tidak tahu kenapa tapi dia terlihat seperti pernah melihatnya di suatu tempat tetapi dia sama sekali tidak mengingatnya, dan tepat di belakang patung tersebut terlihat sebuah tebing yang sangat tinggi menjulang ke atas, dan disitu terdapat sebuah bangunan yang terlihat seperti sebuah kuil dengan sebuah pintu batu besar yang permukaannya diukir dengan seni yang indah, pintu itu terlihat sedikit terbuka yang menandakan ada orang yang baru saja membukanya.

"Yang paling penting sekarang adalah menemukan Chamuel!"

Tanpa pikir panjang Edward pun segera membuka pintu yang terbuat dari batu itu dan masuk ke dalamnya untuk mencari Chamuel yang menghilang. Dia pun memasuki kuil itu dan sangat terkejut dengan apa yang dia lihat di dalamnya, dia tidak menyangka di dalam kuil di tengah hutan itu terdapat ruangan yang sangat luas seperti ini. Dinding dari kuil itu pun masih terlihat sangat indah dengan ukiran-ukiran cantik yang menghiasinya, atapnya juga terdapat ukiran-ukiran cantik yang menghiasinya dan tepat ditengah dari atap kuil itu terdapat simbol matahari yang sangat besar. Kuil itu juga nampak indah dengan air yang mengalir seperti sungai di bawahnya yang seperti mengeluarkan cahaya berwarna biru yang menerangi seluruh ruangan yang seharusnya gelap itu.

Tepat di ujung dari ruangan itu terlihat sebuah pintu batu yang sama seperti di pintu masuk. Edward berjalan mendekati pintu itu dan dengan perlahan membukanya dan dia pun takjub dengan apa yang dia lihat. Tepat di tengah-tengah ruangan itu terdapat sebuah pohon yang sangat cantik yang di bawahnya seperti dialiri oleh air yang memancarkan cahaya biru yang membuat pohon itu semakin terlihat indah. Pohon itu seolah-olah memberi ketenangan siapapun yang melihatnya termasuk Edward, dan tepat di samping pohon itu berdiri Chamuel yang sedang melamun sambil memandangi pohon itu.

"Chamuel!"

"Ed-chan?"

Edward langsung berlari menghampiri Chamuel dan memeluknya dengan erat seakan-akan tidak membiarkannya lepas.

"Jangan membuatku khawatir dasar bodoh!"

"Maaf Ed-chan, Chamuel hanya mau menenangkan diri."

"Sebenarnya ada apa? Apa yang membuatmu seperti ini? Tolong ceritakan padaku Chamuel."

Chamuel pun hanya terdiam tidak membalas kata-kata Edward, dia ingin memberitahu Edward tetapi dia takut kalau dia masih belum siap untuk itu.

"Chamuel, aku mohon!"

"Maaf Ed-chan, Chamuel belum bisa menceritakannya sekarang, tapi suatu hari nanti ketika waktunya tiba pasti akan Chamuel ceritakan semuanya."

Edward pun melepaskan pelukannya kepada Chamuel dan memegang kedua pundak Chamuel dengan wajah yang serius.

"Baiklah, tapi berjanjilah untuk tidak seperti itu lagi! Jantungku benar-benar serasa mau copot ketika tiba-tiba kau terbang sambil nangis."

"Baiklah Ed-chan, Chamuel minta maaf karena sudah membuat Ed-chan cemas."

"(sigh) Oh iya, ngomong-ngomong pohon apa ini? Dan juga kuil siapa ini?"

Chamuel merasa sedih ketika melihat pohon itu, dia seperti teringat sesuatu yang membuatnya sangat sedih, Chamuel pun mendekat ke pohon itu dan mengusap pohon itu dengan lembut, dia terlihat seperti sudah sangat mengenal pohon itu.

"Kuil ini adalah kuil yang didirikan sang dewi untuk mengenang seorang dewa yang mereka cintai."

Edward seperti tidak percaya dengan kisah itu, dia bahkan tidak tahu kalau ada dewa di dunia ini, dia memang tahu di beberapa tempat memang ada reruntuhan-reruntuhan kuno, tetapi dia hanya berpikir itu hanyalah buatan seseorang dari peradaban kuno yang sudah hancur, tetapi setelah melihat betapa ajaibnya kuil itu yang bahkan tidak ada satupun yang bisa membuat kuil seperti itu lagi, maka dia hanya bisa mempercayainya kalau itu memang dibuat oleh sang dewi.

"Ed-chan lihat kan di depan kuil ini ada patung raksasa, itu adalah patung dari sang dewa."

"Ya aku melihatnya! Itu adalah patung yang sangat indah!"

Chamuel terlihat senang dengan Edward yang memuji patung sang dewa, dia terlihat sangat antusias ingin mendengar tanggapan Edward tentang yang lainnya.

"Benarkah? Syukurlah jika Ed-chan menyukainya! Lalu bagaimana dengan yang lainnya? Apa Ed-chan menyukainya?"

Sejujurnya Edward tidak terlalu memperhatikan sekelilingnya karena pikirannya sibuk dengan mencari Chamuel jadi dia tidak terlalu tahu tentang yang lainnya.

"Ummm...Chamuel, maukah kau memanduku keliling kuil ini?"

"Dengan senang hati, Ed-chan!"

Chamuel pun menyeret tangan Edward dan segera berkeliling kuil untuk menunjukkan betapa hebatnya kuil itu, Chamuel terlihat sangat bersemangat menyeret Edward kesana kemari dan menjelaskan semuanya, Edward pun merasa lega karena merasa Chamuel sudah kembali ceria seperti biasanya, mereka pun menghabiskan waktu yang sangat lama untuk berkeliling kuil itu sampai tak terasa waktu sudah sore, mau tidak mau mereka harus segera kembali atau akan membuat semuanya semakin khawatir.

"Baiklah mari kita kembali, Chamuel."

"Baik, Ed-chan, tapi..."

Tiba-tiba Chamuel memegang kedua pipi Edward dan mencium bibir Edward, air mata Chamuel pun mulai mengalir membasahi pipinya yang lembut itu, Edward sangat terkejut dengan apa yang apa yang terjadi, dia tidak menyangka Chamuel akan melakukan hal seperti itu, biasanya dia hanya sekedar menggoda tanpa niat untuk benar-benar melakukannya kalau Edward tidak mau, pada saat mereka berciuman, daun dari pohon itu pun terlihat bersinar dan meronokkan daunnya seolah-olah dia senang dengan apa yang terjadi dengan mereka, setelah itu Chamuel pun melepaskan ciumannya meninggalkan wajah Edward yang memerah seperti tomat yang sudah masak dan segera mengusap air mata yang membasahi pipinya.

"A-apa yang k-kau-"

"Yay! Chamuel telah merebut ciuman pertama Ed-chan! Te~He!"

Chamuel pun meletakkan jari telunjuknya ke bibir bawah sambil menutup mata sebelah kirinya.

"Ngomong-ngomong, itu juga ciuman pertama Chamuel lho, jadi Ed-chan harus tanggung jawab ya!"

Berciuman adalah sesuatu yang bisa dibilang sakral bagi semua orang karena itu adalah sebagai simbol cinta antar kekasih apalagi bagi seseorang seperti Chamuel, tentu dia tidak akan melakukannnya dengan sembarang orang, dia hanya akan melakukannya dengan orang yang benar-benar dia cintai.

Edward hanya sangat terkejut karena itu terjadi secara tiba-tiba sekali sampai dia tidak tahu harus berkata apa.

"(giggle) Ed-chann lucu!"

"Selamat tidur, Chamuel!"

"Bagaimana Ed-chan? Bagus kan?

Edward merasa tidak tahu bagaimana dia harus menanggapi cerita hayalan yang telah dibuat Chamuel untuk menghilangkan kebosanan selama perjalanan. Edward bahkan tidak mempunyai niatan ataupun membayangkan untuk mencium Chamuel sama sekali di dalam hidupnya apalagi dengan wujudnya yang seperti gadis kecil. Hanya memikirkannya saja sudah membuat seluruh tubuh Edward merinding.

"Bagaimana? Apa kau pikir aku akan melakukannya denganmu? Dan juga apa-apaan dengan alur yang memaksa itu? Dan kenapa kau bisa sampai bersedih hanya karena patung?"

"Ed-chan, jangan pikirkan hal-hal yang sepele! yang lebih penting lagi, Ed-chan, Kiss!"

Chamuel pun mendekat ke arah Edward dengan memajukan mulutnya. Chamuel ingin agar Edward menciumnya sama dengan di cerita yang telah dia buat itu, sebuah ciuman mendebarkan yang sangat dinanti-nantikan Chamuel selama ini.

Edward tahu kalau Chamuel sangat menyukai dirinya, tetapi entah kenapa ada satu bagian di dalam dirinya yang mencegah Edward untuk mengapa-apakan Chamuel, Lily, dan yang lainnya. Meskipun Chamuel menggunakan Sihir Cinta, entah kenapa sihir itu sama sekali tidak berguna untuk membuat Edward merasakan hal yang seperti dulu lagi sekarang seolah-olah setelah sihir itu langsung lenyap secara tiba-tiba sesaat setelah Chamuel menggunakannya kepada Edward.

Edward pun segera mendorong pipi Chamuel dengan tangan kanannya untuk mencegah dia semakin mendekat ke arahnya.

"Hentikan dasar bodoh! Apa kau mau aku masuk penjara?"

"Tch!"

Hari ini adalah sebuah hari yang cerah nan indah, langit yang nampak biru bersih tanpa satu awan pun yang terlihat, burung-burung yang menari-nari di langit, serta hamparan padang rumput hijau yang menghampar luas sepanjang mata memandang. Di hamparan padang rumput itu terdapat sebuah kereta yang melaju dengan santai, itu adalah sebuah kereta biasa yang ditarik menggunakan dua kuda berwarna coklat, di depan kereta itu terlihat kusir yang terlihat seperti paman Elf berjenggot tebal dan bertopi dengan rompi kulit.

Di dalam kereta yang biasa itu ada Edward dan yang lainnya yang sedang duduk diam sambil melihat pemandangan dari balik jendela, mereka menaiki kereta kuda itu karena Heldalf menawarkan agar mereka naik kereta daripada berjalan agar lebih cepat dan tidak kelelahan. Bagi Edward dan yang lainnya naik kereta kuda biasa akan memuat perjalanan menjadi semakin lama karena mereka dapat berlari lebih cepat dari kuda itu sendiri tetapi tidak dengan Evelyn, Evelyn tidak terbiasa dengan hal yang seperti itu jadi dia tidak akan bisa menyusul Edward dan yang lainnya, selain itu stamina Evelyn juga kurang bagus, Edward bisa menggendong Evelyn sambil berlari tetapi dia merasa itu akan menambah masalah baginya dan akhirnya dia terpaksa menerima tawaran Heldalf.

Setelah semua urusan mereka di kerajaan Elf selesai, Edward dan yang lainnya pun berpamitan untuk segera meninggalkan kerajaan Elf dan pergi ke Ibukota kerajaan Roh Livia untuk suatu urusan.

Para rakyat terlihat sedih karena mereka akan kehilangan sosok putri kecil tercinta mereka, tetapi mereka memutuskan untuk mengantar Evelyn dengan senyuman daripada kesedihan agar tidak membuat Evelyn terus kepikiran.

Sudah berselang beberapa hari sejak mereka berangkat dari kerajaan Elf, mereka pun sudah mampir ke beberapa kota untuk menyewa penginapan dan tentu saja untuk membeli makanan untuk bekal di perjalanan.

Untuk menuju Ibukota Kerajaan Roh memang dibutuhkan waktu yang sangat lama apalagi mereka harus menempuh jalur darat karena disana banyak pegunungan yang tidak bisa dilewati oleh kereta kuda biasa, oleh karena itu mau tidak mau mereka harus memilih jalan memutar.

"Yah tidak aku sangka kita bakalan berkeliling dulu."

Sebelum mereka pergi, Heldalf meminta sesuatu kepada Edward dan rombongannya untuk mengantarkan sesuatu ke Ibukota kerajaan Roh.

Itu adalah sesuatu seperti hadiah kemungkinan yang dipikirkan Edward tetapi dia juga tidak pernah mendengar bahwa ras Roh mempunyai hubungan yang dekat.

"Maafkan aku Tuan Edward, dan juga yang lainnya, karena ayah sudah merepotkan kalian.", kata Evelyn sambil menundukkan kepalanya.

Sebenarnya Evelyn tidak perlu merasa sudah merepotkan karena ini juga merupakan sebuah petualangan bagi Edward karena dia juga belum pernah menjelajahi Veden sama sekali.

Dia memang ingin tetapi jarak antara Iume dan Veden itu terpisah oleh lautan atau bisa dibilang samudera yang sangat luas sehingga jika ditempuh dengan perahu juga akan memakan banyak sekali waktu apalagi dia juga tidak punya urusan sebenarnya disana.

"Tidak perlu meminta maaf, lagipula kami juga tidak buru-buru kok."

"(sigh)...andaikan kereta terbang Chamuel gak rusak. Meskipun Chamuel bodo amat sih."

Kehilangan kereta itu memang akan sangat menjadi pukulan keras bagi bangsawan biasa tetapi kalau bagi Chamuel itu sama sekali bukan masalah.

"Tch! dasar orang kaya!", kata Edward dan Sharon secara bebarengan."

Chamuel juga adalah seorang Archangel yang telah memimpin daerah paling subur diantara para Archangel yang lain dimana terdapat banyak sumber daya alamnya.

Meskipun masih kalah dengan Kerajaan Roh tetapi sumber daya disana tidak bisa dibilang remeh terutama tentang batu sihir alamnya.

Di dalam pembicaraan itu tiba-tiba Sharon kepikiran suatu ide.

"Oh ya! Bukannya kita bisa mampir dulu ke kotanya si Cebol dan minta kereta terbang lagi?"

Chamuel pun langsung menolak usul Sharon itu dengan suara yang keras, dia sama sekali tidak ingin kembali ke kotanya karena dia tahu Rumiel pasti tidak akan melepaskannya kali ini.

"Tidak! Chamuel gak mau kembali!"

"Ah sekalian kita serahkan Chamuel kesana ya!"

"Ed-chan, kenapa malah dukung Shar-chan?!"

Edward pun melihat ke arah Sharon dengan sedikit iri karena kemampuan baru yang dimilikinya setelah menjadi Malaikat Buatan.

"(sigh) entah kenapa aku jadi iri denganmu."

Setelah menjadi Malaikat buatan, tentu Sharon juga memiliki kemampuan untuk terbang seperti para Malaikat yang lain, meskipun pada awalnya dia tidak bisa mengendalikannya dan berakhir dengan menabrak apapun di hadapannya. Juga setelah menjadi Malaikat buatan, kekuatan sihir dan fisik Sharon juga bertambah sehingga dia bisa menyaingi Edward yang harus berlatih setiap hari untuk menjadi kuat. Itu membuat Edward berpikir kalau dia menjadi malaikat, dia mungkin bisa menjadi lebih kuat dan bisa menyaingi kekuatan para Archangel.

"Ed-chan, jangan bilang gitu! Ed-chan sudah hebat kok karena Ed-chan bisa menakhlukkan hati Malaikat terimut ini."

"E~h...."

Sampai sekarang Edward masih tidak mengerti tentang ini semua yaitu tentang Chamuel yang bisa mengatakan hal yang memalukan itu dengan lancar.

Edward bisa membayangkan jika itu dirinya maka dia akan menenggelamkan dirinya di dalam lautan magma karena saking malunya.

"Chamuel, terkadang aku berpikir apa kau sebenarnya tidak mempunyai apa yang dinamakan rasa malu."

"Mum...Chamuel hanya begini cuman sama Ed-chan tau!"

"Kalau begitu hentikanlah karena aku juga akan merasa malu hanya karena mendengarnya saja."

Edward pun melamun memandang pemandangan padang rumput hijau yang luas dan membosankan itu. Disana benar-benar sama sekali tidak ada apapun kecuali pohon-pohon yang berjarak jauh antara satu dengan yang lainnya.

"Huh...aku harap ada satu lagi orang normal di kelompok ini."

"Apa Ed-chan masih ingin menambah lagi?"

"Kau lihat kan di kelompok ini hanya ada satu laki-laki dan lima gadis kecil? Setidaknya aku ingin satu teman laki-laki agar semua orang berhenti menganggapku Lolicon ataupun Harem King."

"Hmmm...bukannya dia bisa menjadi saingan Ed-chan nanti?"

"Geez, Ed-chan ini! tentu saja saingan cinta, mana ada laki-laki yang tidak tertarik dengan Chamuel yang imut ini! Kya~...membayangkan Ed-chan berusaha keras untuk memperebutkan Chamuel, sangat indah."

"Saingan?"

Edward pun mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dan bagi Edward itu mungkin akan menjadi jalan keluar yang mudah.

"Hmmm...boleh juga itu!"

Mendengar Chamuel yang mengatakan itu, Sharon pun tertawa seakan-akan mengejek Chamuel.

"(Giggle) walaupun gak ada kau Cebol, Ed masih punya aku, jadi tidak ada gunanya dia memperebutkan orang yang suka usil sepertimu, benarkan Ed?"

"Sharon...aku pikir kau itu normal seperti biasanya."

"Eh?!"

Edward menghela napasnya dalam-dalam dan meratapi nasibnya di dalam kelompok ini.

Edward tiba-tiba teringat kalau dia tidak pernah melihat ras Roh sebelumnya, dia sudah melihat berbagai ras sebelumnya tetapi dia tidak tahu namanya karena mereka mempunyai beragam bentuk dan ada yang sama sekali tidak mirip dengan Humanoid.

"Benar juga, aku belum pernah melihat ras Roh sebelumnya! Chamuel apa kau bisa memberitahuku wujud mereka?"

"Ed-chan, Itu pertanyaan yang sangat sulit buat dijawab."

Edward terlihat sedikit bingung dengan jawaban Chamuel.

Tidak sulit untuk mendeskripsikan wujud suatu ras karena setiap ras memiliki keunikannya sendiri-sendiri, dan kebanyakan ras pun wujudnya tidak terlalu berbeda dengan manusia pada umumnya.

"Kenapa?"

"Ed-chan akan segera tahu setelah memasuki wilayah mereka."

Mendengar itu, Edward mulai tidak sabar untuk melihat seperti apa wujud sebenarnya dari ras Roh dan kalau bisa dia ingin menjalin persahabatan dengan mereka.

"Ngomong-ngomong Lilith, memang terlambat untuk mengatakan ini tapi apa kau tidak apa-apa menemani kami terus? kalau tidak salah bukannya kau mau melihat-lihat kota manusia kan?"

Lilith terkejut dengan Edward yang tiba-tiba menanyakan itu, dia pun mulai gugup dan membuat Chamuel curiga dengannya.

Selama ini dia selalu berhati-hati agar rahasianya tidak ketahuan oleh orang lain tetapi sialnya rahasia Lilith telah diketahui oleh Zadkiel, dia tidak keberatan dengan itu karena Zadkiel sudah berjanji untuk membantunya untuk mengatasi masalah yang tengah dia hadapi meskipun tidak tahu kapan.

Dengan sedikit gugup, Lilith mengalihkan pandangan matanya dengan wajah yang sedikit mencurigakan.

Tentu saja itu membuat Chamuel semakin curiga dengan sikap Lilith yang seperti itu karena sejak awal pertemuannya dengan Lilith, Chamuel memang sudah merasakan ada sesuatu yang janggal darinya.

"Ah...i-itu...aku sudah tidak tertarik."

"Hmmm...mencurigakan."

Chamuel menuju ke depan Lilith dan mendekatkan wajahnya, dia menatapnya dengan tatapan yang penuh dengan kecurigaan kepada Lilith.

Bukannya tanpa alasan Chamuel curiga dengan Lilith, selama ini Lilith sama sekali tidak pernah membahas tentang dirinya ataupun keluarganya, dan juga selama ini Lilith seperti menjadi penonton dalam grup mereka.

Bahkan pertemuan pertama mereka pun sudah mencurigakan bagi Chamuel karena dunia Iblis dan Manusia itu terpisahkan oleh laut, bagaimana mungkin ada Iblis biasa yang cukup gila untuk menyeberang lautan yang luas itu dan mau ke kota Manusia yang merupakan musuh dari rasnya dengan penyamaran yang bodoh hanya sekedar untuk memuaskan keingintahuannya.

Meskipun Lilith mengatakan di awal pertemuan mereka kalau dia tertarik karena ada yang memberitahunya tentang dunia manusia, tetapi itu tetap mencurigakan bagi Chamuel, dan juga jika dia hanya Iblis biasa, bagaimana cara dia tahu tentang lokasi dimana Draconis dan Leonis menyerang karena mereka berdua selalu bertindak secara rahasia.

Tatapan Chamuel itu membuat Lilith menjadi semakin gugup, dia mengalihkan pendangan matanya, kulitnya pun mulai mengeluarkan keringat. Lilith sangat takut kalau dia harus terpaksa membongkar rahasianya agar mereka tetap mengizinkan Lilith untuk tetap bersama dan janjinya dengan Zadkiel tetap kesepakatannya dengan Zadkiel tetap terpenuhi.

"(gulp) A-aku tidak menyembunyikan apapun kok!"

"Benarkah?"

"Be-benar!"

Edward merasa kasihan melihat Lilith yang sedang terpojok karena Chamuel, Edward memaklumi bahwa setiap orang pasti memiliki rahasia yang tidak bisa mereka katakan kepada sembarang orang dan bahkan Edward sendiri juga memiliki rahasia yang tidak akan dia katakan kepada siapapun.

"Sudah hentikan, semua orang punya rahasia yang gak ingin orang lain tahu."

"Ed-chan juga?"

"Tentu saja aku juga punya. Bahkan jika kalian melemparku dari ketinggian sepuluh kilometer pun aku yakin aku tidak akan pernah memberitahukan ini."

"Baiklah jika Ed-chan berkata seperti itu."

Chamuel melihat ke arah Edward dan tertawa kecil.

"(gigle) Ngomong-ngomong Ed-chan."

Melihat Chamuel yang tiba-tiba tersenyum, Edward pun langsung paham kalau Chamuel sedang memikirkan sesuatu yang merepotkan, Edward pun langsung kembali melihat keluar jendela berpura-pura menikmati pemandangan yang membosankan itu dan berharap Chamuel tidak melakukan hal bodoh lainnya.

"Karena jumlah Harem Ed-chan semakin bertambah, Chamuel ingin tahu siapa orang yang Ed-chan ingin jadikan pasangan sebenarnya?"

Seperti yang Edward duga, Chamuel pasti akan menanyakan hal-hal yang merepotkan. Semuanya pun langsung menoleh ke arah Edward yang tengah duduk melamun melihat ke arah jendela, dia berpura-pura melamun dan tidak mendengar pertanyaan Chamuel.

"Ed-chan!"

"Kau ini benar-benar suka sekali menanyakan hal yang aneh ya? lagipula apaan itu 'Harem'? Dari kedengarannya saja sudah menyebalkan."

"Ed-chan gak tahu? Itu lho yang laki-laki punya banyak wanita yang menyukainya itu..."

"Aku mengerti artinya, tetapi bukannya itu kedengaran bodoh?"

Chamuel pun menyenggol-nyenggolkan sikunya sambil memasang senyuman Smugnya kepada Edward.

"Meskipun Ed-chan biang begitu, sebenarnya Ed-chan ingin kan? dasar Ed-chan Tsundere. Hei-hei cepat katakan siapa yang ingin Ed-chan jadikan pasangan?"

"Berisiknya...", gumam Edward.

"Pertanyaan bodoh! jawabannya sudah jelas adalah aku, orang yang paling mengerti tentang Ed."

Sharon nampak bangga dan membusungkan dadanya mendengar pertanyaan yang diajukan Chamuel karena sebelumnya Edward sudah pernah bilang kalau dia menyukai Sharon yang dahulu, Sharon merasa percaya diri dengan predikatnya sebagai teman masa kecil.

Dia telah mengerti semuanya tentang Edward dan selama ini dia juga telah tumbuh bersamanya melewati berbagai macam cobaan bersama, dia merasa sudah seperti pasangan yang sudah ditakdirkan untuk Edward.

"Tidak!"

Evelyn juga tidak mau kalah dengan yang lainnya, dia tahu kalau dialah yang terakhir bertemu dengan Edward dan bahkan masih banyak yang dia tidak tahu tentang Edward, yakin walaupun kesempatannya mendekati nol, dia akan tetap mengejar Edward karena dia adalah orang pertama yang membuat Evelyn merasakan suatu perasaan yang tidak pernah Evelyn rasakan sebelumnya.

"Aku juga tidak akan kalah!"

Chamuel tertawa dengan pelan mendengar mereka yang sama-sama tidak mau mengalah. Dia merasa sangat percaya diri kalau dirinyalah yang menang karena dia menganggap dirinyalah yang paling imut dari yang lainnya dan juga selama ini dialah yang berusaha paling keras untuk mendapatkan hati Edward meskipun itu hanya membuat Edward semakin waspada kepadanya karena mengingat Chamuel pernah menggunakan sihir cintanya kepada Edward dan membuatnya merasakan trauma.

"Kukukuku apa kalian lupa dengan Malaikat terimut ini yang bisa membuat semua laki-laki terpesona."

Mereka saling menatap dengan sangat tajam, situasinya pun terasa sangat panas sehingga membuat Edward ingin segera turun dari kereta dan berlari menjauh.

Tentu saja tidak ada laki-laki normal yang tidak senang melihat dirinya diperebutkan oleh sekumpulan gadis cantik, tetapi masalahnya yang memperebutkan Edward adalah sekumpulan gadis yang secara penampilan masih terlihat seperti gadis muda di bawah umur.

Edward tahu kalau secara umur, mereka tidak bisa dikatakan sebagai anak-anak lagi terutama Chamuel yang seorang Archangel, meskipun dia selalu berbohong tentang umurnya tetapi Edward yakin kalau umur Chamuel pasti sudah ratusan, atau ribuan tahun lebih tua dari Edward. Bahkan Evelyn yang sebelumnya Edward sangka masih anak-anak ternyata malah jauh lebih tua darinya.

Edward sendiri tidak tahu berapa umur Lily karena dia terlihat seperti manusia tetapi mungkin dia juga bukan anak-anak lagi, dan untuk Sharon, dia memang seumuran dengan Edward, tetapi semenjak dia telah menjadi Malaikat Buatan dia malah berubah menjadi seorang gadis kecil yang sama dengan Chamuel.

Mereka pun menoleh ke arah Edward yang sedang duduk melihat keluar jendela kereta, dia berpura-pura tidak mendengarkan mereka yang sedang bertengkar memperebutkannya.

"Ed! Siapa yang kau pilih?"

"Lily..."

Mereka melihat itu, melihat Lily yang ada di samping Edward duduk santai sambil melihat pemandangan di luar.

"Lily, lihat disana ada padang bunga!"

Lily pun terkagum dengan betapa indahnya padang bunga yang ada di hadapan matanya itu. Bunga yang berwarna-warni sangat indah menghiasi dan membuat semuanya menjadi indah.

Mereka semua terdiam karena melihat Edward dan Lily yang terlihat sangat asyik membicarakan tentang padang bunga sehingga tidak menghiraukan apa yang mereka bicarakan.

Chamuel pun merasa kesal dengan Edward dan menggembungkan pipinya untuk menunjukkan kekesalannya.

"Mum...Ed-chan bodoh!"

Edward merasa sedikit kesal dengan ucapan Chamuel, dia pun berdiri dan memegang kedua pipi Chamuel yang lembut.

Chamuel pun merasa bingung karena Edward tiba-tiba memegang pipinya, tetapi dia juga merasa senang karena selama ini Edward tidak pernah sekalipun melakukan hal yang seperti itu padanya atau yang lainnya.

"Ed-chan? Kenapa Ed-chan memegang pipi Chamuel? Apa jangan-jangan kiss?"

Edward pun mulai mencubit pipi Chamuel yang lembut seperti bayi itu dengan muka kesal dan membuatnya kesakitan.

"Hah?! Mana mungkin aku melakukannya dasar bodoh!"

"Tunggu- Ed-chan sakit! Ampun!"

Edward melepaskan cubitannya dari pipi lembut Chamuel yang sekarang berwarna merah dan kembali duduk di kursinya meninggalkan Chamuel yang mengusap-usap pipinya yang merah itu.

"Mmmm! Ed-chan jahat! Tukang jahil! Sakit tau!"

"Hah?! Apa kau mau aku cubit lagi?"

"Eek!"

Mendengar itu, Chamuel langsung berlari dan bersembunyi di belakang Sharon.

"(sigh) kalian ini ya...lagian aku kan sudah bilang kalau aku tidak memikirkan itu sampai semuanya berakhir."

"Kurasa tidak ada pilihan lain, Chamuel akan menunggu sampai saat itu tiba."

Edward kembali duduk dan menoleh ke padang bunga.

Ngomong-ngomong kalau sudah ada padang bunga itu maka seharusnya kita sudah hampir sampai."

Di istana kerajaan Roh, terlihat seorang gadis kecil yang bersama dengan seorang laki-laki bersamanya, gadis kecil itu mempunyai rambut yang berwarna pink dengan kuncir dua, mata yang agak besar dan berwarna biru terang, kulit putih yang seperti boneka, dia memakai baju putih yang pendek dan rok berwarna hitam dan laki-laki disampingnya itu mempunyai rambut yang turus dan agak panjang, dia mempunyai rambut yang berwarna hitam, mata yang berwarna abu-abu dengan kacamata hitam, dia adalah laki-laki yang selalu berwajah serius dan tidak pernah bermain-main.

Gadis kecil itu nampak terlihat gembira, dia tersenyum sepanjang waktu seperti telah mendapat suatu hadiah yang sangat berharga baginya.

"Kakak! Kakak sudah dengar tentang Kak Edward yang sudah menyelamatkan kerajaan Elf? Aku tahu pasti dia masih hidup!"

Laki-laki itu pun bergaya dengan mendorong bagian tengah dari kacamatanya dengan jari tengahnya, dia sudah menduga dari awal kalau Edward akan selamat dari pertarungannya dengan Draconis karena dia sudah mengenal baik Edward saat menjadi bagian dari kelompoknya.

"Tentu saja! Mana mungkin si bodoh itu akan mati semudah itu!"

Mereka pun terus berjalan menyusuri lorong di istana kerajaan Roh itu sampai mereka berdiri di depan sebuah pintu besar, pintu itu terlihat cantik dengan ukiran-ukiran indah yang menghiasinya. Mereka pun memegang gagang pintu dan masuk ke dalamnya, mereka pun berjalan menuju ke depan singgasana kerajaan dan berlutut.

"Selamat datang, ayah!"

Di depannya telah duduk sang raja roh, dia adalah Arsenick Spiritus Hohenheim VI, dan juga wanita yang berdiri di samping Arsenick yaitu White. Mereka selama ini telah memantau Edward secara diam-diam saat Edward berada dalam kerajaan Elf dan membantu untuk menumpas pedagang Kristal Hitam yang telah membuat Kenaz menjadi bonekanya.

Arsenick Spiritus Hohenheim VI, dia adalah laki-laki yang mempunyai rambut pirang keemasan yang panjang sampai ke bahunya, dia mempunyai mata yang agak sipit dan iris berwarna biru terang seperti air laut yang dangkal, dia memiliki delapan sayap yang sangat unik di punggungnya, sayap itu sangatlah indah dengan warna-warna dari sayap itu yang terus berganti-ganti. Arsenick merupakan raja roh yang juga menjadi bagian dari Empat Roh Agung karena dia merupakan individu yang sangat kuat dan dia juga merupakan Roh kedua yang mempunyai delapan buah sayap di punggungnya dimana itu sangatlah jarang terjadi.

Kekuatan para Roh dapat dilihat dari jumlah pasang sayap yang dimilikinya, semakin banyak sayap yang dia miliki, maka semakin kuat pula dia. Tentu saja, tidak ada roh yang tiba-tiba menjadi kuat dan mempunyai banyak sayap tanpa jerih payah dari dirinya sendiri, dia harus terus berlatih meningkatkan kekuatannya agar bisa ber-evolusi menjadi tingkat yang lebih tinggi.

Arsenick memegang dahinya dengan ujung dari jari tangan kanannya dan mengerutkannya seolah-olah dia sedang merasakan musibah yang amat berat dalam hidupnya, itu adalah hal yang jarang terjadi dengan Arsenick, biasanya Arsenick tidak pernah merasa kesusahan dengan masalah yang dia hadapi dan selalu menyelesaikan dengan cepat.

"(sigh) Kurasa benar apa kata Zadkiel."

Arsenick merasa apa yang ia takutkan selama ini akan benar-benar terjadi tidak lama lagi, peristiwa yang telah menyebabkan kehancuran di seluruh dunia pada masa lalu akan terulang lagi, dia tidak bisa membayangkan jika peristiwa itu terjadi lagi maka apa yang akan terjadi dengan dunia ini, apakah mereka punya cukup kekuatan untuk bisa menghentikannya.

"Ah...kepalaku pusing!"

Laki-laki berkaca mata itu mulai khawatir saat melihat ayahnya yang seperti sedang kesusahan, selama ini dia tidak pernah sekalipun melihat ayahnya yang terlihat kesusahan dan mengeluh, selama ini laki-laki berkaca mata itu selalu menganggap ayahnya sebagai seseorang yang ideal baginya karena ayahnya mempunyai Kecerdasan dan Kekuatan yang tinggi.

"Oh ya, kalau tidak salah Edward mau mampir kesini kan White?"

Selama Arsenick pergi, White lah yang selalu mengawasi Edward dari jarak jauh sendirian menggantikan Arsenick, tentu saja Chamuel sudah menyadari keberadaan White meskipun dia telah bersembunyi tetapi Chamuel lebih memilih diam dan tidak memberitahukan Edward dan yang lainnya tentang keberadaan White karena khawatir kalau White akan merebut Edward dari mereka meskipun White sama sekali tidak mempunyai niat melakukannya.

White adalah seorang roh yang berwujud wanita cantik yang mempunyai rambut putih seperti salju dan juga panjang, rambutnya yang panjang itu terlihat sangat indah dan rapi dengan karena dia mengepang rambutnya ke belakang, dia memiliki mata yang cantik, irisnya yang berwarna merah merah yang seakan-akan menyala seperti api seakan-akan menambah kecantikan matanya, dia juga memiliki telinga kucing besar berwarna putih sama seperti rambutnya meskipun dirinya bukan berasal dari ras Beast.

"Ya, tuan Arsenick. Tuan Edward mengatakan kalau dia akan datang kesini."

Gadis kecil berambut biru itu terlihat sangat bersemangat ketika mendengarnya, tentu dia sangat menantikan pertemuan dirinya dengan Edward karena dia sudah lama tidak berjumpa dengan Edward sejak menghilangnya Edward saat dia bertarung dengan Draconis, pada saat itu dia sangat depresi karena mengira Edward sudah pergi untuk selama-lamanya dan dia hanya mengurung dirinya di kamar selama berminggu-minggu, tetapi White selalu menyemangatinya dan terus mengatakan kalau Edward masih hidup sampai mereka mendengar kabar dari Zadkiel tentang keadaan Edward.

"Benarkah itu White?"

"Ya."

"Yay! Akhirnya aku bisa bertemu dengannya."

White ikut sedikit tersenyum melihat gadis kecil itu terlihat gembira, dia sudah menganggap anak-anak dari Arsenick seperti adiknya sendiri, dia selalu memanjakan mereka dan mereka juga sangat akrab karena selama ini White lah yang mengasuh mereka semenjak mereka dilahirkan karena Arsenick yang selalu sibuk dengan urusan penting yang tidak bisa ia tunda.

"Selamat."

"Terima kasih White!"

Arsenick mulai berdiri dari Singgasananya, dari wajahnya nampak sebuah keseriusan yang sangat berbeda dari dia yang biasanya. Arsenick adalah seseorang yang selalu ramah kepada siapapun, dia sama sekali tidak memikirkan statusnya sebagai raja Roh ataupun The Four Great Spirits, dia selalu akreb dengan siapapun bahkan dengan para roh bersayap dua atau ras-ras yang lain sekalipun.

Berbeda dari Arsenick, White memiliki kepribadian yang pendiam dan cool, dia sangat jarang menampakkan ekspresinya kepada orang-orang dan membuat orang-orang banyak yang tertarik kepadanya yang selalu diam dan cool itu sehingga White mendapat julukan putri Es yang cantik.

"Ngomong-ngomong, aku akan pergi lagi, White tolong tetap awasi Edward."

White menundukkan kepalanya sebagai tanda kalau dia menuruti permintaan dari Arsenick, selama ini dia memang disuruh oleh Arsenick untuk mengawasi Edward, tetapi Arsenick tidak pernah mengatakan alasan dibalik itu.

White pun mulai penasaran dengan Edward, saat pertama kali dia mengawasi Edward, dia menganggap kalau Edward bukalah seseorang yang penting, dia bahkan tidak terlihat mempunyai kekuatan yang luar biasa, dia juga tidak terlihat cerdas seperti Arsenick, karena itulah dia merasakan kalau sebenarnya ada sesuatu yang sangat dirahasiakan tentang Edward, dan dia pun mulai menyadarinya saat melihat pertarungan Edward melawan Kenaz yang dibalut oleh aura hitam, pada saat itu dia sangat terkejut melihat kekuatan Edward yang berubah drastis, dia juga merasakan kalau sesuatu yang sangat kuat mulai terbangun di dalam diri Edward yang bahkan dia sendiri tidak bisa membayangkan betapa kuatnya itu.

Arsenick pun berjalan melewati kedua anaknya itu dan menuju ke pintu besar, dia membuka pintu secara perlahan dan memandang ke arah kedua anaknya itu dengan serius.

"Dan untuk kalian berdua, berhati-hatilah!"

Laki-laki berkaca mata dan gadis kecil itu pun terkejut dengan Arsenick yang mengatakan supaya mereka berhati-hati, selama ini Arsenick tidak pernah berkata seperti itu kepada mereka karena dia sangat yakin dengan kekuatan kedua anaknya itu. Tentu sebagai anak dari Arsenick, mereka tidaklah selemah itu untuk bisa membuat ayahnya khawatir setiap saat, mereka berdua mempunyai kekuatan dan kecerdasan yang tinggi terutama laki-laki berkaca mata itu, dia memang lebih lemah daripada gadis kecil itu soal kekuatan, tetapi dia sangatlah cerdas dan bahkan dapat mengatasi semua masalah secara Efektif dan Efisien.

"Baiklah ayah!"

Mereka sama sekali tidak tahu apa yang berada dipikiran ayahnya, tetapi kalau ayahnya sampai seperti itu pasti ada musuh yang sangat berbahaya dan juga kuat akan mereka hadapi di masa mendatang.

Laki-laki berkaca mata itu pun segera berdiri dari posisi berlututnya itu dan mulai bergaya dengan kaca mata yang dipakainya lagi, dia sangat suka melakukan hal itu karena menurutnya itu adalah hal yang sangat keren meskipun itu hanya sebuah hal yang percuma menurut gadis kecil disampingnya.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan."

White pun sedikit membungkukkan badannya dan memohon diri untuk segera kembali melanjutkan pengawasannya terhadap Edward lagi.

"Kalau begitu aku mohon diri, aku harus kembali mengawasi Edward-sama lagi."

"White, kalau Edward dalam bahaya, kasih tau aku ya! Aku pasti akan segera menyusul kesana."

White merasa kalau itu tidak diperlukan karena di samping Edward ada orang-orang yang super kuat seperti Chamuel, dan gadis misterius berambut putih, seseorang yang White pikir lebih kuat dari dia.

Insting White sangatlah kuat, tetapi lebih dari itu dia mengenal gadis itu dan tahu seberapa kuat dia sebenarnya.

"Saya rasa itu tidak perlu mengingat tuan Edward yang mempunyai banyak gadis yang kuat bersamanya."

Tiba-tiba mata dari gadis kecil yang polos itu berubah menjadi sangat menyeramkan, di dalam matanya seperti tidak ada cahaya dan hanya berisi kekosongan, bahkan dari tubuhnya seperti keluaar aura kecemburuan yang sangat mengerikan dan sama sekali tidak cocok untuk sosok polos gadis kecil itu.

"He~h begitu ya he~h, yosh! Hilangkan saja mereka semu-."

"Jangan lakukan hal yang gila dasar bodoh!"

Laki-laki itu pun segera menghentikan gadis kecil itu dengan menjitak kepala gadis kecil itu sebelum dia berbuat hal yang gila. Gadis kecil itu pun tersadar dan terlihat kesakitan, dia mungusap-usap bagian kepala yang dijitak Laki-laki berkaca mata itu dengan mata yang berkaca-kaca.

"Aw! Sakit!"

Laki-laki berkaca mata itu tidak tahu kenapa dia sampai memiliki saudari yang sifatnya sangat berkebalikan dengannya.

Saudarinya itu mungkin mempunyai kekuatan yang melebihi dirinya, tetapi dia selalu bertindak bodoh dan gila dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya berbeda dengan dia dan Arsenick yang selalu menyelesaikan masalah dengan kepala dingin dan juga cerdas. Bahkan pada saat mereka masih kecil dulu, dia sempat meragukan kalau gadis kecil itu benar-benar saudarinya.

"(sigh) apa kau itu benar-benar saudariku?"

Gadis itu pun kesal mendengar kata-kata dari Laki-laki berkaca mata itu, dia menggembungkan pipinya dengan muka yang marah dan mata yang masih berkaca-kaca.

"Mmmm...Kakak bodoh!"

White pun berjalan keluar dari ruangan itu dan meninggalkan mereka berdua sendirian, dia berjalan menyusuri lorong istana yang panjang sambil tubuhnya yang terkena sinar mata hari yang berasal dari arah jendela yang terletak di sisi-sisi lorong itu, tubuhnya pun secara perlahan mulai terlihat tertutupi oleh kabut es yang dingin dan menghilang.

Revisi Goes Brrrr

OlphisLunaliacreators' thoughts