webnovel

The Tales of Lixe

Pada suatu hari, ketiga dunia yang seharusnya terpisah bersatu. Dunia itu adalah Iume, Lapha, dan Veden. Masing-masing dunia mempunyai ras-ras yang menghuninya. Kejadian itu membuat seluruh dunia terkejut, tetapi di tengah itu tiba-tiba ras-ras dari Lapha menyerang dan mengakibatkan perang besar pertama. 20 tahun kemudian Edward, seorang pemuda yatim piatu yang mempunyai sebuah tujuan besar yaitu untuk membuat perdamaian di seluruh dunia. Edward adalah pemuda yang tidak mempedulikan ras karena dia menganggap seluruh ras itu sama. Tetapi tujuan itu sangatlah jauh dari jangkauannya yang sekarang, tetapi apakah ini sebuah keberuntungan atau kesialan, dia mengalami kejadian yang merubah hidupnya dan itu membuatnya semakin dekat dengan tujuannya itu. Inilah kisah dari dari dia yang telah menjadi legenda di masa lalu, maupun masa depan. Sebuah kisah legenda yang telah terlupakan tentang dia yang agung.

OlphisLunalia · Fantasy
Not enough ratings
105 Chs

Elf Kingdom Arc: Bunga Kecil yang Tumbuh

Di sebuah kamar di dalam Istana di kerajaan Elf, kamar itu terlihat mewah dengan ukuran yang besar, arsitektur yang bagus serta yang terpenting adalah kasur yang luas dan empuk, itu adalah kamar spesial yang biasanya disiapkan untuk para tamu penting di kerajaan Elf. Di kasur yang sangat empuk itu berbaring Edward yang sudah tidak sadarkan diri setelah pertarungan di kuil Erekhtheion, Edward secara perlahan mulai membuka matanya yang sudah terpejam sangat lama, dia terdiam sejenak dan akhirnya setelah dia tersadar sepenuhnya, dia pun berusaha untuk duduk tetapi badannya terasa sangat berat seolah ada beban yang menahan tubuhnya untuk bangun, dia mencoba membuka selimutnya dan menemukan Lily yang tidur sambil memeluknya.

"L-Lily!"

Edward sangat terkejut menemukan Lily yang tertidur sambil memeluknya dan tidak sengaja mengeluarkan suara keras sehingga suara itu membangunkan Lily yang tengah tertidur, mata Lily mulai terbuka secara perlahan, dia lalu bangkit sambil mengucek matanya dan dia terkejut melihat Edward yang sudah tersadar dari tidur panjangnya. Matanya pun melebar seolah-olah sedang melihat keajaiban dan dia pun langsung memeluk Edward dengan erat dengan air mata yang keluar dari matanya.

"Ed!"

"Tu-tunggu Lily!"

Selama ini Lily telah menemani Edward selama dua puluh empat jam penuh, dia lebih memilih untuk tetap bersama menemani Edward yang tengah tidak sadarkan diri bahkan dia tidak sekalipun meninggalkan Edward untuk makan sekalipun. Ini adalah pertama kalinya Lily merasa sangat takut dengan sesuatu, dia sangat takut akan kehilangan Edward untuk selama-lamanya terutama setelah kejadian di kuil dimana tiba-tiba dia menangis saat memeluk Edward tanpa tahu penyebabnya, hatinya terasa sangat sakit dan dadanya sesak, setelah kejadian itu Lily pun mulai merasa kalau Edward terasa sangat jauh sehingga dia sama sekali tidak bisa menggapainya sama sekali dan suatu saat akan menghilang dari kehidupannya.

"Lily...Lily takut kalau Ed pergi!"

Edward sama sekali tidak tahu kenapa tiba-tiba Lily bersikap seperti itu tetapi dia berusaha menenangkannya dengan membelai rambut Lily dengan lembut dan mengatakan sesuatu yang bisa membuatnya tenang.

"Mana mungkin aku pergi meninggalkan orang yang telah menyelamatkanku."

Lily merasa sedikit tenang ketika mendengar itu.

"Janji?"

"Tentu saja!"

Lily pun melepaskan pelukannya dari badan Edward dan menatap mata Edward yang sudah kembali normal seperti semula, ia lalu mengangkat jari kelingking tangan kanannya dan mengarahkannya ke depan Edward.

Edward pun juga mengangkat jari kelingking tangan kanan ke arah Lily dan mereka pun saling mengaitkan jarinya dengan erat dan menggoyangkannya ke atas dan ke bawah.

"Janji kelingking, kalau kamu berbohong, aku akan membuatmu menelan seribu jarum."

Edward teringat dulu dia juga pernah membuat janji kelingking dengan Sharon waktu mereka masih kecil, dia pernah berjanji kelingking kepada Sharon untuk menghiburnya dari kesedihan akan kehilangan keluarganya karena serangan Iblis apalagi pada waktu itu mereka hanya anak kecil yang sudah kehilangan rumah dan segalanya, mereka bahkan tidak tahu apa yang harus mereka perbuat untuk bisa bertahan hidup.

Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka, disana terlihat Chamuel, Sharon, Lilith, dan Evelyn yang mau melihat keadaan Edward, mereka pun terkejut dengan Edward yang sudah tersadar dari tidur panjangnya dan langsung berlari menuju Edward dengan tidak sabar, mereka langsung menanyai Edward secara bersamaan dan membuat Edward bingung mau menjawab.

"Ed, aku sangat khawatir lho."

"Ed, bagaimana keadaanmu?"

"Ed-chan kau gak apa-apa? Apa kau sudah sembuh?"

"Edward-sama, apa anda sudah baikan?"

"Tenanglah semuanya aku sudah baik-baik saja."

Edward menatap ke arah Evelyn dan membuatnya tersipu malu, Edward sangat penasaran dengan keadaan kakaknya yang telah menjadi monster itu.

"Ngomong-ngomong bagaimana dengan kakakmu?"

"Berkat Edward-sama kak Kenaz selamat."

Setelah pertarungan itu Kenaz segera dibawa ke istana dan Heldalf memanggilkan tabib istana untuk mengobatinya, di dalam tubuh Kenaz tidak terdapat kutukan sama sekali seperti kasus Sharon dulu, sihir yang Sharon dulu adalah murni dari kebenciannya yang akhirnya dia pun rela mengorbankan apapun yang dia punya untuk membalaskan dendam dan akhirnya memunculkan lingkaran sihir hitam yang meledakkan aura hitam dan menutupi tubuhnya dengan aura hitam itu sedangkan yang dilakukan Kenaz itu hanya menelan sebuah kristal.

Tiba-tiba pintu itu terbuka dan Edward terkejut melihat ternyata Kenaz yang tubuhnya penuh dengan perban yang menutupi kulitnya yang terkelupas akibat dari aura hitam yang membuatnya menjadi monster.

"Ke-kenaz!"

Edward merasa kalau Kenaz terlihat berbeda dari Kenaz yang Edward tahu, dia tidak bisa mengungkapkannnya dengan kata-kata tetapi Edward hanya merasa ada sesuatu yang berubah dalam diri Kenaz.

Kenaz pun mendekat ke arah Edward dengan wajah menyesal, dia menyesal dengan apa yang telah dia perbuat selama ini kepada keluarganya. Dalam ketidaksadarannya saat dia sudah diambil alih oleh aura hitam itu dia melihat dengan samar ayahnya yang selama ini dia buru bersujud meminta belas kasihan untuk dirinya. Kenaz pun tersadar dengan apa yang telah dia perbuat dan akhirnya hanya bisa menyesalinya. Kenaz berpikir sudah tidak mempunyai kesempatan lagi dan hanya bisa menangis di dalam alam bawah sadarnya, tetapi di dalam keputusasaan itu ada Edward yang datang dan memberinya kesempatan kedua untuk menjadi seorang yang lebih baik.

"Aku mohon maafkan aku, Edward-sama! Dan juga terima kasih atas semua yang telah anda perbuat untuk kami."

Kenaz pun bersujud di hadapan Edward dengan air mata yang mulai keluar, Kenaz sangat bersyukur dan berterima kasih kepada Edward yang telah menyelamatkannya dan keluarganya sehingga mereka bisa utuh kembali. Kenaz menyesal dengan kebodohannya yang sempat berpikir kalau dia bisa menjadi pahlawan legenda dan sekarang dia melihat Edward sebagai pahlawannya dan ingin menjadi sepertinya, menjadi cahaya yang akan menerangi dan menuntun semuanya sehingga tidak tersesat di dalam kegelapan.

"Eh?!"

Edward sama sekali tidak tahu apa yang telah terjadi dengannya sehingga dia bisa berubah seperti itu bahkan dia tidak tahu apa yang terjadi padanya saat pertarungan itu, yang dia bisa ingat hanyalah ketika dia tertusuk dan kehilangan kesadarannya saja, dia tidak mengingat kalau dia melakukan sesuatu untuk menyelamatkan Kenaz.

"Eh...aku tidak tahu apa yang terjadi tapi cepat berdirilah."

"Tidak sebelum anda-"

"B-baiklah! Aku memaafkanmu jadi cepat berdirilah karena itu memalukan!"

Edward penasaran dimana Kenaz bisa mendapatkan kristal hitam yang membuatnya mengeluarkan aura hitam itu, sebisa mungkin Edward mau menghentikan dan menghancurkan akar dari kristal hitam itu karena itu adalah sesuatu yang sangat berbahaya dan dia sudah tidak mau melihat korban lain.

"Ngomong-ngomong tentang kristal hitam itu."

"Saya mendapatkannya dari seseorang pedagang."

"Pedagang?"

"Ya, pedagang itu menawari saya kristal hitam yang katanya bisa membuat seseorang menjadi kuat secara instan."

"Apa kau tahu dimana pedagang itu sekarang."

"Saya sudah berusaha mencarinya, tetapi saya tidak pernah bertemu dengannya lagi."

Chamuel pun mendekat ke Edward dengan wajah serius, setiap Chamuel memasang wajah serius pasti itu adalah masalah yang tidak bisa disepelekan sama sekali.

"Ed-chan, tentang api putih itu."

"Api putih? Apa yang kau bicarakan?"

Edward bingung dengan apa yang Chamuel bicarakan, dia sama sekali tidak tahu-menahu dengan api putih yang sedang Chamuel bicarakan.

"Eh?! Ed-chan, apa kau tidak inga- ehm...tolong beri tahu Chamuel tentang hal terakhir yang Ed-chan ingat dengan pertarungan itu."

"Kurasa hal terakhir yang aku ingat adalah ketika aku terusuk dan pingsan."

Chamuel pun terdiam sejenak, wajahnya terlihat sedang sangat serius memikirkan sesuatu yang sangat penting.

"Apa mungkin..."

"Apa sesuatu terjadi padaku? Dan juga apa yang kau maksud dengan api putih?"

"T-tidak! Tidak apa-apa!"

Edward menatap Chamuel dengan curiga, dia merasa kalau Chamuel sedang menyembunyikan sesuatu yang sangat penting darinya sekarang dan tidak mau kalau dia sampai tahu tentang itu.

"Chamuel, apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?"

Keringat mulai menetes dari kulit Chamuel karena Edward menatapnya dengan wajah curiga terus-menerus.

"A~ apa Ed-chan terpesona dengan keimutan Chamuel sampai-sampai menatap Chamuel terus."

"Chamuel, jangan mengalihkan pembicaraan!"

"Ahaha...kurasa perut Chamuel sakit, Lily-chan anterin Chamuel sebentar."

Chamuel pun segera menarik Lily menjauh dari Edward dan menuju ke pintu keluar dari kamar itu.

"Hoi tunggu! Chamuel!"

"Shar-chan, Lilith-chan, Eve-chan, Ken-chan juga sebaiknya keluar dan membiarkan Ed-chan istirahat!"

"Huh...baiklah."

Mereka pun menuruti apa kata Chamuel dan segera keluar untuk membiarkan Edward beristirahat agar cepat sembuh. Edward pun hanya berbaring lagi di kasurnya yang empuk dan melamun memikirkan tentang hal yang Chamuel dan lainnya rahasiakan darinya, dia sangat penasaran dengan itu sampai-sampai Chamuel merahasiakan ini darinya.

Edward langsung teringat ketika Chamuel menjebaknya di kamar dan menggunakan sihir cinta padanya, tiba-tiba pada saat itu ada sebuah cahaya yang keluar dari tubuhnya yang sepertinya telah melenyapkan efek sihir cinta Chamuel. Pada saat itu Chamuel terlihat kaget dan dia juga seperti menyembunyikan sesuatu darinya tentang cahaya itu, bahkan ketika Edward bertanya lagi tentang cahaya itu kepada Chamuel, dia hanya mengalihkan pembicaraan seperti sekarang.

"Sial! Aku sangat penasaran!"

Edward pun akhirnya tidur lagi agar dirinya bisa segera sembuh dan akhirnya besok bisa segera berlatih seperti biasa lagi.

Matahari mulai bersinar terang menampakkan cahaya dan kehangatannya mengusir kabut pagi yang tebal di hutan Elf, udara disana sangatlah sejuk dan menyegarkan siapapun yang menghirupnya. Di pagi yang sempurna itu terdapat Edward yang tengah melatih dirinya di hutan dekat dengan air terjun sendirian, selama ini dia terus melatih dirinya agar semakin menjadi kuat untuk melindungi apa yang berharga bagi dirinya, terlihat otot-otot hasil latihan dia selama ini yang membentuk di tubuhnya.

"Ed-chan aku sudah datang lho."

Di tengah latihannya itu dia mendengar suara Chamuel yang datang menjemputnya dari latihan karena hari itu adalah yang spesial terutama bagi para Elf, hari itu adalah hari dimana Evelyn akan diangkat untuk menjadi pemimpin yang baru menggantikan Heldalf yang telah mundur dari posisinya sebagai raja.

"Huh...sudah waktunya untuk bersiap-siap ya."

Chamuel mendekat ke arah Edward yang telah menghentikan latihannya karena mendengar suaranya, lalu dia menatap ke tubuh Edward yang tengah bertelanjang dada itu.

"A-apa?"

"(stare) Jii~"

Edward mulai risih dengan Chamuel yang terus menerus menatapnya, entah kenapa dia merasakan sesuatu yang tidak enak akan terjadi.

"A-apa ada sesuatu yang salah?"

"Tidak, Chamuel hanya berpikir kalau Ed-chan itu punya tubuh yang bagus ya?"

Seketika Edward langsung merinding mendengarnya, memang selama ini mereka telah bersama-sama tetapi entah kenapa pada saat dia berduaan dengan Chamuel, dia merasakan ancaman yang sangat besar melebihi setiap musuh yang dia hadapi sampai sekarang. Edward teringat fakta bahwa tidak ada hal baik yang terjadi saat dia berduaan dengan Chamuel, selama ini dia beruntung karena disekitarnya ada Lily, Lilith, dan Sharon.

Edward segera memakai cincin yang pernah diberikan Chamuel agar dia tahu apa yang dipikirkan Chamuel sekarang tetapi dia sama sekali tidak mendengar apapun.

"Kukukuku apa menurut Ed-chan pikiran Chamuel bisa dibaca dengan itu?"

Edward pun mulai mengeluarkan keringat dingin, dia mulai mundur melihat Chamuel yang semakin mendekat ke arahnya.

"(gulp) A-apa yang mau kau lakukan?"

"Hmmm...Chamuel gak mau ngapa-ngapain sih tapi...(chuckle)"

Wajah Chamuel mulai kelihatan seperti kakek-kakek mesum dengan mulutnya yang tersenyum lebar dengan air liurnya yang terlihat mau keluar dan matanya yang terus melihat Edward.

"C-Chamuel?!"

Edward sudah bersiap-siap untuk kabur meskipun dia tidak tahu bisa atau tidak untuk kabur dari Chamuel tetapi itu lebih baik daripada hanya berdiam diri saja, namun di dalam situasi genting itu datanglah Lily yang selalu muncul di belakang Chamuel secara tiba-tiba entah dari mana.

"Jii~(stare)"

Selama ini Edward sangat penasaran dengan Lily yang bisa muncul dan menghilang secara tiba-tiba tanpa ada yang menyadari tetapi seperti biasanya juga, ketika Lily ditanya tentang hal itu, dia hanya menjawab dengan muka datar seolah-olah tidak tahu dengan apa yang dibicarakan.

Chamuel pun merasakan keberadaan seseorang di belakangnya dan segera menoleh, dia sangat terkejut melihat Lily yang telah berdiri tepat dibelakangnya.

"Li-Lily-chan!"

"Chamu, mendahului itu tidak boleh."

"Huh...Chamuel rasa gak ada pilihan lain, Chamuel akan coba lain waktu."

Edward merasa lega karena dia telah terhindar dari bahaya yang sangat buruk, dia tidak tahu apa yang akan terjadi jika Lily tidak ada disitu.

"Terima kasih Lily!"

"Ya~"

Edward segera memakai bajunya dan pulang ke istana bersama Chamuel dan Lily untuk mrngikuti upacara penobatan Evelyn sebagai pemimpin kerajaan Elf yang baru. Evelyn sangat dicintai rakyat dari kerajaannya karena dia terkenal dengan kebaikan hatinya yang selalu membantu para rakyat yang kesusahan tanpa pamrih, dia bahkan sangat memperhatikan orang-orang di kerajaannya dan selalu berusaha keras agar mereka dapat hidup enak, mungkin itulah alasan terbesar Heldalf memilih Evelyn sebagai penerusnya dibandingkan kakaknya, Kenaz.

Setelah berjalan cukup lama, Edward pun sampai di istana kerajaan Elf, disitu dia langsung ditarik oleh para pelayan menuju sebuah kamar untuk berdandan karena Edward adalah tamu kehormatan dan tamu kehormatan harus tampil rapi dan bagus ketika dipandang.

Rambut Edward yang tadinya acak-acakan pun disulap menjadi sangat rapi sampai-sampai Edward sendiri terkejut melihatnya, dia pun dipakaikan baju berwarna putih dengan jas berwarna hitam dengan bunga di dadanya, dia juga memakai celana dan sepatu yang berwarna hitam.

"Edward-sama, bagaimana?"

"Hmmm...kurasa bagus...mungkin."

Selama ini Edward tidak pernah memperhatikan penampilannya, dia bahkan hampir tidak pernah melihat dirinya sendiri di cermin, dia hanya sibuk memikirkan untuk menjadi kuat dan menghentikan perang yang tak kunjung berakhir, oleh karena itu dia sama sekali tidak tahu apakah penampilannya sekarang bagus atau tidak apalagi dia juga tidak terlalu mengerti tentang gaya seorang bangsawan.

Pintu kamar itu pun terbuka dan disitu dia mendapati Chamuel, Lily, Lilith, dan Sharon yang juga telah didandani juga, mereka sangat terlihat berbeda dari biasanya dengan gaun yang mereka pakai membuat penampilan mereka seperti orang dewasa.

"Ed-chan! Bagaimana penampilan kami?"

"Aku tidak mengerti tapi...bukannya itu bagus?"

Chamuel terlihat sangat tidak puas dengan itu, dia sudah mengharapkan kalau Edward akan memuji dengan kata-kata indah yang bisa membuat hatinya senang.

"Mum...Apa-apaan dengan jawaban itu."

Sharon yang sudah tahu itu pun hanya bisa menggelengkan kepala, dia sudah tahu kalau Edward bukanlah orang yang pandai memuji atau pun merayu wanita dengan kata-kata indah, baginya Edward itu seorang yang jujur dengan kata-kata yang dia ucapkan.

"Jeez! Ed, seperti biasa kau tidak pandai memuji."

"Mau bagaimana lagi kan, selama ini aku tidak pernah mempunyai pacar atau apapun."

"Bukannya Ed-chan sudah memiliki harem yang imut-imut!"

"Aku akui kalau kalian ini ya...imut tapi..."

"Tapi?"

Edward pun menunduk dengan muka yang muram dan menutupi mukanya dengan kedua tangan.

"Yang aku inginkan hanyalah pasangan yang biasa, kenapa...kenapa semua malah..."

Selama ini Edward terus berkhayal suatu dia akan mempunyai pacar dan hidupnya akan menjadi indah, dia bahkan selalu berdoa ketika melihat bintang jatuh di langit agar bisa menemukan pasangan hidupnya.

"Bahkan Sharon yang dulu aku sukai sekarang malah..."

Wajah Sharon langsung memerah karena malu mendengar kata-kata yang Edward ucapkan barusan, dia memegangi kedua pipinya dengan telapak tangan dengan wajah yang merah seperti tomat.

"Su-suka!"

Chamuel terlihat sangat kesal dengan ucapan Edward barusan, dia pun tersenyum dengan raut muka yang nampak kesal, tetapi ada yang lebih mengerikan dari itu, Lily yang dari tadi diam pun juga terlihat kesal dengan ucapan Edward barusan dan menatap Edward dengan tatapan yang mengerikan.

"Ed!"

Edward terkejut melihat Lily yang mengeluarkan tatapan yang mengerikan.

"Tu-tunggu Lily! Kenapa kau menjadi seperti-"

"TER-TANG-KAP!"

Tiba-tiba Lily berada di depan Edward dan memeluknya dengan sangat kuat yang bahkan Edward merasa sangat sulit untuk bisa melepaskan diri dari pelukannya.

Dari arah pintu, datanglah Kenaz yang berpakaian sangat rapi, dia bermaksud untuk memanggil Edward dan yang lainnya agar segera datang ke tempat dimana upacara itu berlangsung.

"Semuanya! Sudah waktunya untuk menghadiri upacara."

"Lily, cepat lepaskan, kita harus segera menghadiri upacara."

"No!"

Edward dan yang lainnya pun segera bergegas menuju ke tempat dimana upacara penobatan itu dilakukan, tempat itu adalah di altar yang sudah turun-temurun digunakan untuk menobatkan raja kerajaan Elf, tetapi ini adalah pertama kalinya dalam sejarah kerajaan Elf ada wanita yang diangkat menjadi seorang raja. Sangat banyak rakyat yang datang untuk melihat upacara itu, bahkan mereka sampai rela berdesak-desakan hanya untuk melihat upacara penobatan itu.

"Woah...banyak sekali!"

"Itu wajar, Evelyn adalah sosok yang sangat dicintai semua orang di kerajaan ini."

Edward mulai khawatir dengan Kenaz karena tahta yang selama ini Kenaz idam-idamkan akan menjadi milik adiknya sendiri.

"Apa kau tidak apa-apa Kenaz?"

"Saya sudah tidak apa-apa, mulai sekarang yang saya inginkan hanyalah menjadi orang baik dan membantu orang-orang."

Kenaz benar-benar sudah berubah setelah pertarungan itu, dia menjadi seorang yang sangat baik, ramah, dan murah senyum, dia bahkan juga sering membantu para rakyat dan turut berpartisipasi juga dalam segala kegiatan sosial yang diadakan.

Rakyat pun mulai bersorak setelah melihat Evelyn datang, dia memakai gaun berwarna putih yang panjang dan juga memakai sarung tangan panjang dengan pita di lengannya.

Evelyn berjalan perlahan menuju altar yang disana sudah berdiri Heldalf dan Akiva yang telah menanti kedatangannya, dia pun lalu melirik ke arah tempat tamu spesial dan melihat Edward yang sedang berdiri karena Lily sama sekali tidak mau melepaskan pelukannya dan secara perlahan dia menaiki tangga di altar itu dia lalu berlutut di hadapan ayahnya dengan tangan kanannya mengepal menyentuh tanah dan siku tangan kirinya diletakkan di lutut kaki kirinya.

Heldalf pun lalu mengambil mahkota emas dengan berbagai macam permata yang berada di atas bantal bantal berwarna merah yang dibawa oleh Akiva dan mulai memakaikannya ke atas kepala Evelyn, dia lalu mengambil tongkat emas yang dan memberikannya kepada Evelyn.

"Dengan ini kau resmi menjadi raja putriku."

Evelyn pun bangkit dan berdiri dengan penuh wibawa, dia lalu berjalan menuju tepi altar itu dan menghadap para rakyat yang telah menunggunya untuk berbicara.

"Para orang-orang tercintaku, aku berterimakasih atas segala yang kalian lakukan, aku sangat senang kalian menghadiri upacara penobatan ini demi aku."

Evelyn menatap ke arah Edward yang sedang berdiri di ruangan khusus tamu spesial, dia seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi tidak mempunyai cukup keberanian untuk melakukannya. Edward pun menyadari tatapan Evelyn dan dia tersenyum dan mengangkat jempolnya, itu memberikan keberanian kepada Evelyn untuk mengatakan sesuatu yang ada di hatinya.

"Aku raja Evelyn, dengan ini mengundurkan diri."

Semua yang berada di upacara itu sangat terkejut dengan apa yang dikatakan Evelyn, mereka sampai tidak bisa berkata apa-apa sama sekali dan hanya bisa bengong mencoba mencerna apa yang baru saja dikatakan Evelyn.

"Tu-tunggu putriku, a-apa yang kau katakan tiba-tiba?"

"Aku menyadari kelemahanku ayah, untuk menjadi raja adalah sebuah tanggung jawab besar, seorang raja harus mempunyai pengetahuan, kebijakan, pengalaman yang luas, sedangkan aku masih kurang dalam semuanya."

"T-tapi seorang raja harus mempunyai keturunan sebelum dia bisa mengundurkan diri!"

Evelyn berpikir sejenak untuk mengatasi masalah ini, dia tidak bisa melawan aturan yang sudah ditetapkan walaupun dirinya adalah seorang raja sekarang, akhirnya Evelyn menemukan jawaban yang tidak kalah mengejutkannya.

"Kalau begitu, aku raja Evelyn mengangkat saudaraku Kenaz untuk menjadi penggantiku sementara."

Semua orang terkejut untuk kedua kalinya, di dalam sejaah kerajaan Elf baru kali ini ada seorang raja yang menunjuk orang lain sebagai penggantinya untuk sementara.

"Tu-tunggu Evelyn!"

"Aku sudah membulatkan tekadku, aku akan pergi dari kerajaan ini untuk berpetualang dan melihat besarnya dunia ini, aku akan mencari apa yang kurang dari diriku dan suatu hari aku pasti akan kembali lagi untuk menjadi raja yang hebat yang akan memajukan kerajaan Elf."

Semua orang terdiam karena kagum dengan Evelyn, bahkan Edward pun tidak menyangka kalau Evelyn yang sebelumnya dia lihat hanya seperti putri kecil yang polos menjadi seseorang seperti sekarang.

"Berpetualang? Dengan siapa?"

Evelyn menoleh dan menunjuk ke arah Edward, semua orang pun ikut menoleh ke arah yang Evelyn tunjuk dengan jarinya.

"Aku akan ikut dengan pahlawan yang menyelamatkan kami, Edward-sama."

"Eh?"

Mata Edward terbelalak saat mendengar kalau Evelyn mau ikut dengannya, dia bahkan tidak pernah berpikir sekalipun kalau si putri kecil itu akan mengatakan hal yang seperti itu.

"Dan aku juga akan mengatakan ini, aku menyukaimu Edward-sama."

"Eh? Tunggu, apa?!"

Chamuel dan yang lainnya terlihat tidak senang dengan ini, Chamuel tahu kalau suatu saat akan lebih banyak wanita yang akan datang seiring waktu karena itu adalah sesuatu yang telah tertulis oleh takdir dan juga legenda, dia sudah tahu itu tetapi tetap saja dia merasa tidak suka.

"Aku menyukaimu semenjak kau menyelamatkanku saat itu."

"Tunggu!-"

Chamuel dan yang lainnya berpikir itu wajar kalau Evelyn akan jatuh cinta apalagi setelah Edward membiarkan dirinya tertusuk dan terluka parah untuk melindungi Evelyn yang bahkan dia baru beremu dengannya, setiap wanita pasti akan mendambakan seorang laki-laki yang akan mengorbankan nyawanya untuk melindunginya.

"Ed-chan, sudahlah menyerah saja, kalau wanita sudah berkata seperti itu sangat mustahil untuk menghentikannya."

"Tapi-"

"Aku mohon Edward-sama! Izinkan aku bersamamu."

Para rakyat kerajaan Elf pun mulai berteriak membantu Evelyn agar Edward membiarkannya ikut.

"Sudah bawa saja, kau laki-laki kan? Tanggung jawablah dengan apa yang kau perbuat!"

Akhirnya karena dibantu rakyat yang terus menerus berteriak kepada Edward agar Evelyn diizinkan untuk ikut, dengan berat hati Edward pun menyetujuinya, dia sama sekali tidak menyangka kalau kebaikannya akan menjadi seperti ini.

"Baiklah aku menyerah."

"Terima kasih Edward-sama! Aku menyukaimu!"

Para rakyat pun mulai bertepuk tangan dan merayakan hari yang bahagia itu, mereka sudah menganggap Evelyn sebagai putri mereka sendiri jadi mereka juga ikut bahagia ketika putri kecil itu mulai tumbuh dewasa dan menemukan pria yang dia suka, sedangkan bagi Edward itu adalah bencana, dia tidak tahu apa yang akan dikatakan Zadkiel saat mereka bertemu lagi nanti, dia pasti akan benar-benar berpikir kalau Edward adalah seorang Lolicon yang gemar mengajak gadis kecil untuk ikut bersamanya.