webnovel

The Tales of Lixe

Pada suatu hari, ketiga dunia yang seharusnya terpisah bersatu. Dunia itu adalah Iume, Lapha, dan Veden. Masing-masing dunia mempunyai ras-ras yang menghuninya. Kejadian itu membuat seluruh dunia terkejut, tetapi di tengah itu tiba-tiba ras-ras dari Lapha menyerang dan mengakibatkan perang besar pertama. 20 tahun kemudian Edward, seorang pemuda yatim piatu yang mempunyai sebuah tujuan besar yaitu untuk membuat perdamaian di seluruh dunia. Edward adalah pemuda yang tidak mempedulikan ras karena dia menganggap seluruh ras itu sama. Tetapi tujuan itu sangatlah jauh dari jangkauannya yang sekarang, tetapi apakah ini sebuah keberuntungan atau kesialan, dia mengalami kejadian yang merubah hidupnya dan itu membuatnya semakin dekat dengan tujuannya itu. Inilah kisah dari dari dia yang telah menjadi legenda di masa lalu, maupun masa depan. Sebuah kisah legenda yang telah terlupakan tentang dia yang agung.

OlphisLunalia · Fantasy
Not enough ratings
105 Chs

The Emperor of The Death Arc: The Little Mermaid

Sementara itu di pulau kabut, di sana terlihat seorang wanita yang dengan anggunnya berjalan dengan tongkat emas yang ia pegang di tangan kirinya.

Ia berjalan dengan senyuman yang seperti biasa ia keluarkan, sebuah senyuman manis yang menambah keanggunannya sebagai sang gadis suci, Aurelia.

Rambutnya yang berwarna pirang panjang bergelombang itu menambah keanggunan dan kecantikannya dengan pakaian sang gadis suci.

"Dia sudah bangkit ya? Kurasa situasi ini akan memburuk jika aku tidak punya tenaga ekstra."

Aria pun terus berjalan dengan anggun menuju ke suatu tempat.

Akhirnya setelah beberapa lama Aria dengan wujud palsunya itu berjalan dia sampai di tempat tujuannya.

Sebuah kawasan dataran rumput luas yang ada di tengah hutan, di sana sudah terlihat seorang gadis yang memiliki rambut berwarna merah yang tengah bersandar di salah satu pohon.

Mendengar suara langkah kaki Aria beserta suara dari tongkat emas yang berbenturan dengan tanah, gadis itu menyadari kehadiran Aria.

"Akhirnya datang juga."

"Ara, apakah aku sudah membuatmu menunggu lama, Lilith?"

Bukan tanpa alasan kenapa Lilith terlihat sedikit kesal, itu karena Aria telah membuatnya menunggu terlalu lama sehingga dirinya merasa bosan di sini.

"Tentu saja! Kau menyuruhku datang ke sini setelah latihan pagi kan? Sekarang malah kau datang pas tepat tengah hari!"

Semenjak pertama kali bertemu dengannya, Lilith memang agak merasa kalau Aria adalah seseorang yang berbahaya apalagi melihat dia sama liciknya dengan Zadkiel.

Lilith pun mendekati Aria.

"Jadi ada apa? Kenapa kau menyuruhku kemari? Kalau soal berburu dan mengumpulkan makanan, aku sudah lakukan kemarin."

Dengan matanya yang seolah-olah tertutup, Aria memegang pipinya dan tersenyum.

"Ara ara, kamu ini sungguh anak yang imut ya? Aku tidak menyangka kalau kamu akan menjadi anak yang patuh seperti itu."

Pada dasarnya Lilith bukanlah orang yang suka dengan aturan, tetapi dia terpaksa menaati peraturan itu karena kalau tidak maka dia akan mengalami sesuatu yang buruk.

"Su-sudah cukup basa-basinya, jadi apa tujuanmu memanggilku kemari?"

"Benar juga, ini semua menyangkut tentang dirimu."

Lilith terlihat kebingungan dengan itu.

"Apa maksudmu? Berhubungan dengan diriku?"

"Aku yakin kalau kamu sendiri sudah menyadari kalau di antara mereka semua, kamu adalah yang terkuat."

Lilith semakin tidak mengerti apa yang Aria bicarakan.

Aria pun melihat wajah Lilith dan menyadari kalau Lilith sendiri masih bingung.

"Ini semua tentang potensi kebangkitan, dengan kata lain kamu mempunyai kesempatan terbesar untuk segera bangkit menjadi anak-anak Zodiak."

Selama ini Lilith sendiri masih belum mengerti tentang bagaimana dirinya bisa menjadi Anak-anak Zodiak, dia juga bahkan tidak memiliki perasaan yang sama seperti yang lainnya kepada Edward yang dikatakan sebagai reinkarnasi dari sang Cahaya.

"Anak-anak Zodiak ya...Apa kau yakin dengan itu? kau tahu, aku bahkan sama sekali tidak punya perasaan seperti Sharon dan yang lainnya."

"Begitupun aku, apa kamu pikir aku tiba-tiba mempunyai perasaan seperti itu dari awal?"

Lilith terkejut mendengar Aria mengatakan itu, Aria yang bahkan terlihat seperti seorang wanita yang haus akan laki-laki ketika berada di depan Edward itu mengatakan itu.

"Pada awalnya aku bahkan sama sekali tidak menyadari ini, tetapi."

Aria berhenti sejenak.

"Ya, seiring waktu yang mengembalikan ingatanku, aku menjadi menyadari perasaan ini dan akhirnya seperti yang bisa kamu lihat."

"Jadi kau mau bilang kalau ingatan tentang apalah itu kembali maka perasaan itu juga kembali?"

Aria sendiri masih belum bisa memastikan itu karena baginya makhluk hidup adalah sesuatu yang sangat rumit, dia tidak bisa menebak hati dari mereka semua seperti seorang dewa.

"Aku juga tidak tahu tetapi itulah yang terjadi kepadaku."

"He~h begitu ya?"

Aria pun menyatukan tangannya seolah-olah sedang berdo'a.

"Ah...tuanku, aku berharap engkau mengabulkan keinginan kecilku ini."

Memang Aria sendiri merasa dirinya tidak pantas jika disandingkan dengan Lilia ataupun Alia, bahkan dirinya sendiri lebih buruk dari Yulia, tetapi suatu saat dia juga berharap kalau tuannya juga melihat dirinya.

"Sebuah keinginan dari makhluk yang tidak pantas akan keagunganmu, tetapi suatu saat aku berharap engkau juga akan melihatku ciptaanmu yang pernah tersesat ini dengan mata yang sama seperti dia sang Lily."

Lilith pun melihat Aria, dia pernah mendengar kalau gadis yang tengah jatuh cinta akan menjadi semakin cantik dan itu sekarang tengah terjadi kepada Aria.

"Baiklah sudah cukup tentang ini, kita kembali ke topik awal tentang melatihmu untuk segera membangkitkan kekuatan itu."

Lilith adalah orang yang sangat setia kawan, dia sangat menghargai teman-temannya yang sekarang terutama Sharon dan Evelyn, dia tidak mau meninggalkan mereka berdua di belakang.

"Tu-tunggu dulu, kenapa tiba-tiba menjadi seperti itu? bukannya semua sudah sepakat tentang bersama-sama berkembang dan menjadi kuat?"

"Ya, tetapi situasi sudah berubah."

"Berubah? Apa maksudmu?"

Ini adalah situasi yang sangat berbahaya bagi Aria, dia bahkan tidak pernah merasakan situasi seperti ini selain dari musuh utama mereka sendiri yaitu tentang bangkitnya Yulia.

"Nona Yulia sudah bangkit."

"Yulia? Siapa itu?"

"Dia adalah anak Zodiak yang sangat kuat yang mungkin setara dengan nona Lilia."

"Hmmm...? Jadi apa masalahnya? Bukannya itu bagus karena dia juga akan jadi kawan?"

"Itu kalau dia menjadi kawan, tetapi bagaimana kalau sebaliknya?"

"Sebaliknya?"

"Nona Yulia sangatlah membenci kita, dia mungkin tidak akan segan-segan untuk melenyapkan kita, tentu itu juga termasuk dirimu."

Lilith tidak bisa menahan keterkejutannya mendengar hal itu.

"A-apa? Me-melenyapkan?"

"Karena itulah untuk itu aku membutuhkanmu Lilith, tidak...mantan raja Iblis, Leviathan."

Pada saat Aria memanggil nama Asli darinya, ekspresi Lilith pun berubah menjadi ekspresi sangat serius.

Untuk Aria membutuhkan bantuan, itu sama sekali tidak wajar karena dia sendiri mempunyai kekuatan yang sangat luar biasa.

"Aku bisa membantu tetapi bukannya itu tidak perlu, kau tahu kan seperti apa kekuatanku sebagai mantan raja Iblis?"

Tentu sebagai salah satu raja Iblis Leviathan adalah sosok individu yang sangat kuat, tetapi itu semua masih belum cukup untuk bisa menghadapi Yulia.

"Tentu, tetapi dengan hanya kekuatan selevel itu apa kamu yakin bisa menghadapi dia?"

"Selevel itu?"

"Nona Yulia bukanlah anak Zodiak biasa, dia adalah seseorang yang spesial yang aku percaya kamu tidak akan pernah membayangkan akan adanya orang seperti itu, bahkan aku berani menjamin kalau dia sendiri bisa menghancurkan sebuah negara dengan mudah menggunakan kekuatannya yang luar biasa itu."

Aria sangat tahu seberapa besar kekuatan dari Yulia, di masa lalu dia pernah secara langsung menghadapi Yulia bersama beberapa anak Zodiak yang lain dan mereka semua bisa dikalahkan, bahkan Yulia hampir membunuh mereka semua menggunakan Deus-Ex-Machina.

Tiba-tiba aura sang mantan raja Iblis itu pun keluar karena mendengar Aria yang meremehkan kekuatannya yang ia banggakan.

Leviathan menatap Aria dengan tatapan dingin yang seolah-olah sangat berbeda dengan dirinya yang biasanya sebagai seorang gadis kecil yang periang.

"Apa kau meragukan kekuatanku?"

Aria hanya santai menanggapi aura yang mengerikan itu, atau bisa dibilang dia sama sekali tidak menganggap Leviathan adalah ancaman baginya.

Aria pun menatap Leviathan dengan tatapan yang seperti dia biasanya denan senyum sinis di wajahnya yang seolah-olah dia meremehkan sang mantan raja Iblis Leviathan.

"Ya itu benar, aku bahkan berani bertaruh kalau kamu tidak bisa mengalahkanku."

"He~h menarik juga, asal kau tahu kalau aku selama ini mematuhimu karena itu hanyalah bagian dari sandiwara."

"Jadi? Apa kamu pikir Aria ini akan takut?"

Melihat Aria yang sama sekali tidak menganggapnya ancaman membuat Leviathan mulai muak dan juga marah dengan ini, dia sang mantan raja iblis telah diremehkan oleh seorang Elf berambut pirang yang terlihat lemah.

Memang Aria pernah berkali-kali bertarung dengan orang yang bahkan lebih kuat dari raja Iblis Leviathan sekalipun, meskipun kekuatannya sebagai Elf tidak sebanding dengan kakaknya tercinta sang putri es, tetapi dia tetap adalah sosok yang sangat kuat dengan sihir-sihirnya.

"Bagaimana kalau kita bertarung?"

"Kalau begitu bagaimana kalau begini, jika kamu bisa melancarkan satu serangan fatal saja kepadaku maka kamu menang?"

Sebagai seorang mantan raja Iblis Leviathan tentu mempunyai sebuah kehormatan yang harus ia lindungi, dia tidak akan sudi menerima kemudahan yang diberikan Aria itu demi untuk melindungi kehormatannya.

"Aku tidak perlu itu, kita akan bertarung sampai salah satu dari kita mengaku kalah atau tidak bisa melanjutkan pertarungan."

"Ara, apa kamu sanggup?"

"Jangan meremehkanku!"

Leviathan menatap Aria dengan sangat tajam, aura mengerikan pun terus menerus keluar dari tubuhnya mencoba untuk mengintimidasi Aria tetapi dengan santainya Aria masih tersenyum.

"Baiklah...kalau begitu..."

Aria pun mengangkat tangan kanannya.

"Mulai!"

Leviathan terkejut dengan Aria yang dengan tiba-tibanya mengatakan mulai tanpa memberi penjelasan terlebih dahulu.

"Eh? Tu-tunggu!"

Tiba-tiba di atas Leviathan terlihat dua buah Treant raksasa yang mau melayangkan tinjuan dari tangan raksasa kayu mereka ke tubuhnya.

Dengan sigap Leviathan terbang dengan kedua sayapnya dan menghindari serangan dua buah Treant itu dan menjauh dari mereka, dia pun menoleh ke arah dua Treant yang menyerangnya tadi dengan ekspresi heran.

"Bagaimana dia bisa membuat itu tanpa kusadari?"

"Ara, apakah sang mantan raja Iblis ini sebenarnya tidak terlalu kuat?"

Leviathan terkejut mendengar suara Aria dari arah depannya, dia pun segera mengalihkan pandangannya ke depan dan melihat di sana ada tiga Treant yang salah satu dari Treant itu membawa Aria di tangannya.

"Ba-bagaimana dia bisa berada di sana? bukan begitu! hai kau, Itu curang tahu! Seharusnya kamu memberitahuku terlebih dulu kalau mau mulai!"

"Ara, ini bukanlah pertarungan antar ksatria jadi tidak ada yang namanya curang, lagipula dalam pertarungan hidup dan mati mana ada orang yang menunggu lawannya bersiap-siap?"

Dua Treant yang ada di depan pun berusaha melancarkan serangan mereka kepada Leviathan tetapi memang mereka terlalu lambat karena ukuran tubuh mereka yang sangat besar sehingga Leviathan tidak mempunyai kesulitan menghindari serangan mereka.

Setelah menghindari serangan dua Treant yang ada di depannya, Leviathan langsung menuju ke arah Aria yang berada di telapak tangan Treant yang ada di belakang.

"Kau adalah penyihir, mana mungkin penyihir bisa menang melawan seorang petarung jarak dekat sepertiku?"

Memang bagi penyihir, bertarung satu lawan satu dengan petarung jarak dekat adalah sesuatu yang tidak menguntungkan terutama jika itu dilakukan tanpa ada rencana atau apapun karena untuk merapalkan satu sihir saja dibutuhkan beberapa waktu sehingga dalam jeda waktu tersebut dibutuhkan seseorang sebagai pengalih perhatian tetapi.

"He~ benarkah?"

Melihat senyum Aria yang masih belum menghilang dari wajahnya itu membuat Leviathan merasa tidak tenang.

"Pertarungan itu bukan hanya sekedar adu kekuatan, tetapi juga adu strategi."

Tiba-tiba tubuh Leviathan mengeluarkan sinar, tepat di depannya muncul lingkaran sihir yang membuat silau mata Leviathan.

Leviathan segera menutupi matanya dari cahaya yang sangat menyilaukan itu.

"A-apa? Apa ini?"

Setelah cahaya itu menghilang Leviathan mencoba melihat lagi, dia pun melihat Aria yang dengan senyumnya melambai-lambaikan tangan.

"Selamat jalan."

"Eh?"

Tiba-tiba tubuh Leviathan pun terpental jauh menjauhi Aria yang dengan senyumannya yang khas terlihat menatap Leviathan dengan santainya.

Leviathan yang terhempas itu benar-benar tidak bisa melawan walaupun dia mencoba, dia tetap terbang terhempas mengikuti arah.

"Sebenarnya sihir macam apa ini?"

Ini memang sesuatu yang tidak benar-benar mengejutkan bagi Leviathan karena dia sendiri sudah tahu kalau para Elf itu memang sangat ahli dalam urusan sihir, mereka bahkan bisa menciptakan sihir-sihir yang sangat kompleks yang bahkan melebihi para Malaikat.

"Sekarang mari kita naikkan kesulitannya."

Tepat di depan Leviathan yang tengah terhempas itu pun muncul sebuah Golem raksasa dengan lava menyala yang sangat panas melumuri tubuh golem itu.

Golem itu mengepalkan tinjunya dan bersiap untuk meninju Leviathan yang tengah terhempas dan tidak bisa melawan.

"Tch dia ternyata memang sudah tahu kelemahanku, tetapi!"

Dengan sigap Leviathan mengubah sayapnya menjadi metal dan membungkus tubuhnya dengan sayap itu.

Leviathan pun akhirnya menghantam tinju dari Golem itu dengan kerasnya sampai-sampai membuat bagian tangan golem itu hancur, tetapi bukan Levithan tentunya kalau dia kalah dengan serangan itu, dia berhasil meminimalisir damage yang dia terima dengan membungkus dirinya dengan sayapnya.

"Ini masih belum berakhir!"

Golem itu pun memuntahkan lava yang sangat panas dan juga banyak ke Leviathan.

"Jadi begitu, kau mau menyerangku secara bertubi-tubi menggunakan kelemahanku ya? Tidak buruk tapi!"

Leviathan membuka mulutnya.

Tiba-tiba sesuatu seperti pusaran angin tornado keluar dari mulut Leviathan, pusaran angin itu pun mengarah ke Lava yang dikeluarkan oleh golem itu.

Lava yang sangat panas dan juga banyak itu seolah-olah tertarik dan akhirnya menuju ke mulut Leviathan.

Lava yang berjumlah banyak itu terus menerus menuju ke mulut Leviathan dan tertelan olehnya sampai tidak ada yang tersisa lagi di sana.

"He~h seperti yang sudah aku duga dari Leviathan, julukan sang pemakan segalanya itu bukan hanya omong kosong."

Dengan kekuatan penuh, Leviathan kembali memuntahkan lava yang ia telan itu ke golem lava.

Aria yang melihat tingkah Leviathan itu pun merasa bingung dengan kelakuan Leviathan yang menyerang golem lava dengan lava yang tentu tidak akan menghasilkan apa-apa.

"Apa sebenarnya yang kamu lakukan?"

Dengan tiba-tiba Leviathan mengeluarkan air dari mulutnya dan menyirami golem yang berlumuran lava itu dengan air yang ia keluarkan.

Tentu saja lava yang mendingin akan menghasilkan bebatuan yang Leviathan pikir akan menghentikan pergerakan golem itu sehingga dirinya bisa maju dan menyerang Aria.

Pertemuan lava panas dan air itu pun menghasilkan uap yang sangat tebal yang seolah olah seperti di sauna yang menyelimuti area di sekitar Leviathan dan benar lava yang tadi ia semburkan itu sekarang mengeras, tetapi uap air yang terlihat tidak berbahaya itu pun membuat Leviathan merasa sesak.

"Eh? Ke-kenapa?"

Aria yang melihat itu benar-benar tidak tahu sebenarnya sebodoh apa Leviathan itu sehingga menyemprotkan air asin ke Lava yang sangat panas, dia hanya bisa menghela napasnya melihat tingkah Leviathan itu.

"Apa yang kamu lakukan? Cepat keluar dari uap itu atau kamu akan pingsan."

Memang bagi selevel raja Iblis, uap beracun seperti itu tidak terlalu berbahaya karena tubuh mereka yang sangat kuat, tetapi itu tetap saja merupakan suatu kebodohan.

Dengan segera Leviathan pun keluar dari uap tebal yang telah ia buat itu.

"Kamu ini sungguh bodoh ya?"

"Hah? Apa kau bilang?"

"Pertama-tama kamu telah membuat sesuatu yang berbahaya yang bisa membunuh orang biasa."

"Ma-mana aku tahu itu!"

"Dan kedua apa kamu pikir dengan membekukan dan mengeraskan lava bisa menghentikan Golem yang juga terbuat dari batu dan lava, untuk apa kamu malah memperkuat golem itu dasar BODOH?!"

Tentu itu adalah hal yang sangat bodoh mengingat Golem akan bisa menyerap apapun yang sejenis di sekitarnya.

"AAAAAA....Aku sudah tidak tahan!"

Tiba-tiba Aria menghapus senyuman dari wajahnya, dia menatap Leviathan dengan tatapan yang tajam, aura di sekitarnya juga tiba-tiba berubah menjadi mengerikan.

"Baiklah kalau begitu, aku akan tunjukkan kepadamu pertarunganku yang sebenarnya."

Aria mulai berlutut dan menempelkan tangan kanannya yang mengepal ke dada kirinya.

"Akan aku tunjukkan seperti apa ras terkuat Myth, tidak! Akan aku tunjukkan seperti apa kekuatan sebenarnya dari anak-anak Zodiak."

Aria menutup matanya yang indah itu dan merapalkan sebuah mantra.

"Semua akan bersatu sebagai satu kebenaran

Kebenaran mutlak yang suci."

Wujud Aria pun berubah, wujud dewasanya itu perlahan menyusut, wujud seorang wanita Elf berambut pirang yang dewasa nan cantik itu sekarang perlahan menyusut dan menjadi wujud seorang gadis kecil dengan rambut berwarna putih bersih.

Leviathan yang melihat itu benar-benar terkejut, dia mungkin sudah pernah melihat wujud Aria, tetapi dia sama sekali belum pernah melihat wujud yang seperti ini di mana di sekitar Aria terlihat aura putih bersih yang pernah ia lihat saat Edward menghadapi Avvanyyon.

"A-apa ini?"

Bahkan sang mantan raja Iblis Leviathan bisa merasakan dari jauh seberapa mengerikan kekuatan yang ia rasakan, itu benar-benar sudah dalam level yang berbeda dari dia tadi.

"O mi domine

Engkau yang diberkati keberanian suci

Menembus selubung kepalsuan

Menghancurkan kegelapan."

Di kepala Aria mulai muncul sepasang tanduk yang terlihat seperti tanduk domba yang melingkar ke belakang.

"Menerangi dunia dengan cahaya yang suci."

Aria mulai membuka matanya.

Aulia Xea!"

Pakaian gadis suci yang ia pakai pun juga berubah menjadi pakaian sebenarnya dari seorang anak Zodiak, sang Aries.

Aria pun berdiri dan menatap Leviathan yang masih terlihat tidak mempercayai apa yang ia saksikan saat ini.

"Akan aku katakan ini kepadamu wahai sang mantan raja Iblis Leviathan, aku adalah anak Zodiak peringkat 9 sang Aries, di atasku ada delapan orang anak Zodiak yang lebih kuat termasuk nona Yulia yang mempunyai peringkat kedua dan sang Aquarius yang ada di puncak hirarki."

Di punggung Aria muncul sayap yang indah, dia pun mulai terbang menggunakan sayap itu.

"Aku sang Aries Aulia Xea, dengan kekuatan ini akan aku ajarkan seperti apa mengerikannya kamu kepadamu, mantan raja iblis Leviathan."

Go my Loli!

OlphisLunaliacreators' thoughts