Bulan ini sudah masuk musim penghujan. Pagi-pagi sekali hujan sudah turun dengan derasnya, ditambah suara gemuruh petir yang terdengar beberapa kali.
Teesha yang sudah rapi dengan seragam sekolah memandang jalanan lewat kaca jendela kamarnya. Ia menghela nafas panjang ketika niat untuk pergi sekolah lebih pagi dengan menaiki bus di halte yang berjarak tiga ratus meter dari rumahnya tidak bisa terealisasikan.
Padahal ia sangat ingin menaiki angkutan umum, hitung-hitung olahraga juga karena sudah lama ia tidak berjalan kaki ke halte sana.
Ya apa boleh buat, cuaca sedang tidak mendukung hari ini. Ia akan pergi sekolah diantar oleh supir keluarga Sanjaya seperti biasanya.
The best thing 'bout tonight's that we're not fighting
Could it be that we have been this way before?
I know you don't think that I am trying
I know you're wearing thin down to the core
Berbeda dengan Teesha yang masih berada di rumah dan belum berangkat, seorang pria sudah berada di jalan menuju sekolah di tengah hujan yang deras ini. Lagu Secondhand Serenade yang dirilis tahun dua ribu delapan itu memang tidak pernah bosan untuk di dengarkan.
Because tonight will be the night
That I will fall for you over again
Don't make me change my mind
Or I won't live to see another day
I swear it's true
Because a girl like you is impossible to find
You're impossible to find
Bayangan seorang gadis berambut karamel tiba-tiba melintas begitu saja, membuat si pria tersenyum tipis ketika mendengar penggalan lirik dari lagu berjudul Fall For You itu.
This is not what I intended
I always swore to you I'd never fall apart
You always thought that I was stronger
I may have failed, but I have loved you from the start
Oh, but hold your breath
Because tonight will be the night
That I will fall for you over again
Don't make me change my mind
Or I won't live to see another day
I swear it's true
Because a girl like you is impossible to find
It's impossible
Ah, gadis itu memang benar-benar memenuhi pikirannya kapan atau dimanapun tanpa mengenal waktu. Gadis yang berhasil membuatnya merasakan perasaan yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan. Padahal awal ia bertemu dengannya itu biasa-biasa saja, tidak ada yang spesial. Tetapi ia tidak menyangka gadis itu bisa membuatnya seperti ini.
So breathe in so deep
Breathe me in, I'm yours to keep
And hold on to your words cause talk is cheap
And remember me tonight when you're asleep
Because tonight will be the night
That I will fall for you over again
Don't make me change my mind
Or I won't live to see another day
I swear it's true
Because a girl like you is impossible to find
Gadis yang menurutnya 'unik' itu memang sulit untuk ditemukan kembali. Mungkin hanya ada satu banding seribu yang seperti dirinya. Sang pria jadi bertanya-tanya, kapan ya ia bisa mendapatkan gadis itu tanpa adanya halangan?
Tonight will be the night
That I will fall for you over again
Don't make me change my mind
Or I won't live to see another day
I swear it's true
Because a girl like you is impossible to find
You're impossible to find
Terlihat pria itu sedang serius memandang ke arah depan, entah fokus pada jalanan atau fokus memikirkan sesuatu yang aku pun tidak tahu apa itu. Sampai akhirnya ia tiba-tiba menyeringai sambil menginjak pedal gas karena lampu lalu lintas sudah berubah menjadi hijau.
Apa yang sedang kau rencanakan?
.
.
Gadis berambut cokelat karamel berlari menembus hujan dari gerbang sekolah menuju gedung utama SMA Adyatama, membiarkan tubuhnya yang terbalut jaket berwarna merah terkena percikan air hujan yang jatuh dari langit. Sesekali ia mengumpat ketika ia tidak sengaja menginjak genangan air yang membuat sepatunya sedikit basah. Ia baru menyadari kebodohannya karena tidak membawa payung dari rumah, padahal sudah tahu hujan turun sangat deras.
Teesha menurunkan hoodie nya ketika ia berhasil menembus hujan dan sudah sampai di gedung utama. Ia menepuk-nepuk lengan jaketnya yang basah. Matanya menjelajah sekitar. Koridor gedung utama terlihat lebih sepi dari biasanya di jam segini, hanya terlihat beberapa murid yang sudah datang berlalu-lalang.
Teesha kembali melempar pandangan ke arah langit yang di dominasi oleh awan hitam. Ia yakin sebagian murid tidak akan masuk sekolah karena lebih memilih berdiam di dalam kamar dengan selimut dan cokelat panas dibandingkan harus pergi ke sekolah menembus hujan yang tidak juga reda.
Ah, cokelat panas sepertinya ide yang bagus. Teesha berniat membelinya di kantin nanti setelah ia menyimpan tas sekolahnya. Tetapi setelah sampai di kelas, gadis itu terkejut dengan apa yang ia lihat di atas meja belajarnya. Bukan, bukan hantu yang ia lihat. Lebih mengejutkan dari itu.
Teesha melihat beberapa batang cokelat dan juga beberapa cemilan ringan yang dibungkus di dalam sebuah buket, juga segelas cokelat panas yang tadinya akan ia beli di kanton sekolah sudah tersedia dia atas mejanya. Tidak hanya itu, satu tangkai bunga mawar merah yang tergeletak di samping buket makanan itu juga membuat Teesha bertanya-tanya.
Gadis itu mengedarkan pandangannya dan tidak menemukan satu murid pun di kelasnya. Belum ada yang datang selain dirinya. Lantas, milik siapa ini? Atau siapa yang mengirimnya?
Teesha mengangkat buket cemilan itu dan menemukan secarik kertas dibawahnya. Ia kembali meletakan buket itu dan membaca tulisan di atas kertas putih itu.
'To: Myria Lateesha Dipta. Jaga kesehatan, jangan sampai sakit di musim hujan kayak gini. Because a girl like you is impossible to find :)'
Teesha mengerutkan dahi membaca tulisan itu. Ia membolak-balik kertas yang dipegangnya berharap menemukan siapa yang mengirim paket yang memang untuk dirinya. Tetapi tidak tertulis siapa yang memberikannya semua ini.
"Masih pagi udah ada ya g dapat kejutan nih." Demi apapun, Teesha hampir saja melompat dari tempatnya karena terkejut mendengar suara seseorang dari belakang.
Gadis itu berbalik dan menemukan Divinia yang berdiri sambil melipat kedua tangan di depan dadanya sambil tersenyum, "Div! Astaga kamu bikin aku kaget!"
Buru-buru Teesha memasukan kertas itu kedalam saku sebelum sahabatnya menanyakan lebih jauh.
"Dari siapa?" Divinia menghampiri Teesha yang kini duduk di kursinya sambil buru-buru memasukan buket cemilan dan bunga yang ia terima ke kolong mejanya, berharap Divinia tidak bertanya lebih jauh dan bisa berpura-pura tidak melihat apa-apa. Tetapi sepertinya hal itu tidak mungkin karena gadis bule itu kini duduk di kursi depan Teesha dan mulai menatap Teesha dengan pandangan siap mengintrogasi.
Teesha mengendikan bahu, "Gak tahu. Gak ada nama pengirimnya."
"Masa?" Divinia memandang Teesha curiga.
Teesha menghela nafas, "Serius. Aku gak tahu siapa yang kirim ini."
"Wah.. wah.. wah.." Divinia menopang dagunya dan memberikan tatapan menggoda Teesha, "Kelihatannya makin hari makin manis aja sikap dia ke kamu ya."
Teesha mengerutkan dahi, "Dia siapa maksud kamu?"
"Tck." Divinia berdecak, "Rey lah. Siapa lagi?"
Kerutan di dahi Teesha semakin dalam, "Kok jadi dia sih?"
"Ya terus menurut kamu siapa lagi yang memungkinkan kirim kamu paket kayak gini ditambah ucapan manis kayak gitu selain Rey?" Divinia bersikeras, "Siapa lagi coba? William? Dia ga mungkin berbuat hal manis kayak gini, Teesha. Aku yakin hal-hal kayak gini bahkan sama sekali ga masuk akal buat dia."
Teesha terdiam sejenak mencerna perkataan Divinia. Benar juga apa yang dikatakan Divinia. Kemungkinan besar pasti Rey yang mengirimkan semua ini. Pangeran es yang merangkap raja iblis itu tidak mungkin memberinya hal-hal manis seperti ini.
Tapi yang jadi pertanyaannya, dalam rangka apa Rey memberinya semua ini? Tidak biasanya Rey memberikan sesuatu secara sembunyi-sembunyi begini. Apa sebaiknya ia tanyakan saja langsung pada orangnya?
Teesha menggelengkan kepalanya. Tapi jika bukan Rey yang mengirimkannya bagaimana?
SRETT
Suara geseran kursi yang disebabkan oleh Divinia yang beranjak dan kembali ke bangkunya menyadarkan Teesha dari lamunan.
"Padahal dia tahu kamu belum tentu suka sama dia, tapi dia sama sekali ga menyerah ya, Teesha." Divinia kembali membuka percakapan dari bangkunya. Teesha tidak menjawab, ia masih terdiam mendengarkan Divinia.
"Jarang ada laki-laki kayak dia, Teesha. Kamu yakin mau sia-siain laki-laki baik kayak Rey?"
"..."
"Kesempatan itu ga akan datang dua kali, Teesha. Jangan sampai nantinya kamu malah menyesal."
Teesha mengalihkan perhatiannya pada Divinia yanh kini sedang mengeluarkan buku dari tasnya. Dilihat dari covernya sepertinya itu buku sejarah, mengingat hari ini ada ulangan harian sejarah. Divinia pasti ingin mengulang materi.
"Aku kasih tahu satu hal ya. Buat apa kamu ngejar yang gak pasti, sementara di sisi lain ada orang yang bener-bener tulus, ada orang yang udah jelas-jelas suka sama kamu?"
Dan lagi. Perkataan Divinia kembali membuat Teesha terdiam.
.
.
To be continued