2 Dunia Baru

            "Dan saya mengucapkan: Selamat Tuan dan Nyonya, dia anak yang sehat," Suara perempuan yang berbicara dan mengejutkanku.

           "Apa ini!?  Tunggu! Apa aku berhasil!?" Entah seperti apa aku terkejut sekarang, karena aku tidak bisa menggerakkan tubuhku se mauku. 

Aku sangat senang dan bahagia, sehingga membuatku tidak bisa berkata apapun dalam pikiranku sendiri, aku senang telah memiliki ayah dan ibu seperti dulu.

Orang tuaku sebelumnya pasti bangga, dan juga senang, karena aku selamat sampai sekarang.

Ada hal yang selalu teringat yaitu; Ucapan terakhir dari ayahku, 'aku harus selamat.' 

Ucapan ayahku tersebut, tidak dapat aku lupakan seumur hidupku, "Ayah! Aku telah penuhi keinginanmu!"

Setelah terdiam sejenak dilahirkan didunia baru, aku pun menangis saking bahagianya, membuat tubuh kecil ini tak mampu menahannya, menangis sekencang-kencangnya karena terbawa senang bahagiaku. "Aku berhasil terlahir kembali tanpa harus terbunuh."

             "Tenanglah sayang, kau tidak apa apa nak," Suara itu adalah suara perempuan yang lembut, dia berbicara dengan pelan.

Dan terasa hangat belaian tangan dari perempuan itu. Dia sedang mengusap wajahku, sepertinya agar aku tidak menangis. 

Setelah itu, aku di berikan kepada seorang perempuan. Aku melihat perempuan muda yang sangat cantik sedang merangkulku, dia memelukku dengan lembut. 

             "Sayangku Aldira Saquille, kamu adalah anakku yang tampan," Dan itu merupakan ibuku, dan dia sedang memberi nama kepadaku, ditambah ciumannya hangat dikeningku.

              "Sayang itu nama yang bagus, aku sangat senang dan sangat bahagia sayang! Aku sangat bahagia dengan kelahiran Aldira anak kita!" Dan itu merupakan Ayahku, dengan merangkul kami dipelukanya. Sehingga terlihat ibuku sedang bersandar didada ayah yang bidang.

Namun pikiranku saat ini, yaitu tentang cahaya yang telahku alami sebelumnya. 

            

             "Jadi cahaya terang diujung terowongan itu... adalah cahaya pintu keluar dari rahim wanita!" Aku salah berfikir kalau itu adalah dimensi ruang dan waktu tempat orang yang berenkarnasi ke surga.

             "Ha ha ha... Mari kita tidak memikirkannya lagi."

Menilai situasi ini, aku berfikir dengan cara rasional seperti raja.

Pertama-tama aku tidak tau tempat apa ini, kemudian aku tidak tau tentang dunia ini, dan juga aku tidak mengerti bahasa didunia ini. 

Selanjutnya, setelah membuka mataku secara perlahan dan terasa menyakitkan. Retina mataku seperti dibombardir oleh warna dan bentuk yang berbeda. Mata bayi ini membutuhkan sedikit waktu, agar terbiasa dengan cahaya.

Dokter, atau begitulah kelihatannya, dia memiliki wajah yang tidak terlalu menarik dengan rambut panjang beruban dikepala dan dagu. 

Aku bersumpah untuk kacamatanya. Karena kacamata yang digunakan oleh dokter tersebut, sangat tebal. Dan cukup untuk menjadi kaca anti peluru. 

Hal aneh lainnya, dokter tersebut tidak mengenakan pakaian dokter. Ditambah proses kelahiranku tidak berada dikamar rumah sakit.

Sepertinya saya lahir dari ritual pemanggilan setan. Karena ruangan ini hanya diterangi oleh beberapa lilin saja. Dan juga, kami berada diatas tempat tidur jerami. Aku terus memperhatikan sekeliling dan melihat wanita yang menggendong diriku. 

     

       

         "Aku harus Memanggil ibu! padanya."

Mengambil beberapa detik lagi untuk melihat seperti apa penampilannya, aku harus mengakui bahwa dia cantik, tapi itu mungkin disebabkan oleh mataku yang setengah kabur. 

Dari pada kecantikan yang glamor, lebih baik aku menggambarkannya sebagai cantik. Dalam arti yang asangat baik dan lembut, dengan rambut pirang dan mata cokelat yang berbeda. 

Aku melihat bulu matanya yang panjang, dan juga hidung yang mancung, sehingga membuatku ingin memeluknya. Dia baru saja meresapi perasaan keibuan. Pada saat ini, aku merasakan perasaan hangat kasih sayang dari pelukannya.

         "Apakah ini sebabnya bayi tertarik pada ibunya?" 

Aku mengusap wajahku dengan tangan mungil dan menggoyangkan kepalaku dan melihat ke atas. Aku melihat orang yang aku anggap sebagai ayah, dia dengan seringai bodoh dan mata berkaca-kaca yang sedang menatapku, Tiba-tiba dia berkata.  

        

    

         "Katakan hallo hai hai dira, aku ayahmu, bisakah kamu mengucapkan dada?"

Aku melihat sekelilingnya, dan aku melihat ibuku termasuk dokter. Pada saat aku sadari, rumah atau tempat aku di lahirkan itu, cukup tersertifikasi dan memenuhi. Aku memutar mata melihat mereka semua bersamaan dengan ibuku berhasil mengejek, ayahku.

          "Sayang! Sayang! Dia baru saja lahir," Balas ibuku pada ayahku, itu merupakan perdebatan kecil yang hangat.

Aku melihat lebih dekat pada ayahku, dan aku mengetahui alasan ibuku yang sangat cantik ini, dapat tertarik pada ayahku. Selain wajah yang dia miliki mempunyai tampilan yang bagus. 

Ayahku adalah seorang pria yang tampak sangat karismatik, dengan garis rahang persegi dan rambut yang dicukur rapi melengkapi wajahnya. 

Warna rambutnya yang berwarna hitam gelap dan terlihat rapi. Sementara terlihat alis yang kuat dan garang, memanjang seperti pedang ke bentuk V menatapku.

Namun, matanya memiliki kualitas yang lembut, entah itu dari cara ayah yang melihatku. Ditambah, warna mata berwarna biru tua, hampir seperti batu safir indah, dan terpancar sedikit cahaya dari irisnya. 

Ayah baruku itu terlihat mengharapkan bayi yang baru lahir mengucapkan dua suku kata dariku. Namun sayangnya aku tidak bisa berbuat apa pun untuk melakukannya. Karena aku hanyalah bayi kecil yang dia miliki. 

              "Hmm, kenapa anakku tadi setelah lahir tidak langsung menangis Sinse! Sinse, kupikir bayi yang baru lahir seharusnya langsung menangis." Aku mendengar suara ibuku.

            "Saya memahami perasaan anda nyonya, karena baru peterma kali melahirkan, tetapi semua itu masih normal," Sinse atau dokter menjelaskan dengan hati-hati kepada kedua orang tuaku.

            "Apakah ada yang salah dengan anak saya ini," Balas dari ibuku dengan raut wajah yang sedikit cemas. 

            "Saat saya belajar dari orang tua saya... maksud saya mengamati orang tua saya," Sinse mencoba menjeleskan dengan baik, tentang apa yang dia ketahui dengan persoalan kelahiran.

            "Iyya! Jadi! Bagaimana emangnya," Ayahku masuk dalam pembicaraan ibu dan sinse tersebut. Dia mempunyai ke ingin tahuan tentang anaknya. Dan juga dia sedang berada disamping ibuku.

            "Ada kasus dimana bayi tidak menangis nyonya, itu merupakan petanda buruk dan artinya bayi itu meninggal, akan tetapi kasus ini cukup berbeda, karena anak nyonya saat lahir memang tidak menangis! Tetapi setalahnya, anak nyonya menangis, dan saya tenangkan anak anda dengan pengetahuan saya, jadi semua itu normal nyonya."

           "Tetapi dia baik-baik sajakan sinse?" Balas lagi dari ibuku dengan wajah kawatir dengan keadaan diriku.

              "Tidak pelu kawatir nyonya, anak anda terlihat sangat baik, dan jauh dari kata tidak baik, Silakan lanjutkan beristirahat selama beberapa hari Ny.Teresa dan beritahu saya jika terjadi sesuatu ke Aldira, Mr. william," Ucap dari sinse dengan memberi wajah ramah yang menenangkan kepada orang tuaku, dan dia pun langsung pergi.

Akhirnya aku bisa merasakan kasih sayang ayah dan ibu lagi, aku bersumpah akan melindungi mereka berdua. Sudah beberapa berminggu setelah perjalanan keluar dari terowongan. 

Aku masih tidak dapat mengontrol penuh tubuhku sendiri, itu merupakan siksaan jenis baru bagiku, yaitu terpenjara oleh tumpakan daging ini. 

Aku memiliki sedikit kendali atas diriku dan tidak ada kendali motorik pada anggota tubuhku sendiri. Kecuali dapat melambai-lambaikan gerakan saja, dan bahkan itu cepat melelahkan.

Aku menyadari semua itu, karena bayi tidak terlalu dapat mengontrol tubuh mereka. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan kepada kalian. Tetapi ketika kamu meletakkan jarimu di telapak tangan bayi.

Mereka tidak meraihnya karena mereka menyukaimu. Namun mereka meraihnya, karena itu seperti di tekan sesuatu, Semua itu reflek dari bayi.

Lupakan soal kontrol motorik, aku bahkan tidak bisa membuang limbah sesuai kebijaksanaanku sendiri.

Aku belum menjadi master kandung kemih, untuk diriku sendiri, karena pada saat keluar hanya perasaan lega, "Haaa lega." 

Hanya ketabahan mental yang telah aku asah selama berahun tahun menjadi raja, wakil negaraku. 

Sisi baiknya, tunjungan diriku menjadi bayi adalah dengan senang hati disusui oleh ibuku sendiri. Jangan salah paham, aku tidak punya motif tersembunyi apa pun.

Hanya saja, ASI terasa jauh lebih enak dari pada Susu formula bayi dan memiliki nilai gizi yang lebih baik, oke? Erhm… jangan berfikiran yang bukan bukan dan tolong percaya padaku.

Waktu terus berjalan, tempat pemanggilan setan tampaknya adalah kamar orang tuaku. Pada saat ini, aku berenkarnasi seperti kembali ke masa lalu dalam periode yang lebih kuno, ketika listrik belum ditemukan.

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang agak kasar memagangiku dengan lembut dan membawaku dipelukannya. Tetapi aku merasakan firasat buruk, meski aku masih bayi, karena aku ini berenkarnasi sendiri, jadi aku dapat merasakan firasat buruk. 

Benar saja! Hal yang tidak aku inginkan terjadi, aku dilempar ke atas dan dipeluknya lagi. Aku seperti boneka mainan dan dia mencoba bermain sekaligus menghiburku, dengan tawa bahagianya yang lepas. 

            

            "Ha ha ha ha ha ha, menyenangkan dira?"

            "Sialan sudah kuduga tubuh bayi itu rapuh, aku pikir akan dieksekusi dengan hanya sebuah lemparanmu ayah!" Ucapku pada ayahku, namun hanya di dalam pikiran saja.

Dan sekarang kalian mengerti mengapa bayi menangis jika diperlakukan seperti itu.

            "Willi! apa yang kau lakukan anak kita bisa saja terjatuh," Ucap ibuku dengan wajah cemas saat aku tiba-tiba di lemparkan ke atas.

            "Ayahku juga sering melakukanya padaku ketika aku kecil sayang, lihat Dira sayang! Menurutku anak kita sedang bersenang-senang denganku," Balas Ayahku kepada ibuku dengan memutar-memutarkan diriku seakan aku bisa terbang. 

          "William!" Tegur ibuku kepada ayahku yang sedang ingin bermain denganku, pada akhirnya kaki milikku terbentur lemari sehingga luka lecet kecil.

           "Hurgh! Huwa aa aa aah!!!" Aku pun menangis karena kakiku yang terbentur cukup keras itu sakit.

            "Keplak! Takkk! Boommmmm!!!" Ibuku memukul ayahku dengan seram, ibu juga dengan cepat mengobati kakiku yang terluka, dia dapat menyembuhkan luka di kakiku yang di sebabkan oleh ayahku yang ceroboh menabrakkan kakiku ke lemari saat mengayunkan diriku.

              "Apa kau baik-baik saja, bayi mungilku, biar ibu sembuhkan," Ucap dengan nada lembut yang hangat. 

Cara menyembuhkan lukaku Tidak seperti di duniaku yang memasangkan plester dan ciuman. Hal itu yang dilakukan lakukan oleh ibu pada umumnya.

Tetapi didunia ini menggunakan cahaya yang bersinar penuh dengan dengungan samar. Dan itu merupakan jenis penyembuhan yang keluar dari tangan ibuku. 

Ibuku dengan panik, sambil merahi suaminya.

            "Sayang kamu itu harus berhati-hati jika ingin bermain dengan anakmu, jangan sampai terluka," Ucap dari ibuku kepada ayahku yang ceroboh.

           "Iyya sayang maafkan aku, tadi aku terlalu senang sehingga membuat dira terluka olehku sayang maaf," Ayahku menjawab sambil berdiri menatap ketembok sebagai hukumannya.

           "Nah sekarang kamu sudah lebih baik sayang," Ucap ibu kepadaku dengan mengangkat diriku, kemudian dipeluk lagi oleh ibuku.

          "Terima kasih ibu,"  Balasku dalam hati yang tidak dapat membalas perkataan ibu, dengan wajah memanas dan memerah. 

Setelah kejadian itu, aku selalu memperhatikan keadaan disekitar rumah, aku berfikir tempat keberadaanku sekarang. Sepertinya, bukan di duniaku sebelumnya, yaitu bumi.

           "Sepertinya aku mengambil kesimpulan terlalu cepat, karena aku tidak tau apapun tentang dunia ini, termasuk kekuatan ibuku barusan,"  Aku selalu berfikir tempat keberadaanku dimana aku berenkarnasi, tapi sepertinya ini bukan di duniaku yaitu bumi.

Ibuku, bernama Teresa Carolina dan ayahku, bernama Haya William dan mereka meberiku nama Aldira saquille. Lubang kosong yang tak pernah bisa terobati akhirnya dapat terobati dengan baik karena renkarnasiku ini.

Ayah dan ibuku memberiku perhatian yang sudah lama tidak aku dapatkan, tampaknya ayah dan ibuku orang baik, bukan dari orang tua yang jahat yang akan haus harta duniawi yang mengajarkan anaknya melakukan segala cara untuk mendapatkan sesuatu. 

Ayah dan ibu sekarang merupakan hadiah yang terbaik ketimbang hadiah kekuasaanku dulu. Aku curiga ibuku adalah bidadari, karena aku belum pernah bertemu orang yang begitu baik hati dan hangat. Aku digendong di punggung ibuku dengan semacam tali buaian bayi, aku pergi bersamanya ke tempat yang dia sebut Kota Cape Town.

Kota Cape Town ini lebih merupakan pos terdepan tempatnya para pedagang berkumpul, karena tidak ada jalan atau bangunan. Kami berjalan di jalan setapak tanah utama disini di mana terdapat tenda di kedua sisinya dengan berbagai pedagang dan penjual yang menjual segala macam barang, dari barang kebutuhan sehari-hari hingga barang-barang yang tidak bisa aku pikirkan selain mengangkat alisku seperti senjata, baju besi, dan batu … "Batu yang bersinar!?"

Hal teraneh yang sepertinya tidak bisa aku pikirkan adalah aku melihat manusia tetapi mempunyai telinga yang runcing dan mereka di rantai seperti budak, dunia ini memang tidak sama seperti di duniaku, namun perbudakannya sama. 

Bedanya di dunia ini manusia yang tidak normal itu di jadikan budak, aku harus mencari tahu semua ini. Di saat itu juga ibuku langsung bergerak dengan cepat untuk menghindari pedagang manusia seperti itu.

          "Apakah di dunia ini perbudakan di bebaskan seperti di duniaku?" Aku berbicara sendiri memikirkan semua yang aku lihat sekarang.

Dan hal aneh lainya adalah orang-orang yang membawa senjata seperti tas desainer mewah. Saya menyaksikan seorang pria dengan tinggi sekitar 170 cm membawa kapak perang raksasa yang lebih besar darinya! Bagaimanapun, ibu terus berbicara dengan saya, mungkin mencoba membuat saya belajar bahasa lebih cepat, saat berbelanja bahan makanan hari itu, berbasa-basi dengan berbagai orang yang lewat atau bekerja di toko atau gerai. Sementara itu, tubuhku berbalik melawanku sekali lagi, dan aku tertidur.

            "Sialan tubuh tak berguna ini," Aku berbicara dengan diriku sendiri sebelum kehilangan kesadaran dan tertidur.

Waktu terus berjalan aku sudah duduk di pangkuan ibuku yang membelai diriku di dadanya, aku dengan sungguh-sungguh fokus melihat pada ayahku saat ini.

Ayahku sedang melantunkan nyanyian, yang terdengar seperti doa-doa untuk bumi, selama hampir satu menit. Aku mencondongkan tubuh lebih dekat dan lebih dekat lagi, sehingga membuat diriku hampir terjatuh dari tempat dudukku itu.

         "Apa itu? Sihir!" Aku mengoceh dengan diriku sendiri selama fenomena yang ayahku lakukan.

Setelah bersabar menunggu tampak seperti pusaran kecil yang mengangkat krikil dan abu dilesatkan oleh ayahku menghantam pohon di dekatnya.

         "Ayah! Kau butuh beberapa menit untuk berkonsentrasi dan kau menerbangkan sesuatu hal kecil yang membutuhkan tenaga fisik yang sedikit! Ayah!" Aku melambaikan tanganku dan sedikit berpaling dari ayahku karena sedikit malu dengan kemampuanya di bandingkan diriku di dunia sebelumnya. 

Tetapi ayahku yang ceroboh itu menafsirkannya dengan "WOW" dan menyeringai lebar di wajahnya sambil berkata,

   

             "Dira Ayahmu luar biasakan nak!" Ujar ayahku. 

            "Tidak." Jawab diriku didalam pikiran dan aku hanya membalas dengan senyuman yang manis padanya.

             "Lihat ini kau sedang menyaksikan ayahmu, hem sepertinya ayahmu menghancurkan halaman lagi," Ucap ibuku dengan membelai kepalaku yang sedang memperhatikan ayahku juga.

Selama aku memperhatikan Ayahku bersama ibuku, ayahku adalah petarung yang jauh lebih baik, ketika dia memakai dua sarung tangan besinya. 

Ketimbang dia menggunakan mantra atau sihir bahkan aku merasa harus menjatuhkan celana dalam atau popokku untuk ayahku.

Dengan gerakan cepat dan tegas yang mengejutkan untuk perawakannya, tinjunya membawa kekuatan yang cukup untuk menembus penghalang suara, dan cukup cair untuk tidak meninggalkan celah.

Di duniaku, ayahku akan digolongkan sebagai petarung tingkat tinggi, memimpin pasukan tentara, tetapi bagiku, dia adalah ayahku meski tingkah lakunya konyol yang aku sayangi. 

Dunia ini tampaknya cukup mudah dipenuhi dengan sihir. Sepertinya para pejuang atau kasatria disini menggunakan sihir untuk mendapatkan kekuasaan dan kekayaan. 

Sihir di dunia ini juga menentukan peringkat seseorang dalam masyarakat. Dalam hal ini, itu tidak terlalu berbeda dari dunia lamaku, kecuali kurangnya teknologi dan sedikit perbedaan antara sihir dan ki.

Di dunia lamaku, perang telah menjadi bentuk penyelesaian sengketa antar negara yang hampir usang. Jangan salah paham, tentunya masih ada pertempuran berskala lebih kecil dan pasukan masih dibutuhkan demi keselamatan warga. 

Namun, perselisihan mengenai kesejahteraan suatu negara didasarkan pada duel antara penguasa Negara mereka.

Pada saat berduel kita para penguasa terbatas pada penggunaan ki dan senjata pertempuran jarak dekat, atau pertempuran tiruan antara peleton. Dimana senjata api itu dibatasi pada saat berduel, untuk mengurangi kerugian yang akan didapatkan dari pemenang dan tanpa membuat perselisihan yang lebih kecil lagi.

Oleh Sebab itu, Raja bukanlah tipikal pria gemuk yang duduk di atas takhta memerintah orang lain secara sembarangan, tetapi harus menjadi pejuang terkuat untuk mewakili negaranya.

Sudah tidak perlu bicarakan tentang itu. "Sekarang ini aku penasaran bagaimana jadinya saat aku dapat menggunakan sihir, apakah aku akan seperti ayahku karena aku anaknya atau aku akan melebihi ayahku." Itu adalah rasa penasaran yang aku pikirkan saat memperhatikan ayahku di halaman.

Oyah jangan sampai di lupakan tentang mata uang di dunia baruku ini, karena tampak sangat jelas dari pertukaran yang dilakukan ibuku dengan para pedagang.Tembaga adalah bentuk mata uang terendah, lalu perak, diikuti emas. 

Sementara aku belum melihat apapun yang harga barang sebanyak koin emas, keluarga normal di dunia ini tampak dapat hidup dengan beberapa koin tembaga. 

Dengan setiap hari melibatkan mengasah tubuh baruku ini, untuk menguasai fungsi motorik yang berada jauh di dalam diriku sendiri. Pada akhirnya aku merasa tidak nyaman mengatur tubuhku sendiri.

Bersambung...

Catatan:

Sinse atau Sinshe: Seorang Dokter.

10 tembaga: 1 Perak.

10 Perak: 1 Emas.

avataravatar
Next chapter