3 Titik Cerah

Aku masih belum mengetahui semua hal yang ada di dunia ini, aku pun masih bertanya-tanya tentang dunia baruku ini sampai sekarang. Sudah kalian ketahui, aku merupakan seorang raja sebelum aku berenkarnasi dengan kekuatanku sendiri.

Aku bisa meminta tentara di kerajaanku berkumpul di hadapanku, Dengan satu jentikan jariku saja, dan aku dapat membuat tentaraku serentak berlutut. Aku juga telah mengalahkan semua wakil Negara melalui Duel.

Serta juga, aku mengalahkan orang-orangku sendiri dalam perselisihan dan mempertahankan posisiku. Dalam hal ilmu pedang dan mengendalikan Ki, aku tidak ada duanya sampai aku bisa berenkarnasi sendiri tanpa melalui kematian atau terbunuh.

Mempunyai kekuatan untuk diriku sendiri merupakan sangat penting untuk menjadi penguasa di kehidupanku sebelumnya. Raja tidak lahir, tapi dibesarkan.

Namun, saya tidak bisa memikirkan momen yang lebih membanggakan atau sesombong diriku saat ini di bandingkan dengan semua pencapainku itu.

"Ibu! Aku bisa merangkak!" Aku sangat senang dan bangga dapat merangkak di kehidupanku sekarang. Tapi disayangkan aku masih belum dapat mengucapkan sebuah kata keibuku.

"Willi! Pastikan agar kepala dira tidak terbentur dengan tembok," Ucap dari ibuku pada ayahku.

"Ok kau halangi dia, agar tidak mendekati Rak," Balas dari ayahku kepada ibuku.

Aku masih belum dapat berbicara, meski dapat mengucapkan pelafan Bahasa bayi pada umumnya, yaitu; "Nya nya nya ya ya pa pa hyia." Itu lah pelafan yang sering aku ucapkan, jadi aku berbicara pada diriku sendiri.

Dan sekarang ini, sudah berbulan-bulan aku masih belum terbiasa dengan nama baruku tersebut, sebagai mantan raja itu terlalu imut untuk diriku.

Pada saat aku terlalu bangga dengan keberhasilanku merangkak sampai membuatku terbentur cermin yang ada didalam kamar orang tuaku. Aku pun melihat pantulan diriku di depan cermin, Aku mendapatkan rambut pirang kemerahan ibuku sementara mataku berwarna biru cerah, diwarisi dari ayahku.

Aku tidak tahu bagaimana fitur wajahku setelah dewasa. Tetapi selama aku tidak menjadi gemuk, itu akan baik-baik saja.

"Dan sekarang aku harus mengakui bahwa aku itu... Benar benar menggemaskan!"

"Bersiaplah untuk semua wanita akan datang dimasa depan, berisaplah kalian akan patah hati." Dengan senyum yang cerah, aku bangga menyombongkan diri di depan cermin.

"Sayang lihat dira sedang melihat bayanganya sendiri di cermin sayang, betapa menggemaskannya anak kita," Dengan ekspresi bahagia di rangkul oleh suaminya.

"Iyya sayang dia mirip denganku, karena aku ini super menarik." Dengan nada mengejek ke ibuku.

"Tidak sama sekali! Malah Dira lebih mirip denganku, ingat kata ini, denganku!" Membalas dengan di sertai cubitan di pinggangnya.

Kau sudah membayangkan dan mengetahui bahwa aku pada saat di cermin, memang anak yang menggemaskan, "he he he." Tetapi sekarang aku sangat bahagia dengan melihat kelakuan ibu dan ayahku yang seperti itu.

Tetapi jika di kehidupanku sebelumnya, aku hanya dapat melihat hal itu dari sebuah pertunjukan teater kerajaan.

Aku sadari, itu semua untuk mencoba menghibur diriku. Setelah kehilangan kedua orang tuaku diusia mau beranjak 6 tahun, itu sunguh sangat menyakitkan untuk seorang anak kecil yang kehilangan orang tua di depan matanya sendiri.

Akan tetapi semua penampilan yang sangat bagus tersebut membuat diriku iri pada semua orang. Namun hal itulah yang membuat diriku sekuat sekarang, sampai dapat berenkarnasi.

Namun selama aku bersama orang tuaku yang sekarang, terutama ibuku. Aku itu sangat puas, dengan semua penyampaian cerita dari ibuku. Selama bercerita, dia mencoba membuatku tertidur, dengan belaiannya.

Aku menggerutu saat ibuku berhenti terlalu dini. Namun saat asyik mendengarkan cerita dari ibuku. Ayah terkadang membawa diriku dipangkuannya, sambil iseng berbicara kepadaku tentang masa lalunya.

Dari cerita masa lalu yang disampaikan ayahku, memberi beberapa petunjuk tentang informasi dari dunia baru ini.

Waktu terus berjalan, ibuku Teresa Carolina adalah orang yang lembut dan baik hati. Tetapi dialah yang memegang kendali dalam keluarga, jika ibu sedang marah sungguh menakutkan.

Sedangkan ayahku, Haya Willliam. Merupakan mantan petualang, (tampaknya itu pekerjaan yang layak di dunia ini) dan ayahku memiliki cukup banyak pengalaman di bidang ini. Dia adalah bagian dari beberapa party yang melakukan ekspedisi untuk mencari harta karun dan memenuhi misi yang mereka peroleh dari Guild Petualang.

Dia akhirnya menetap, ketika ayah bertemu dengan ibu dikota Cape Town. Dia dengan bangga memberi tahu diriku bagaimana, ibuku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama.

Ceritanya, Ketika dia mengunjungi aula Guild Petualang di kota Cape Town ibuku melihat ayahku dan langsung jatuh cinta. Akan tetapi, aku sebagai anaknya curiga itu adalah kebalikannya. Karena ibuku langsung menampar punggung ayahku, dan menyuruhnya berhenti mengatakan kebohongan.

Ngomong-ngomong tentang namaku ini adalah Aldira saquile seperti nama para bangsawan di kerajaan. Di kenal sebagai DIRA oleh orang tuaku sekarang, Untuk sebagai mantan Raja terdengar, agak terlalu manis dengan nama itu. Akan tetapi itu adalah kebanggan terbesar yang diberikan oleh orang tuaku saat ini.

Setelah berminggu-minggu mencoba membiasakan diri dengan tubuh baru, akhirnya aku mulai terbiasa merangkak, meski terkadang aku hanya mencapai perkelahian yang tidak terkoordinasi dengan tubuhku sendiri.

Namun pada akhirnya aku berhasil, bahkan berhasil menyelinap ke perpustakaan/ruang belajar keluarga. Sementara ibuku sedang asyik berbicara bersama ayah dengan mencuci piring dan kemudian menjemur pakain keluarga.

Aku mengambil sebuah buku, dan menempatkan diriku dengan nyaman dilantai. Pada dasarnya aku hanya berbaring diatas perutku, karena merangkak dan duduk tegak sangat melelahkan.

Perlahan-lahan Ada titik cerah tentang dunia baruku ini, aku terlahir di Benua Abyssinia yang penuh sihir dan Magis. Dunia ini terdapat berbagai macam Ras yaitu, dari Ras Manusia, Ras Elf, Ras Dwarf, Ras Kurcaci, Ras Gnome, dan yang paling menarik adalah Ras Peri. Ras Peri masih terbagi menjadi dua jenis suku yaitu, Suku Peri hutan dan Suku Peri Air.

Penggambaran dari suku peri yaitu; manusia kecil yang mempunyai sayap capung dan kupu-kupu. Sedangkan ilustrasi dari suku peri air dibuku seperti Duyung atau Mermaid.

Dunia ini sungguh menarik, akupun baru mengetahui kalau Mermaid merupakan Ras Peri. Sedangkan Kerajaan di dunia ini dikuasi oleh Manusia, Ras lain hanya menguasi tempat-tempat kecil didalam kerajaan, dan mereka menguasi daerah yang tidak bisa di jangkau manusia, seperti Ras Peri suku air menguasai dalam Lautan.

Di awali dari Livonia kerajaan yang di berada dalam hutan dan sebagian kecil dikuasi oleh Ras Elf, Gnome dan peri. Kaspiyan kerajaan bawah tanah dan terdapat daerah yang dikuasi oleh dwarf dan peri. Jazinia kerajaan di dekat pantai dan berbatasan dengan wilayah Ras Peri laut, Patovia berada di tengah benua keseluruhan di kuasai manusia dan Green Vale berada di perbatasan daerah yang tidak dapat di tinggali manusia yaitu Glades Mountain.

Daerah Glades Mountain tempat yang cukup luas untuk menjadi kerajaan yang tidak di kuasi oleh manusia. Karena daerah itu bergeografis seperti gunung terbang berbentuk seperti pulau, dengan gravitasi yang tidak setabil di tambah cuaca yang cukup ekstrim dan juga menjadi tempat hidup bebas hewan buas dan Leviathan Mana Beast didalamnya.

Glades mountain juga merupakan tempat sumber daya menghasilkan industri bangunan, makanan maupun obat-obatan.

Jika seperti itu, Kota Cape Town tempat tinggal kami merupakan bagian kerajaan Green Vale. Namun Ada hal yang menggangguku, yaitu perbudakan yang sama seperti diduniaku sebelumnya, Pelakunya adalah manusia.

Akan Tetapi aku tidak menyangka bahwa ada manusia yang di jadikan budak, oleh Ras manusia itu sendiri, dan manusia ada yang dijadikan budak oleh Ras lain. Sebab itu dunia tempat aku berenkarnasi tidak pernah mengalami kemajuan secara teknologi maupun Moral.

Merenungkan yang baru saja aku baca, dunia ini tampak sangat terbelakang. Aku dapat simpulkan sepertinya, tidak banyak kemajuan teknologi didunia ini. Satu-satunya sumber transportasi tampaknya adalah kereta kuda, yang ukurannya bervariasi untuk penggunaan darat, dan kapal dengan layar untuk sungai.

Kesamaan lain yang dimiliki dunia ini dengan duniaku sebelumnya adalah sistem monarki. Kerajaan masing-masing diperintah oleh seorang raja dan keluarga kerajaannya.

Raja Disini dipilih berdasarkan garis keturunan, gelar, kepada putranya dan seterusnya. Tidak seperti diduniaku sebelumnya, untuk menjadi Raja disuatu negara, kita wajib melaksanakan duel antara penguasa untuk mengurangi kerugian antar pihak.

Setelah banyak membaca melalui buku, tampaknya tidak ada banyak informasi lagi tentang benua ini. Tetapi aku masih memikirkan sesuatu tentang benua lain.

"Apakah ada? Benua lain, selain Abyssinia ini." Itu lah yang kupikirkan sekarang.

"Krakkkk! blakk!" Suara pintu terbuka, sepertinya ibuku sudah selesai, dan sedang kebelakang menaruh bak cuci / tempat cuci kekamar mandi.

"Aku harus keluar dan berbaring diruang tamu! Seperti seorang bayi sedang sembelit!" Tetapi sepertinya aku memang mengotori popok selama asyik membaca.

"Yah! mau gimana lagi! Bayi memang belum dapat mengontrol penuh tubuhnya sendri!" Ujarku dalam hati.

Kemudian terdengar suara lembut dari ibu. "Dira sayang." Ucap ibuku.

Dia mengangkat diriku dengan tangannya yang lembut dan hangat. "Dira sayang, kau sedang apa nak?"

Sudut Pandang Teresa Carolina

Aku melihat Malaikat kecil diruang tamu, mungkin sedang mencariku. Karena aku sering membawa Dira kecil berbelanja, mungkin saja dia ingin selalu di temani olehku.

"Dira sayang, kenapa kamu tiduran disini sayang, ibu tidak kemana-mana kok, Cuma keluar bentar, dan menjemur pakaian!" Sembari aku mengangkat Dira dan menggendongnya, namun aku mencium sesuatu.

"Dira sayang! Apa kau bermasalah dengan kotoran? Waktunya mengganti popokmu! Sayang," Aku pun bergegas dan melihat buku berantakan di lantai.

"Sayang... willi! Kalau sudah membaca buku! Tolong letakkan kembali ke tempatnya!" Dengan membawa dira kekamar mandi, untuk aku bersihkan.

"Apaa!? Aku tidak membaca buku hari ini sayang! Tapi baiklah… Akanku letakkan ketempatnya!" Dia bergegas dari tempat duduknya, sehabis meminum kopi yang hampir habis.

Sudut Pandang Haya William

"Memangnya siapa yang membaca buku, sepertinya istriku banyak pikiran, tapi ya sudahlah lebih baik selesaikan hal kecil seperti ini, sudah terbiasa terjadi." Dengan meletakkan kembali semua buku-buku yang berantakan di lantai.

"Aku tidak sabar untuk mengajarkan Dira bertarung, Tapi dia masih bayi, tapi tidak apa, aku ajarkan Dira mengayunkan Ranting dulu sebagai pedang," Aku bergumam dengan ketidak sabaranku untuk mengajarkan dira sebagai ahli pedang terhebat di dunia.

Jika kamu baru mempunyai seorang putra atau putri, kamu pasti mengerti. Alasanku yang tidak sabaran dengan anaknya.

Sudut Pandang Aldira Saquile

"Ayah Maafkan aku!" Merasa bersalah karena akulah yang membuat kekacaun tetapi aku tidak bertanggung jawab "Maafkan aku ayah…" Di dalam hatiku.

Selama aku di bersihkan dari kotoranku sendiri, yang dilakukan ibuku. Hanya ada ketabahan mental yang telah aku asah selama bertahun-tahun sebagai raja, dan perwakilan Negara. Karena aku sangat merasa malu dibersihkan dari kotoranku sendiri oleh ibuku.

Karena ini, seharusnya bayi tidak memiliki jiwa orang dewasa. Tetapi aku senang karena bisa merasakan hangat kasih sayang dari orang tuaku, Dan aku seperti didalam teater yang sangat hidup.

"Aku harus menikmati semua ini! Karena semua ini hasil dari jerih payahku."

Pada saat ini, aku tidak merasa terganggu oleh pedagang budak. Karena ayahku lumayan kuat untuk mengatasi intimidasi dari lawannya. Dan juga, ayah merupakan seorang mantan petualang veteran. Aku melihat semua kemampuannya, saat menghadapi monster, maupun hewan mana beast liar yang mendatangi rumah kami.

Aku melihat keterampilan berpedang ayah sangat cepat, dan mampu menguatkan tubuhnya hingga memancarkan sedikit cahaya putih.

"Cahaya? Kenapa ada cahaya di tubuh ayah? Gimana caranya? Aku harus cari di buku dan mempelajarinya!" Tetapi aku harus bisa meletakan kembali bukunya, agar kejadian seperti tadi tidak terulang.

Tiba-tiba aku diangkat oleh ibu dari meja, tempat yang biasa aku melihat ayah berlatih. Pada saat itu juga, aku melihat ayah sedang menyingkirkan beberapa monster kecil yang ingin mencuri sayuran di kebun kecil ibuku.

"Dira! Ayo ikut ibu, dan berjalan-jalan ke kota bersama," Ucap ibuku sambil menggendongku seperti biasanya.

Aku pun ikut ibu kekota Cape Town, pada saat kami melewati ayah, terdengar dia berbicara padaku.

"Ayahmu, hebatkan Dira sayang." Dengan senyum lebarnya dia menjukkan jempolnya padaku. Dan saat itu juga aku berada di punggung ibuku.

"Iyya ayah kau hebat, tapi jangan merusak tanaman ibu!" Jawabku dalam hati, sambil tersenyum, dengan menjukkan kegiranganku terhadap ayah.

"Baiikklah… Hati hati kalian berdua di jalan, jika ada hal aneh, segera menyingkir dari tempat itu," Dengan senyum yang lebar di tujukan pada kami.

"Iyya sayang, aku mengerti, aku pergi dulu," Ucap ibu yang sambil berjalan menuju kota Cape town.

Dalam perjalanan aku merasa ini agak aneh karena ada kapal yang membawa barang dan penumpang melintasi benua melalui sungai. Aku hanya berasumsi bahwa mungkin teknologi kapal belum cukup berkembang untuk berlayar melintasi lautan.

Senjata di benua ini diizinkan secara bebas dan tidak diatur oleh pemerintah setempat. Kecuali Anda mengunjungi keluarga kerajaan atau orang yang memiliki otoritas. Setelah sampai dikota Cape Town.

"Demi Dewa!" Ada hal yang membuatku bingung setiap orang terlihat membawa senjata, saat berbelanja sembako.

Tentu, di duniaku sebelumnya, ada tentara dan penjaga yang membawa senjata tersembunyi, meski begitu, mereka bukan untuk tujuan membunuh, tetapi untuk mencegah kejahatan terjadi.

Dan hal yang aku benci, akhirnya aku melihat dengan mataku sendiri. Yaitu aku melihat budak perempuan dari Ras ELf, Ras Kurcaci yang diperlakukan buruk.

Ibuku langsung menjahui orang yang menurut ibu tidak baik. Dan melanjutkan berbelanja, kemudian ada yang memanggil ibuku, suara wanita yang cukup unik di dengar.

"Teresa! Tunggu aku! Apa kamu masih berbelanja?" Ucap perempuan itu, dengan terengah-engah. Sepertinya dia berlari setelah melihat ibuku.

Sudut pandang Teresa Carolina

"Hera! Tenanglah, aku sudah selesai berbelanja, kenapa kau sehingga berlari seperti itu!" Sepertinya dia berlari, setelah melihatku keluar dari kios, Hera itu rekan terdekatku.

"Aku melihatmu bersama anakmu, jadi aku bergegas kemari, wahhhh anakmu terlalu manis Teresa!" Dia bersinar saat melihat Dira yang aku gendong.

"Jangan seperti itu, bagaimana jika kamu terluka Hera, lihatlah kakimu lecet, sini! Aku sembuhkan," Dengan sedikit rasa kawatir melihat teman lamaku yang sedikit ceroboh,tetapi aku senang, dia masih tidak berubah.

"Tidak usah, ini hanya lecet kecil kok, Wahh! bolehkah aku menggengdong si manis ini!" Dengan wajah terkagum-kagum akan kemanisan Dira.

"Tidak boleh! Karena Willi menungguku dirumah, dia belum makan hari ini, karena ada Leviathan yang mencuri sayuran dirumahku, jadi aku harus berbelanja keperluan untuk memasak."

Inilah yang terbaik saat ini, karena aku tidak ingin menarik perhatian para pedagang budak, yang melihat Dira, aku atau pun Hera.

"Yahhh! Kamu tetap jahat! Seperti biasanya, tapi baiklah, aku menerima alasanmu, namun lain kali aku akan menggendongnya!" Dengan diawali wajah kecewa, Hera kemudian semangat kembali dengan keyakinannya.

"Yahh! Ayo! Lebih baik kita sambil berjalan, dan kamu masih ingat waktu kita menyelesaikan misi untuk mengumpulkan tanaman krisan didaerah Goblin, kita berhasil membunuh 10 goblin, setelah itu, kita keluar dari Area Safana Glades Mountain," Ucapku pada Hera.

"Wah! Tidak kusangka kau masih ingat tentang itu, dan aku ingat juga setelahnya, kita beristirahat di tengah perjalanan, kamu tidak sengaja menemukan jalan masuk kedalam desa tersembunyi dengan kekuatanmu, saat memulihkan anggota yang terluka," Balas Hera kepadaku.

"Yah! Benar aku menetap didesa tersebut, awalnya masyarakat disana menolak kami, karena aku dan William adalah orang luar, namun pada akhirnya kami diterima karena William mengingatkan bahwa kami pernah beristirahat disana dan kita memberi kesan yang baik," Ucapku pada Hera.

"Wah! Kau sudah menetap disana!? Padahal disana itu dekat dengan Area Safana Glades Mountain, itu berbahaya Teresa! Banyak sekali Leviathan liar," Balas Hera yang sedikit terkejut padaku.

"Yah! Disana cukup aman, karena leviathan kecil yang keluar Area Safana Glades Mountain," Balasku pada Hera.

"Aku tidak mengerti dengan pemikiranmu, tapi tetap saja itu berbahaya, apakah kau tinggal disana untuk menghindar dari pedagang budak yang mengincarmu?" Tanya Hera padaku.

"Yah kamu benar, Aku tingal disana untuk ke amananku dan anakku, agar terbebas dari pedagang budak. Di sana lebih aman ketimbang kota, karena jalan akses menuju desa tersebut ditutupi oleh batu sihir, sehingga seorang yang lewat hanya akan melihat tanaman rambat," Jawabku kepada Hera.

"Wah jika seperti itu aku mengerti, namun kau tau! Tidak akan ada pedagang budak yang berani menggangguku, karena keluargaku cukup terpandang dikalangan bangsawan," Balas Hera kepadaku.

"Ya baiklah, Kamukan wanita tomboy berotot laki-laki, meski dadamu besar!" Balasku pada Hera dengan nada mengejek untuk menggoda Hera.

"Teresaaaa kauuu jahattttt!"

Bersambung...

Catatan Cerita :

Monarki: Menjadi raja atau kepala Negara sampai akhir hayat.

Leviathan: Monster mana beast.

avataravatar
Next chapter