"Ayolah, aku tidak akan dipecat 'kan?" Tubuhku bersandar di bilik toilet. Rasanya jika mengingat kejadian yang sudah-sudah, pekerjaanku ke depannya akan sulit jika terus bertemu dengan laki-laki itu.
Setelah selesai buang air kecil, aku mencuci tangan dan wajahku. Sejenak kutatap mata ini dari pantulan cermin. Meski ingin sekali rasanya mencabik-cabik orang itu, tetapi masa depanku juga ada di tangannya. Entahlah, sial sekali bertemu dengannya di tempat seperti ini.
Aku berjalan keluar dengan langkah gontai karena tidak lagi memiliki semangat. Namun, aku harus cepat karena tidak ingin Jiro menunggu lebih lama lagi. Sayangnya, pikiranku masih melayang-layang hinggaa rasa kesal masih menyelimutiku.
Rambut yang tidak bersalah pun kini menjadi sasarannya karena tanganku terus mengacak-acaknya. Orang yang berpapasan denganku pasti benar-benar menganggapku gila.
"Hei!" Suara tak bernada mulai menghampiri telingaku.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com