webnovel

The Kingdom of NETERLIANDIS

NETERLIANDIS sebuah kerajaan yang melibatkan bentuk mata dan fantalis sihir dalam penentuan kasta dari takdir seseorang. Hingga pada suatu ketika, lahirlah seorang bayi yang akan merangkai takdirnya sendiri. Seorang bayi pemilik fantalis berbeda yang akan mencoba menciptakan perubahan di kerajaan Neterliandis. Percintaan, pemberontak, penghianatan serta ribuan rahasia akan terungkap dalam perjalanannya membentuk keadilan. Akankah keadilan benar-benar tercipta di tangan seorang bayi yang akan menjadi dewasa nantinya? Atau malah kehancuran yang akan di dapat oleh kerajaan Neterliandis. Note: Cerita ini belum direvisi, bisakah kalian membantu saya untuk mencari paragraf yang mana typo dan sebagainya dalam cerita ini? jika iya kalian hanya perlu memberi komentar pada paragraf yang sebaiknya perlu saya revisi. 07 Oktober 2021

Aksara_Gelap · Fantasy
Not enough ratings
40 Chs

Sebentar Lagi Kebebasan Yang Sebenarnya

Di ruang pribadi Raja Indra terlihat Paman Gandara dan Pengeran Dinata tengah melakukan pembicaraan serius dengan Raja Indra. Sesekali tampak Raja Indra bangkit dari kursinya berjalan sebentar dan kembali duduk, wajahnya terlihat begitu cemas.

Sedangkan Paman Gandara tampak mencoret-coret bukunya, entah apa yang sedang ia perhitungan di sana. Paman Gandara beberapa kali melirik menunggu jawaban Pangeran Dinata yang masih memejamkan mata untuk merasakan aliran fantalis sihirnya.

"Apakah harus sekarang, Gandara? Tidakkah ini terlalu cepat untuk kita lakukan."

"Justru ini waktu yang tepat, Raja Indra. Kita harus mengumumkannya sebelum seleksi tahap akhir dilaksanakan, tapi saya akan menunggu jawaban dari Pangeran Dinata terlebih dahulu."

"Aliran fantalis ini sangat deras, saya bisa merasakan debit alirannya hampir lebih dari aliran darah. Tapi saya juga sudah dapat memastikan syaraf-syaraf di tubuh saya mampu lebih kuat dari fantalis ini. Jika tidak ada gangguan dari energi negatif dari luar, saya yakin bisa mengendalikan fantalis ini sepenuhnya, Ayah... Paman," Pangeran Dinata kemudian membuka matanya setelah menjelaskan apa yang ia rasakan pada Paman Gandara dan Raja Indra.

"Bagus, sepertinya kita bisa mengumumkan tentang fantalismu besok, satu hari sebelum seleksi tahap terakhir dilakukan. Bagaimana Raja Indra, apakah anda setuju dengan hal ini?"

Raja Indra menghembuskan nafas cukup dalam, dan akhirnya menyetujui atas pendapat dari Penasihat Kerajaan, Gandara. Dia percaya akan kemampuan berpikir dari sahabat dari kecilnya ini, tak akan mengecewakan. Tapi jujur di dalam hati Raja Indra masih sangat cemas akan tanggapan dari seluruh penghuni di kerajaan Neterliandis, apakah akan menerima perbedaan dari Pangeran Dinata atau malah menolak hal ini.

Di sisi lain, Ratu Diana tengah mendengarkan pembicaraan mereka di balik pintu luar yang tak terkunci rapat, sehingga pembicaraan mereka bisa diketahui karena tidak kedap suara.

"Benar ternyata fantalis Pangeran Dinata berbeda, ini adalah keuntungan untuk Pangeran Antoni dan Suliam. Ah, tak salah saya lebih memilih Suliam dari pada Raja Indra yang mungkin akan segera tergeser dari tahtanya akibat konflik penolakan dari beberapa golongan," senyum licik mengembang di bibir Ratu Diana yang perlahan pergi untuk menemui Perdana Menteri Suliam karena telah menemukan informasi yang bagus bagi mereka.

Gedubrakkk...

Tak sengaja Ratu Diana menabrak Bibi Sekar yang sedang membawa minuman Raja Indra dan lainnya.

"Ma... maaf, Ratu Diana, saya tidak sengaja menabrak anda," ucap Bibi Sekar terbata-bata karena merasa takut dengan Ratu Diana yang ia ketahui sangatlah arogan itu.

"Egh," tatapan Ratu Diana sangat tajam membuat Bibi Sekar semakin khawatir. Ratu Diana berjalan pergi dari sana, namun tak ada ucap atau makian sepertinya biasanya selain kegeraman kecil dari mulut itu.

Bibi Sekar terlihat heran dengan respon yang ditunjukkan Ratu Diana padanya, "ada apa ini, kenapa Ratu Diana tidak meledakkan emosi seperti biasanya?"

Ah, Sial!! Kenapa saya harus bertemu dengan wanita pengacau itu. Jangan sampai wanita itu melihat ketika saya sedang mengintip di pintu tadi, jika dia tahu dan mengatakannya pada Raja Indra. Ahh.... Tamatlah saya.....

Tok...tok...tok

Bibi Sekar mengetuk pintu untuk masuk dan memberikan minuman pada Raja Indra dan lainnya.

"Ini ramuan herbal daun Lencena yang kamu minta, Pangeran Dinata," ucap Bibi Sekar memberikan segelas minuman berwarna coklat tua pada Pangeran Dinata dan dua gelas kopi untuk Raja Indra dan Gandara.

"Terima kasih, Bibi tahu saja apa yang saya butuhkan."

"Sama-sama, Pangeran. Kalau begitu Bibi pamit pergi, habiskan ramuannya yah," ucap Bibi Sekar mengelus rambut Pangeran Dinata yang kemudian berlalu dari ruangan pribadi Raja Indra.

Ketika hampir menutup pintu keluar Bibi Sekar baru sadar belum berbicara tentang sikap Ratu Diana yang sedikit aneh tadi. Ia berniat untuk kembali ke sana, namun niat itu ia urungkan karena melihat Raja Indra tengah mendiskusikan hal serius pada Penasihat Kerajaan Gandara.

"Ah, mungkin bukan hal yang terlalu penting, nanti saja saya bicarakan," Bibi Sekar pergi melanjutkan pekerjaannya sebagai kepala pelayan kerajaan untuk mengatur tugas pelayanan lain.

"Oh iya, Paman," Dinata kembali memulai lagi ucapan setelah meneguk habis ramuan daun Lencena, "tadi saya juga merasa ada energi negatif lain yang mengalir di sekitar ruangan ini, mungkin itu dari seseorang yang memiliki niat buruk di sekelilingnya jiwanya."

"Benarkah? Kalau begitu kita harus berhati-hati ketika berbuat dan berbicara di sekitar sini," ucap Paman Gandara memperhatikan sekelilingnya.

"Iya, masalah Negalitipus bagaimana, Ayah? Saya dengar sumber air penduduk di sana mengering karena panas dari Gunung Negalitipus, apakah itu benar?"

"Hal itu benar, Dinata. Mungkin Paman Gandara sudah mengatakan hal ini padamu, pengorbanan bara kristal merah pada gunung Negalitipus tampaknya tidak berhasil sepenuhnya. Hal ini mengakibatkan energi panas pada gunung menyerap air di sekitar sana, dan satu sewaktu-waktu gunung itu dapat meletus tiba-tiba."

"Ayah, bagaimana jika saya membuat air untuk para penduduk seperti dahulu yang saya lakukan di kawasan Utara kerajaan kita? Sepertinya itu bisa membantu permasalahan air mereka."

"Sepertinya jangan sekarang Pangeran Dinata, ini bisa memancing permasalahan untuk kamu nantinya. Setelah pengumuman tentang fantalismu dilakukan, secepatnya kamu bisa bertindak dan membantu mereka dengan fantalis sihirmu."

"Iya baiklah, Paman saya mengerti, saya juga tidak sabar bisa merasakan kebebasan yang sebenarnya dengan tidak menutupi apapun lagi."

Hay Readers....

Saya selaku author mengucapkan terima kasih banyak untuk pembaca yang sudah sampai pada bab ini ;)

The Kingdom of NETERLIANDIS adalah cerita pertama saya di webnovel, semoga kalian suka dengan ceritanya. Saya tidak pernah membuat cerita sebelumnya, dulu saya lebih suka membuat syair-syair puisi dibandingkan menulis cerita yang terkesan ribet :'(

Tapi akhirnya saya memutuskan ikut terjun bebas dalam dunia kepenulisan novel, doakan saja mendarat dengan aman yah, Readers.........

Aksara_Gelapcreators' thoughts