webnovel

Chapter 74 (The Worked Hard)

"Yechan, sebaiknya kau ke kamar atas sekarang" Tatap Neko membuat Yechan terdiam bingung.

"Tapi kenapa"

"Lakukan saja sekarang!" Neko menatap tajam.

Lalu Yechan dengan panik berjalan pergi menaiki tangga, setelah Yechan ada di kamar Neko.

Neko membuka pintunya dan rupanya yang datang adalah Kim. "Nona Akai" Dia menyapa dengan senyum ramah nya.

"Kenapa kau baru datang sekarang? Kenapa tidak tadi siang?" Neko menatap bingung.

"Ah soal itu, aku diminta sedikit Tuan Beum untuk merevisi dokumen barunya, aku juga diminta menemaninya di setiap meeting dari pagi hingga sore tadi" Kata Kim.

"Kau lelah setelah hal itu, kenapa memilih kemari?" Neko menatap.

Seketika Kim yang mendengar itu menjadi terkejut. "Apa anda... Mengkhawatirkan ku?"

"Tidak usah ke geer an..." Neko langsung melirik membuat Kim terpaku.

"(Harapan ku terlalu besar jika Meminta nona Akai untuk mengkhawatirkan ku) karena aku sudah berjanji kemarin mengantarkan banyak dokumen kemari" Kata Kim.

". . . Kalau begitu, bawa masuk saja" Kata Neko lalu Kim mengangguk dan dia berjalan keluar, dia mendekat ke motor speed yang ia bawa tadi, rupanya ada 2 kotak kardus besar di sana. Ia langsung membawa dua kotak sekaligus.

Berjalan ke dalam, pandangan nya menjadi tertutup, tapi ia tak peduli dan terus berjalan hingga benar benar masuk.

Ketika masuk ke dalam itu tiba tiba saja kaki nya terkena bolpen di bagian sakitnya langsung.

Dia langsung terpaku terkejut. "Ack!!" Ia oleng dan seketika menjatuhkan kardus nya, dua kardus itu langsung jatuh mengeluarkan banyak kertas dokumen dan sekarang dia terbaring di lantai dengan banyak nya dokumen menutupi tubuhnya termasuk di wajahnya.

Lalu tampak Neko mengambil dokumen yang ada di wajahnya. "Kau membuat semua berantakan" Tatapnya.

"Ugh.... Ini sangat sakit, ini terkena kaki ku" Kim bangun duduk dan mengambil bolpen itu, dia juga kebetulan menemukan gambaran apel bertuliskan nama Akai. Seketika ia bingung. "Nona Akai, anda yang menggambarkan ini?" Dia menatap.

Neko terdiam dan terpaku. "(. . . Yechan tak membawa barang itu bersama nya...)"

"Nona Akai?" Kim menatap bingung karena Neko terdiam. Di saat itu juga Kim ikut terpaku, dia tahu suasana nya. "(Jangan jangan.... Ada orang lain)" Dia berdiri membuat Neko menengadah menatapnya.

Kim menatap Neko dengan tajam, dia langsung meremas kertas itu membuat Neko terpaku.

"(Apa yang dia lakukan?)" Neko tak tahu apa yang Kim lakukan.

Tapi siapa sangka, Kim berjalan pergi dari hadapan Neko dan langsung berjalan menaiki tangga membuat Neko terkejut dan langsung berteriak. "Hei, Kim!!"

Tapi kim tak mendengarkan, dia berjalan ke sana.

Neko masih terdiam di tempatnya, hingga ia mendengar teriakan. "Akhh!!! Akai!!" Suara Yechan.

Tak lama kemudian, Yechan berjalan turun di ikuti Kim dengan wajah serius. Dia mendorong Yechan, seketika Yechan langsung berlutut di depan Neko yang berdiri dengan masih banyak dokumen di lantai.

"Akai... Maafkan aku, aku ketahuan" Yechan menatap dengan kcewa.

Neko lalu menoleh ke Kim yang merapikan bajunya. "Anda menyimpan seseorang dan anda bilang sendirian di sini, akui saja bahwa anda tak bisa tinggal dimana mana secara sendiri, bagaimanapun juga, anda tetap membutuhkan orang lain" Kata Kim dengan wajah serius.

". . . Ha.... Apa yang kau maksudkan... Memang nya ada apa dengan lelaki ini" Neko menunjuk Yechan.

"Itu sudah melanggar dalam peraturan, anda tidak bisa menerima orang lain yang bukan sebagai pengawal anda" Kim masih menatap serius.

Yechan terdiam menatap Kim. "(Siapa dia.... Kenapa dia sempurna sekali... Apakah jangan jangan dia pacar dari Akai... Jika memang benar, mereka mungkin cocok, lelaki itu memiliki penampilan yang rapi, dia juga terlihat kuat... Pastinya aku tak ada apa apanya)" Yechan sudah kecewa, padahal Kim hanya asisten Neko.

"Dia hanyalah orang biasa, apakah aku tak bisa menganggap nya di sini... Ini baik baik saja jika dia harus bersikap baik padaku" Kata Neko, sepertinya dia sedang membela Yechan.

Kim terdiam menatap Yechan yang masih ada di bawah. "Hei, berdirilah kau payah" Dia melirik membuat Yechan terpaku mendengar itu.

"(Pa... Payah? Dia sedang mengejek ku...)" Yechan agak takut, dia lalu berdiri dengan masih rasa takutnya.

Kim menatap Yechan dari atas hingga bawah, dia lalu menghela napas panjang. Ia mengulurkan tangan membuat Yechan terdiam bingung, dia lalu menerima uluran tangan kim.

Setelah itu mereka melepasnya dan Kim menundukan tubuh. "Salam kenal, aku Kim"

"(Hah, rupanya memang benar Kim.... Kim yang di sebutkan Akai... Apa jangan jangan dia memang pacar Akai)" Yechan sudah kecewa duluan.

Tapi ketika Kim menambah perkataan nya. "Aku asisten dari Nona akai" Tambah nya.

Seketika Yechan terpaku. "(Apa... Apa yang baru saja aku dengar, dia.... Asisten.... Bukan pacar?)"

Kim menatap bingung lalu dia menatap kesal. "Cih, lihat ini, anda memperbolehkan lelaki aneh kemari" Dia melirik ke Neko.

Lalu Neko menghela napas panjang. "Biarkan itu, dia tidak akan mengganggu" Kata Neko sambil mengambil dokumen maupun kertas yang ada di lantai.

Lalu Kim ikut membantunya. "Astaga... Ini semua salahku, aku harus jatuh dan mencampur semuanya" Kim menatap.

". . . Ini tak apa, kita bisa menyatukan kembali" Balas Neko.

Tapi di saat itu juga, Kim baru sadar. "(Kenapa dari tadi Nona Akai tidak mengeluarkan marah nya? Apa yang sebenarnya terjadi... Dia jadi mengurangi marah nya apalagi ketika aku curiga padanya tadi, apa jangan jangan ini ada hubungan nya dengan lelaki ini?)" Kim menatap ke Yechan dan menjadi tambah curiga.

"Um... Akai..." Yechan menatap Neko yang berlutut mengambil kertas sementara Kim meletakan dokumen yang ia kumpulkan di meja sofa agak jauh dari mereka.

Neko menatap ketika Yechan memanggilnya tadi.

"Um.... Sebenarnya.... Apa yang terjadi di sini" Yechan menatap agak takut.

Neko terdiam dan menoleh ke Kim yang sibuk menata dokumen. ". . . Ini hanya soal pekerjaan ku, selama beberapa hari ke depan, aku harus meneliti dokumen sebanyak ini, apa kau baik baik saja?" Tatap Neko.

". . . Um.. Lalu dia siapa?"

". . . Dia hanya Kim, dia asisten ku, dia yang mengurus dokumen sebanyak ini"

"Lalu, apakah kamu tidak masuk ke kampus besok?"

"Aku akan lihat lihat terlebih dahulu" Balas Neko membuat Yechan terdiam, dia lalu mengangguk.

"Akai.... Sebelum kamu benar benar pergi ke kota, bisa aku meminta tolong padamu bahwa.... Aku ingin kamu mengunjungi tempat ku untuk terakhir kalinya nanti" Kata Yechan dengan wajah yang begitu malu.

Lalu Neko terdiam dan mengangguk. "Ingatkan saja aku" Balasnya.

Tak lama kemudian, Neko duduk di sofa dengan banyaknya dokumen sudah terkumpul di meja sofa, Kim yang berdiri di samping nya mengambil satu dokumen dan membacanya lebih dulu.

Sementara Yechan datang dan membawakan teh hangat. "Akai, ini untuk mu" Tatapnya dengan lembut membuat Neko menoleh.

"Terima kasih, letakan saja di sini" Kata Neko.

Seketika Kim terkejut melihat itu. "(Apa... Apa yang baru saja aku lihat!! Nona Akai... Mengucapkan Terima kasih dengan ekspresi sedikit senyum, ini beneran dia bukan sih..)" Kim masih tak percaya.

"Kalau begitu Akai, aku akan pulang" Kata Yechan.

"Kau tidak mau tinggal di sini, bukankah kau bilang kau ingin menginap tadi?" Neko menatap.

Seketika Kim terkejut lagi. "(Apa?! Menginap?! Apa jangan jangan mereka sudah tidur berdua!! Apa!! Sejak kapan selera Nona Akai jadi begini.... Oh tidak!!)" Dia semakin panik tak percaya, padahal pemikiran nya salah.

"Tidak jadi saja, aku tak mau mengganggu mu jadi, sampai jumpa Akai" Yechan melambai sambil berjalan pergi.

Seketika suasana kembali diam dan Neko menoleh ke Kim yang rupanya terbatu. "Apa yang sedang kau lakukan, aku menunggu mu dari tadi" Neko melirik membuat Kim tersadar.

"Ah, maaf, ini... Ini untuk anda" Kim memberikan dokumen yang ada di tangan nya tadi untuk Neko.

Neko membaca dokumen itu yang rupanya berisi soal Beum.

"Ini identifikasi identitas nya?" Tatap Neko.

"Ya, di sana tercantum nama dari marga nya" Kata Kim.

Neko melihat dokumen itu dan membacanya.

"(Beum Jyoun, putra pertama dari marga Jyoun yang memiliki dua keturunan lelaki, yang pertama adalah dia sendiri dan yang kedua... Matthew Jyoun, dalam pada tahun sekian ketika putra kedua lahir, Matthew Jyoun, dia lari dari rumah ketika umurnya 10 tahun...?)" Neko terdiam.

"Rupanya dia tidak berbohong, dia tidak suka pada keluarga nya.... Dia juga mengatakan padaku bahwa lebih baik lari dari keluarga nya dari pada harus bekerja di bawah mereka secara menindas orang" Kata Neko.

Kim terdiam mendengar itu. "Apa yang anda maksud itu, Tuan Matthew?"

". . . Yeah... Siapa lagi... Tapi kenapa sekarang dia malah ikut dengan kakak nya, Beum?"

"Di sana tertulis, Tuan Matthew ditemukan oleh Tuan Beum, ini bukan kemauan nya, tapi Tuan Beum memaksanya" Kata Kim.

"Di paksa?"

"Ya, dari segi pandang Tuan Matthew, aku tak tahu lagi harus menilai nya sebagai apa, dia hanya lelaki yang hanya bisa di pojok dan di ancam, dia tak mengungkapkan rasa suka nya karena tak akan ada orang yang mendengarkan nya, bahkan ketika dia bicara benar sekalipun" Kata Kim sekali lagi membuat Neko terdiam.

"(. . . Matthew mengatakan yang sebenarnya soal keluarga nya dulu, tapi aku dengan bodohnya tak percaya padanya... Aku hanya menganggap nya sebagai makanan yang enak... Tapi kenapa ini benar benar sangat berbeda dan begitu membingungkan...)" Neko terdiam kesal, dia lalu melanjutkan membacanya.

"(Dalam keluarga Jyoun, yang tersisa hanyalah mereka berdua, kenapa marga ini begitu penting, itu karena marga ini dapat membuat bisnis yang begitu besar dengan banyak nya ikatan panjang dan sangat besar, termasuk kedua putra yang seharusnya memegang kekuasaan tertinggi, marga ini sudah di kenal lebih dulu dari pada banyak nya orang distrik)"

"Ha sial...." Neko memegang kepalanya setelah melanjutkan membaca tadi.

"Nona Akai, aku tahu ini adalah fakta yang begitu banyak, tapi aku yakin anda bisa mengatasi itu, jangan khawatir, aku juga akan membantu anda... Aku Kim, perancang rencana dan ide" Kata Kim dengan senyum senang, Neko terdiam dan kembali menghela napas panjang dengan senyum kecil.

"Baiklah, terserah"