webnovel

Chapter 124 (Trusted Guard)

"Ka.. Kamu salah, aku bukan suruhan siapapun"  Yohan mencoba meyakinkan Neko meskipun dia harus berbohong.

". . . Oh ya? Tebakan ku memang selalu salah tapi insting ku selalu benar saat ini. Kau tidak perlu berbohong Yohan, katakan padaku Pria sepertimu ini memang kerap di temukan di berbagai aspek balas dendam yang kejam, apa kau tahu kenapa aku mengatakan kalimat barusan?" Neko mendekat kan wajahnya dengan serius membuat Yohan terdiam.

"Apa kau sedang memprovokasi ku Nona? (Kau bertanya kenapa kau mengatakan kalimat itu karena kau sudah tak percaya lagi pada orang baru dan bersikap bodoh tidak peduli pada balas dendam semua orang, sifat Neko di tentukan oleh lingkungan nya. Tak setiap hari ia bisa di sebut sebagai kejam dan tidak setiap hari juga dia disebut sebagai lembut)" Yohan juga sedang menatap serius.

"Dalam hal ini pastinya ini semua akan di tentukan kejujuran dan kepastian mu sebagai pemegang dan penjaga ku, apa kau masih ingat saat di mana kau mau menjadi asisten ku seperti ini?" Neko menatap.

Lalu Yohan terdiam sebentar dan menjawab. "Aku bertemu dengan Sunbae, dia menawari ku menjagamu karena dengan tubuhku yang terlihat seperti bawahan ini akan sangat dipercaya jika harus melindungimu"

"Lalu kau bekerja hanya untuk uang? Melindungku dan memastikan ku aman hanya karena uang, atau kau mau yang lain?"

"Apa maksud mu yang lain?"

"Kau dari awal tak terlihat tergoda dengan tubuhku ini, apa kau sudah menganggap aku ini sebagai pelacur perawan?"

"Kau memang perawan dan kau juga bukan pelacur...(Dan siapa bilang aku tidak tergoda, aku hampir setengah mati tergoda olehnya) Kau memang tidak merayu murahan dan kau juga tidak memaksakan nafsu seseorang, tapi kenapa kau menyebut dirimu sebagai pelacur?" Yohan menatap.

"Tak ada masalah lain yang membuatku menganggap diriku sendiri sebagai pelacur, hanya saja tidak ada sesuatu yang pasti di sentuh oleh banyak pria, meskipun mereka hanya menginginkan tubuhku, bukan keperawananku"

"Tapi percayalah aku bukan suruhan orang lain untuk mengambil mu seperti ini" Yohan menatap.

"Tak perlu jujur sekarang, berbohong pun tak apa, karena itu adalah urusanmu sendiri, jika itu sudah menjadi urusanku, lihat saja nanti" Kata Neko lalu ia berjalan pergi duluan.

"[Yeah...Ini akan menjadi peristiwa mu nanti]" Yohan tersenyum seringai dalam hatinya, sikapnya berbeda saat Neko tak melihatnya. Dia benar benar merencanakan sesuatu untuk Neko.

-

Hingga mereka akhirnya sampai. "(Kita akhirnya melanjutkan perjalanan dan melihat sesuatu yang sama)" Pikir Yohan.

Mereka menatap pelabuhan di sana. "Kau tidak bilang kita harus melewati pelabuhan?" Tatap Neko.

"E... Ya.... Em... Ini... Memang pelabuhan... Ilegal..."

"Kau tahu kenapa di sebut begitu?"

"Karena di sini terjadinya transaksi ilegal terjadi terhadap kargo kargo yang sangat banyak itu..."

"Hm... Begitukah" Neko menatap arah lain dan melihat sesuatu, dia langsung berjalan ke sana membuat Yohan terdiam dan mengikutinya.

"(Kenapa dia tidak jadi ke pelabuhan dan malah ke arah lain? Ah ikutin saja...)"

Mereka berhenti berjalan dan sampai di tempat pembangunan yang belum jadi, suasana juga sudah terasa gelap. Di sana adalah sebuah jembatan yang kering dan lama di tinggalkan, di kolong jembatan itu ada beberapa benda yang begitu aneh dan terbuang.

"Sepertinya tak ada yang tinggal disini" Kata Yohan, lalu Neko melihat tas terselip. "Yohan"

"Ya" Yohan menoleh.

"Kau bisa melihatnya?" Neko menunjuj tas itu membuya Yohan juga ikut melihat. "Cek tas itu" Kata Neko.

Lalu Yohan membuka tas itu. "Disini hanya ada baju dan uang, sabun mandi, mungkin tas malam...Huh?" Yohan menemukan forum kartu identitas.

"Ada apa?"

"Aku menemukan forum ini" Yohan memberikanya, lalu Neko melihatnya dan terkejut, di nama forum itu tertulis namanya yang bernama Luna.

Yohan menatapnya bingung dengan ekspresi Neko. "Apa ada sesuatu?"

"Bukan- bukan apa apa" Neko memberikan forum itu lagi pada Yohan sambil menggeleng pelan lalu berbalik berjalan pergi. Yohan terdiam menatap kertas itu.

"Sekarang aku sedang badmood, aku pergi" Tambah nya. "(Aku tidak mengerti, itu sudah sangat lama sekali kenapa masih ada di sana saja, kupikir mereka mengambilnya dan membuang nya begitu saja)"

"Huh apa! Secepat ini?" Yohan terkejut lalu mengikuti nya.

Yohan mengikuti Neko di belakangnya. "Bagaimana dengan pelabuhan nya? Kamu tak jadi ke sana?"

Tapi Neko terdiam dan terus berjalan tenang membuat Yohan harus berpikir bagaimana caranya membuat mood Neko tidak buruk.

"[Sepertinya dia sedang tak enak mood nya, haruskah aku bertanya dia kembali ke rumah? Tapi jika ke rumah, itu tidak menambah kesenangan nya... Mungkin aku harus membawanya ke tempat hangat...] Em.. Nuna" Panggilnya dengan ragu.

"Apa yang kau inginkan?" Neko menoleh dengan lirikan mengerikan.

"[Di...Dia marah, sangat marah]" Yohan menjadi gemetar. Dia bahkan gugup lupa apa yang ingin dia katakan.

"(Apa yang harus aku katakan tadi, Oh benar, aku harus mengajaknya ke suatu tempat) Em... Bagaimana jika minum dulu"

"Apa?"

"Ji... Jika kamu tidak suka... Tidak apa apa jika Kau ingin pulang..."

"Baiklah.." Neko menyela.

"Apa?" Yohan terdiam.

"Pergi minum" Kata Neko, ia menyetujui tawaran Yohan meskipun dengan tatapan datar nya itu.

"Ah... Bagus, mari kutunjukan tempat yang bagus" Yohan menarik tangan Neko.

Sesampainya di tempat, Neko terdiam kaku melihat tampilan luar bar yang mencolok nan kecil. "Ini... Spot selalumu?"

"Yeep, Hozer... Pemiliknya juga di sebut begitu Xixi..." Yohan membalas lalu mereka masuk.

Terdapat 2 orang pria bertubuh kekar disana. "Hey... Yohan.." Mereka memanggil bersamaan saat mendengarnya masuk.

"Siapa yang Kau bawa....?" Tanya salah satu dari mereka, dia tampak mengenal Neko. ". . . Neko?"

"Hey--Gremp" Kata Neko

Yohan yang mendengar itu menjadi terkejut tak percaya. "Apa...Kalian saling mengenal...?! Tapi... Bagaimana bisa?"

"Siapa yang tidak kenal, orang pembuat bar tidak enak"

"Apa kau bilang, Kau hanya tinggal minum bukan. Dan jika kau menganggap minuman ku tidak enak, kenapa masih ada banyak orang yang mampir minum" Gremp menatap kesal.

"Pft, hanya karena bar ini hanya ada satu di sini..." Neko benar benar merendahkan nya membuat pria yang bernama  Gramp kesal.

"Gr.... Jika bukan karena wajah mu itu yang begitu sempurna, kau jangan meremehkan aku seolah olah aku tak bisa membuat mu jelek" Tatap Gramp dengan marah.

"Pft... Lakukan saja... Itu juga akan hilang dalam beberapa hari" Neko masih merendahkan nya.

"Ba... Baiklah Nuna, ini waktunya pergi minum, karena kita di sini untuk minum" Yohan mendorong nya hingga ia berhasil menyingkirkan perdebatan merendahkan itu.

Beberapa jam kemudian Neko meletakan gelas terakhirnya. Ia berwajah mabuk dengan meletakan wajahnya di meja di tutupi tangan nya.

"Nuna, Kau sudah banyak minum, sebaiknya aku mengantarmu pulang" Kata Yohan.

"Ha.... Minumanyang tidak enak" Neko langsung bilang begitu.

Dan itu di dengar oleh Gramp. "Apa kau bilang....! Kau menghabiskan 3 gelas dan masih bilang minuman ku tidak enak!?"

"Pft, aku lebih suka dara-- hmp!" Neko langsung tertutup bibirnya oleh Yohan yang berbisik. "Nuna, kendalikan dirimu, jika kau memberitahu semua orang termasuk Gramp, ini semua akan berakhir... Kau akan memberitahu kau suka darah kan, sebaiknya jangan lakukan itu" Tatap Yohan dengan panik memakai suara berbisik dari tadi membuat suasana terdiam.

"Ha... Baiklah.... Biarkan Aku ke kamar mandi terlebih dahulu" Neko menyingkirkan tangan Yohan lalu berdiri berjalan pergi ke kamar mandi umum di bar itu.

"Baiklah, Aku akan bersiap dan menunggumu" Yohan membalas.

"Kau benar benar beruntung, benar benar masa muda yang begitu menarik" Kata Gramp menatap Yohan.

"Ada apa?" Yohan bingung.

"Dia Luna yang terlihat manis bukan... Meskipun bukan tipe wanita tapi dia itu tipe gadis, kulitnya lembut dan putih... Bwahahaha..."

"[Apa yang dibicarakanya] hah, jadi kau mengatakan aku dan dia....?!" Yohan menatap panik.

"Ya, jelas kan, kau membawa gadis itu kemari apalagi jika bukan kencan" Tatap Gramp.

"Tapi... Tapi.. Tapi... Kami bukan lebih dari apa apa... Kau salah paham!" Yohan masih panik.

"Lalu, Kenapa kau mau bersama nya, kau tidak takut akan rumor di sini tentang nya kah?" Tatap Gramp lagi.

"Itu bukan masalah besar aku mau bersama nya, tapi dari dulu sebelum aku bertemu dengan nya pun aku juga tertarik dan sangat penasaran dengan gadis yang di sebut sebagai Harimau ganas yang suka pada darah"

"Lalu, darah mu sudah pernah diambil?"

"Hah, apa maksudmu? Kau... Tahu dia suka meminum darah?"

". . . Tentu saja, memang nya aku harus tidak tahu soal ini, jangan khawatir, hanya kita yang tahu"

"(Ah, kupikir semua nya tahu ternyata hanya dia... Harus kah aku menyebutnya gadis yang suka darah saja?)" Yohan terdiam, ia melihat tangan nya yang berbekas gigitan Neko saat itu.

"(Aku masih bingung, kenapa hanya satu gigitan.. Bukan kah menghisap darah itu harus butuh dua gigi taring, apa satu gigi taring nya hilang?)" Pikirnya, dia tak tahu bahwa satu gigi taring Neko telah tercabut oleh Beum saat penyiksaan 2 tahun yang lalu. Neko bahkan sudah untuk melupakan itu apalagi Yohan yang ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa kau tidak tahu ini, sebelum dia di sebut sebagai pembunuh Neko, dia sudah di sebut sebagai iblis dan yang lain nya. Jadi mungkin kau tidak bisa menyebutkan panggilan selain Nya karena dia membenci panggilan nya yang dulu" Kata Gremp, lalu Yohan terdiam berpikir.

"Apa maksud mu? Aku memanggil nya Nuna"

"Oh, kupikir kau memanggilnya Luna" Tatap Gramp.

Tapi Yohan terkejut. "Lu... Luna... (Tunggu, bukankah... Itu nama yang tertulis di forum identitas yang di temukan di jembatan itu... Apa jangan jangan nama itu, adalah nama yang dia benci?) Kenapa dia membenci nama Luna?" Tatap Yohan.

". . . Itu nama yang membuat nya terbuang di sini" Kata Gramp membuat Yohan terdiam.