webnovel

Chapter 123 (Trusted Guard)

Setelah mandi, Yohan keluar sambil mengelap rambutnya.

"Ini sungguh segar"

"Apa itu baik baik saja?" Neko menatap sambil duduk di pinggir ranjang.

"Ya, ini bagus, airnya sesuai temperatur"

". . . Kalau begitu, karena Kau sudah mandi, berikan tanganmu" Neko mengulur tangan.

Dengan bingung Yohan mendekat berdiri didepanya dan mengulurkan tangan nya. Neko mendekatkan lengan Yohan ke wajahnya, seketika mengigitnya.

"Ugh..." Yohan terkejut dan menutup mulutnya sendiri. Seketika lengan Yohan berdarah, Neko menjilat darah itu.

"[Ini menakutkan]" Yohan menangis dalam hati. Tiba tiba Neko menariknya membuatnya terjatuh ke ranjang. "Huh...?"

"Sudah lama sekali aku tidak maminum darah, rasanya lebih enak? Apa kau tidak pernah melakukan sesuatu pada kesehatan tubuh mu?"

" . . . Apa maksud mu?"

"... Apa yang Kau lakukan pada dirimu? Apa kau tidak merokok?" Neko menatapnya, dia sudah menduduki tubuh Yohan. Lalu mendekatkan wajahnya. "[Apa, apa yang dia lakukan]" Yohan menelan ludah.

"N.. Nona, Aku pikir aku akan dibunuh Sunbae Kim"

". . . Kenapa?" Neko menatap.

"Kupikir dia tak mau kau tersentuh lelaki" Kata Yohan. Lalu Neko tersenyum sangat kecil.

"Dia tidak mengatakan bahwa aku bisa saja sesuka hati menggigit orang, termasuk kau sekarang ini kan?" Neko menatap.

"Tapi.... Tapi... Tapi.." Yohan menjadi gugup gemetar.

Neko terdiam kesal hingga ia mendekat, dia sebelumnya memegang dagu Yohan dan mendorong nya ke atas membuat kepala Yohan terangkat, dengan cepat dia menggigit leher Yohan membuat Yohan terkejut.

"(Akh! Ini sangat sakit... Sangat tajam dan begitu dalam.....)" Ia menutup mata menahan itu.

Setelah menggigit, Neko mencium bekas gigitan itu dan Yohan merasakan sesuatu.

". . . (Dia.... Dia seperti sedang menarik darah keluar... Dia menghisap nya? Oh astaga.... Rasanya aneh... Aku akan pusing...)" Yohan tampak pucat.

Neko mengangkat wajahnya menatap Yohan yang rupanya lemas. "Oh.... Aku terlalu banyak menghisap..." Neko menatap baru sadar.

--

"(Ini..... Pertama kalinya dalam hidup ku.... Aku pingsan hanya karena... Seorang gadis menggigit leherku.... Jika bukan karena bagian leher juga termasuk titik vital... Aku mungkin juga akan mati... Lebih baik memilih tak sadarkan diri dari pada mati, apalagi dia juga menghisap seperti lintah, gigitan nya seperti harimau tapi hisapan nya sangat banyak.... Aku tak tahu, sampai kapan aku akan bangun... Aku tak berharap aku bangun di luar karena dia mungkin saja membuang ku... Ups, aku salah... Aku bangun di tempat nyaman....)"

Paginya, Yohan membuka matanya, dia menatap langit langit dengan tangan kanan nya terentang kesamping. Dia tidur di ranjang Neko, sendirian dengan selimut berantakan apalagi rambut nya itu. Di lehernya sudah ada penutup luka kecil.

"[Kapan Aku tidur disini]" Ia duduk dengan bingung. Dia mengharuk leher sambil menguap lebar.

"[Dimana Neko?]" Ia menatap jendela lalu mendadak mendengar suara Neko.

"Kau bangun" Neko memanggilnya, lalu Yohan menoleh, rupanya Neko ada di depanya, dia duduk di kursi sambil meminum teh. "Aku menunggumu untuk bangun" Tatapnya dengan sebuah lirikan datar.

"Ma-maaf... Aku benar benar terlalu lambat bangun" Yohan langsung keluar dari ranjang. Namun Ia berhenti dan bingung. Ia melihat tubuhnya.

"[Kenapa Aku masih memakai baju, kupikir aku telanjang]"

"Ada apa?" Neko menatap tajam.

"T.. Tak ada apa apa" Dia langsung membalas dengan panik.

"Apa kau keberatan jika aku menjadikan tubuhmu sebagai bantal huh? Kau mungkin berpikir aku menelanjangi mu begitu?" Kata Neko. Tatapan nya sangat mencekam.

"Maafkan Aku, aku tak tahu apa yang terjadi. Maafkan pemikiran ku ini.... Aku tak akan berpikir yang aneh aneh...." Yohan menunudukan badan. Lalu Neko berdiri dan mendekat, Yohan mengangkat badan nya dan menatap. Hal itu membuat nya terkejut kaku karena Neko menatapnya dengan senyuman kecil.

"Kenapa kau begitu berkeringat, kau dari awal kesini saja sudah begitu gugup, bagaimana caramu mengembangkan sifat tegas nantinya, tak perlu terlalu sopan, anggap aku sebagai teman saja, agar kau terbiasa dengan ku"

"B.... Baik.... (Pertama kali aku dengar begini... Mungkin dia tadi memang tidak membuang ku, kupikir aku akan bangun di luar, rupanya dia membiarkan ku bangun di kasur nya dan dia menunggu ku dengan sabar....)" Yohan terdiam, dia terkesan menatap Neko.

"Baiklah, kalau begitu sekarang, cepatlah bersiap dan pergi"

"Kemana kita akan pergi?" Yohan menatap.

"Hanya jalan jalan, kau tahu tempat terbaik di sini?" Neko menatap.

"Um.... Mungkin... Tergantung kamu ingin pemandangan yang seperti apa?"

"Oh, bagaimana dengan laut yang tenang, kudengar distrik ini dekat dengan pelabuhan yang terkenal, ilegal" Tatap Neko.

". . . Nona Neko, kau sudah lama tidak keluar, bahkan selama 2 tahun, kau hanya ada di sini, apa kau yakin akan keluar? Bagaimana jika bahaya?"

"Jika di luar saja bahaya, untuk apa aku mengizinkan mu bekerja padaku" Balas Neko sambil berjalan duluan membuat Yohan terdiam ragu.

"(Sunbae Kim bilang bahwa Nona Neko tidak pernah keluar semenjak dia ditemukan di sini... Jika dipikir pikir, dulu dia memiliki banyak luka tapi kenapa sekarang tak terlihat satupun bekas luka, apa ini karena dia selalu memakai pakaian panjang itu, celana panjang hitam dan kemeja putih nya...)"

Tampak Mereka berdua berjalan di jalanan gangster, Neko terdiam berjalan ke depan dari tadi bahkan semua orang yang ada di sana menjadi terkejut ketika pandangan mereka tak sengaja menoleh ke arahnya.

Ini seperti mereka tak pernah bertemu dengan Neko, hal itu membuat Yohan terdiam. Tapi mendadak, Neko melirik semua orang yang menatapnya membuat mereka terkejut dan langsung melarikan diri. Yohan kembali terdiam melihat itu.

"[Serius? Dia bahkan lebih kejam dari apapun, bahkan hanya dengan lirikan tajam itu, dia membuat semua orang seperti terancam dengan lirikan itu.... Mungkin bayangan hitam juga melindungi nya... Atau bisa aku sebut bayangan kebencian...)" Pikir Yohan dengan terdiam.

Lalu Neko menatapnya. "Kenapa? Ada apa dengan wajah yang kau buat itu?" Dia menatap tajam.

"E... Em.... Aku hanya.... Maksud ku, aku tidak memasang wajah apapun kok" Yohan menjadi gugup.

Tapi tiba tiba Neko menepuk punggung belakang Yohan membuat Yohan terkejut tidak karuan.

"Santai saja, aku tak membunuhmu, hanya menggigit saja" Ia menatap.

Mendengar itu, Yohan menjadi semakin gemetar, dia sudah kena mental duluan.

Lalu ia tak sengaja menatap lengan nya yang bekas gigitan Neko kemarin, namun Ia bingung karena gigitan itu sepertinya hanya satu gigi bukan 2 gigi. "(Gigi ini.... Gigi taring nya, kenapa menggigit nya hanya satu?)"

"Ada apa? Kau kesakitan pada bekas gigitan ku itu, paling tidak aku sudah menutupi luka di leher mu kan?" Tatap Neko.

"E... Aku hanya heran, kenapa hanya satu taring?"

"Apa itu masalah untuk mu?" Neko menatap datar, sebenarnya mungkin tak akan di ketahui bahwa gigi taring Neko satunya tercabut oleh Beum saat itu dan dijadikan bukti untuk Ketua sindikat bahwa Neko sudah mati, padahal dia masih bertahan sampai sekarang karena ditemukan dan di tolong oleh Yohan dan Kim.

"Ti... Tidak ada, i... Ini baik baik saja..." Yohan langsung membalas kembali panik membuat Neko menghela napas panjang.

"Sebenarnya, ada apa dengan mu? Kau tak suka aku gigit? Apa itu sakit? Atau kau terkejut ketika tahu aku suka pada darah?"

". . . Jika soal itu, sebenarnya, Sunbae Kim sudah memberitahukan padaku dulu, bahwa kau suka pada darah jadi mungkin aku tak keberatan jika kau harus meminum darah ku, gigitan mu juga tidak akan keberatan" Kata Yohan.

". . . Sudah berapa lama kau mengenal Kim?"

"(Kenapa mendadak bertanya begitu.... ) Sebenarnya kisah nya panjang, kami sama sama bertemu di thailand, tapi aku dari Korea, mungkin kamu bisa bertanya padanya jika ingin lebih lengkap karena aku juga agak lupa" Kata Yohan.

"Jadi, kau benar benar tidak keberatan jika aku meminum darah maupun menggigit mu di sembarang tempat?" Neko menatap, dia menatap dengan seringai membuat Yohan terkejut.

"E... E... I.. Iya... Ta.. Tapi..."

"Kalau begitu kemarilah" Neko langsung menarik tangan Yohan dan mereka masuk ke gang kecil tanpa diketahui banyak orang di sana.

"Nn.nnn.. Nnn... Nona.... Neko.. Kupikir ini bukan ide yang baik" Yohan gemetar di pojokan, dia terlutut dengan Neko berdiri menatapnya dengan jarak.

"Kenapa? Kau bilang kau tidak keberatan jika akh meminum darah mu kan?" Neko menatap tajam.

"Um... Tapi.... Kenapa harus aku... Bukankah kamu bisa.... Melakukan nya dengan yang lain?" Yohan menatap memelas. Dia tak mau Neko menggigit nya lagi.

". . . Aku sudah bilang dari awal, darah yang sehat itu darah yang enak"

"Jadi, kamu berpikir aku tidak merokok?" Yohan menatap.

"Begitukah?"

"E... Aku memang tidak merokok, tapi... Aku meminum alkohol" Yohan membalas dengan wajah polos membuat Neko terdiam.

Ia lalu menghela napas panjang. "Bisa bisanya kau bisa seperti itu. Aku memang mengakui bahwa semuanya memang tidak bisa menolak alkohol, tapi darah mu tak bisa berbohong, dia menyerap dengan sangat baik, mungkin di bagian leher mu aku memakan yang paling enak" Kata Neko yang menatap Yohan yang berlutut seperti budak penyesalan didepanya.

"(Apa yang harus aku lakukan, apakah aku berakhir begini, jika dia terus begini, lama kelamaan aku akan mati karena di gigit sangat keras dan darah ku habis)" Yohan menatap tak bisa apa apa, dia menatap bawah tak berani menatap Neko.

Tapi Neko berpikir lain. "(Lelaki ini, kenapa sikap nya begitu lembek sekali... Apa dia memang benar dipercaya oleh Kim... Jika begitu, kenapa aku merasakan sesuatu yang buruk di tubuh nya, lihat ini, sekarang mendadak terasa)" Tiba tiba Neko terkejut merasakan sebuah aura besar di tubuh Yohan.

". . .Aku baru sadar sekarang, Yohan... Kau bukan orang biasa bukan? (Tampilan lelaki ini benar benar sangatlah berbeda... Dia seperti akan merencanakan sesuatu padaku nantinya) Apa kau orang suruhan dari orang yang aku kenal dan tidak mau disebutkan nama nya?" Kata Neko, seketika Yohan terkejut dan menengada. "I-itu tidak benar.... (Apa dia akhirnya tahu bahwa aku adalah mata mata?)"