webnovel

Chapter 125 (Trusted Guard)

"(Aku pikir mendekati gadis yang tinggal di jalanan kotor ini akan sangat mudah karena tubuhnya juga pasti akan ikut menjadi korban jalanan ini, aku juga berpikir dia telah melakukan banyak tidur bersama banyak lelaki tapi saat aku menggali informasi lebih lanjut, rupanya gadis itu masih bersih dan juga perawan. Dia memang perawan tapi sepertinya hatinya tak mau mengakui bahwa tubuhnya masih bersih. Aku tak tahu apa yang membuat nya tidak bisa menerima keadaan di luar sana, bukan kah di luar sana bisa mempedulikan tubuh dan keperawanan nya dari pada harus tinggal di dalam jalanan yang kotor ini)" Yohan berpikir diam di meja nya sambil melihat gelas kosong. Lalu Gremp datang lagi menatap.

"Yo kawan, kenapa kau masih di sini saja? Apa gadis itu muntah lama atau tidur di kamar mandi?" Tatap nya dengan nada agak bercanda nya.

"Aku tidak tahu pasti, tapi aku tidak bisa mengganggunya" Yohan membalas dengan wajah serius nya.

"Baiklah itu kemauan mu sendiri, lagi pula apa kau sudah dengar berita ilegal dari kemarin?"

"Berita yang mana?"

"Sindikat Rusia itu... Dia sudah kembali kemari, pria besar, kejam dan seorang penagih hutang tanpa adanya gelar mafia, dia murni penagih hutang. Aku yakin sebentar lagi gadis itu akan di incar" Kata Gramp.

"(Kata kata ini lagi....Aku sudah mendengarnya beberapa kali)" Yohan mengepal tangan dengan erat di bawah meja menandakan dia menyembunyikan kekesalan nya. "Memang nya apa hubungan nya Nuna dengan nya?" Yohan menatap.

"Gadis itu bukan lah gadis biasa... Sepertinya kau harus lebih tahu soal Amai Akai, maupun Luna, nak" Kata Gremp.

Tapi di saat itu Yohan terkejut mengingat nama asli Neko. "(Amai Akai?)" Dia benar benar berwajah terkejut dan kembali berpikir. "(Tunggu... Tunggu... Nama Amai Akai! Itu nama yang di sebutkan oleh Tuan Park, dia memintaku mencari gadisyang di ciri-ciri kan nya, jika bingung, dia juga memberitahu ku bahwa nama nya Amai Akai...!!)"

"Ada apa Yohan?" Gramp menatap bingung melihat ekspresi tidak percaya Yohan.

"Ti... Tidak!" Yohan langsung menggeleng.

Tapi tiba tiba ada suara keras dari kamar mandi, hal itu nembuat mereka terkejut langsung menoleh, Yohan tak melihat Neko keluar dari kamar mandi. "[Kemana Nuna, apa jangan jangan suara tadi, itu dia!!]" Ia langsung berdiri dan berlari menyusul kedalam.

Di dalam kamar mandi terlihat orang mengantri.

"[Kenapa ada banyak orang]" Yohan mencoba melihat apa yang terjadi. Dan dia terkejut melihat Neko dipangku seseorang di bangku kamar mandi. Pria itu mencium pundak Neko dengan sangat dekat. Neko tampak bernapas panas dan memegang kedua pipi pria itu, dia akan mendekatkan bibirnya ke leher pria itu.

"GaaAkkkhhh!!" Yohan langsung berteriak panik membuat semuanya menoleh padanya termasuk Neko.

"Yohan...." Neko menatap polos.

"Apa yang kau lakukan?" Yohan mendekat dengan wajah masih tak percaya.

"Aku haus... Aku baru saja memuntahkan semua minuman itu, jadi sekarang aku ingin darah..." Kata Neko dangan wajah yang imutnya.

"[Ha.... Dia memuntahkan minuman nya... Astaga.... Sepertinya aku harus mengawasi nya dengan ketat lagi nantinya... Ini hanya mencium bau... Tapi tunggu, meskipun begitu, Nuna tetaplah gadis yang bersih, aku harus berusaha membawa nya pergi] Nunaayo pulang" Yohan mengulur tangan.

Neko lalu terdiam sebentar melihat uluran tangan itu lalu membalas setuju. "Baiklah" Dia akan menerima uluran tangan Yohan tapi Pria tadi menahan tangan Neko. "Hei kawan, Kau harus mengantri... Aku baru mulai disini. Bahkan aku baru saja menyentuhnya tadi, beri aku waktu man" Dia menatap dengan serius dan tak mengizinkan Yohan mengambil Neko.

"Apa kau orang pertama?" Yohan melirik.

"Tentu, aku melihat gadis ini sendirian mabuk di kamar mandi ini, dia berteriak 'peluk aku' jadi aku melakukan ini" Balas Pria tersebut. Untungnya dia belum mengapa apakan Neko karena dia baru saja mulai.

"Apa maksud mu?! Kau pikir dia itu murahan! Dia harus di jaga!" Yohan menatap kesal.

"Ha, siapa peduli, memang nya siapa kau, aku tak akan memberikan nya padamu sebelum aku selesai di sini" Pria itu semakin memegang erat Neko membuat Neko mulai terganggu juga.

"[Apa... Dia tak mau menyerahkan Nuna, Nuna juga sepertinya tak bisa melawan karena dia masih mabuk]" Yohan menatap Neko yang terdiam.

"Haiz... Ehem...(Aku harus membuat Nuna membantuku agar dia bisa pergi) Nuna jika Kau ikut denganku, Aku akan—Memberikan semuanya hingga kau puas, termasuk.... Yang kau inginkan" Kata Yohan sambil menunjuk lehernya sendiri bermaksud dia akan memberikan darah pada Neko.

"Sungguh" Neko menatap dengan biasa karena wajahnya masih mabuk.

"Ya...sungguh"

"Bawa Aku, Yohan.." Neko mendorong kepala Pria tadi dan berdiri dari tubuhnya.

"Whoooaa.." Pria itu terkejut terdorong.

"Ya... " Yohan menggendong Neko didada. Neko melingkarkan tangan nya memeluk Yohan.

"Apa Kau bercanda, Kau tak bisa pergi" Pria tadi protes.

"Tutuplah mulutmu- miliknya lebih enak" Kata Neko sambil memeluk kepala Yohan.

"Hah... Nuna..//..//" Yohan terkejut dan berwajah merah. Karena wajahnya bertabrakan dengan dada Neko yang empuk. "(Tapi perkataan nya tadi... Apa dia sungguhan? Apakah darah ku memang enak untuknya?)"

--

"Uh..." Neko menjadi gemetar di gendongan Yohan yang menaiki tangga apartemen. "Nuna, apa Kau kedinginan?" Yohan menatap.

"Berikan Aku..." Neko mendekatkan wajahnya dan mendadak mencium pipi Yohan yang terkejut.

"Nu-nuna!?"

"Antar Aku tidue ung..." Neko memeluknya dan dia malah tertidur begitu saja.

"[Huf....Dia imut saat seperti ini]" Yohan menghela napas lalu melanjutkan menaiki tangganya.

Setelah masuk, Yohan meletakan Neko di ranjang, tapi Neko terus menahan kepala Yohan. Sehingga kepala Yohan tak bisa di tarik, dia harus terus merasakan empuk nya dada Neko.

"(Menidurkan nya seperti ini rasanya sangat beruntung sekali tapi... E... Aku terlalu banyak menerima ini... Mungkin aku coba berdiri)" Yohan akan pergi tapi.

". . . ?" Yohan terdiam tak bisa membangunkan tubuhnya, hingga Neko menekan kepalanya di tidur, seketika Yohan tersentuh dada Neko.

"Oh ya ampun... (Ini sangat lembut, besar dan begitu wangi...)" Yohan malah merasakan itu, hingga Ia tak sadar bahwa dia memeluk Neko menekan wajahnya di dada Neko.

"(Ukuran ini sangat memuaskan... Sangat lembut dan begitu... Uh... Aku ingin menggigit nya....)" Yohan memikirkan dada Neko adalah mochi yang lembut membuatnya tertarik akan menggigit nya.

Tapiia tersadar. "(Astaga, apa yang aku pikirkan, aku... Aku hampir saja berpikir aneh... Aku harus melepaskan tangan ini)" Yohan masih dalam posisi yang sama, lalu Ia memegang lengan Neko untuk melepaskan pelukan kepala itu, seketika Ia terkejut sendiri karena ketika dia menyentuh lengan Neko, ia merasakan kulit es yang sangat dingin.

"[Tubuhnya sedingin es] Nuna, apa Kau kedinginan?" Yohan menatap tapi Neko hanya terdiam menutup mata. "[Dia benar benar sedingin es, apa tubuh gadis sepertinya memang sangat dingin? Apa yang harus aku lakukan... Selimut saja mungkin tidak cukup...)" Ia panik hingga ia terdiam kaku ketika pandangan nya terhiasi oleh wajah Neko yang menawan ketika tidur pulas begitu, seketika dia menelan ludah.

"Nuna... Kamu tertidur dan tidak jadi meminum darah ku... (Tapi yang harus aku khawatirkan, dia sedingin es, aku harus melakukan cara.... Ha... Naik saja lah]" Yohan naik keranjang lalu memeluk Neko disaat tidur.

Lengan nya menjadi bantal untuk Neko. Yohan terus saja menatap wajah Neko yang tertidur mulai pulas.

"(Bagaimana jika dia bisa membuat jantung ku berdebar, tapi memang sejak pertama kali bertemu... Jantung ku serasa berdebar rasanya)"

"Umh.... " Neko tiba tiba menggerakkan kepala nya dan kembali diam tidur. Untuk sesaat, Yohan bisa melihat wajah manis Neko. "(Aku juga penasaran... Apa Nuna memiliki wajah yang ikut di saat dia kehilangan jiwa mengerikan nya, aku juga memikirkan bagaimana dia menjalani kehidupan jika tak ada satupun orang yang mau bersikap sepertiku... Aku juga agak bodoh karena baru pertama kali bekerja untuknya.. Apa aku benar benar bisa menyentuhnya)" Yohan menggerakkan tangan satunya memegang pinggang Neko.

Neko yang tidur menghadap nya menjadi terdiam pulas.

"(Punggung nya sangat manis juga)" Yohan mengelus pelan punggung Neko. Tapi belaian nya menjadi diam meraba karena ia merasa ada sesuatu di kulit Neko.

"(Ini apa? Apa dia memiliki luka?)" Dia semakin meraba. Rupanya Yohan belum tahu bahwa Neko memiliki luka tato itu yang masih ada di punggung nya. Bekas luka yang tidak akan pernah hilang.

"(Apa ini... Kenapa aku sangat penasaran melihat ini)" Yohan terus meraba dan tak sadar bahwa jarinya yang besar dan keras itu membuat Neko seperti tertekan keras di punggung kecilnya.

"Ugh.... " Ia membuka mata seketika Yohan terkejut.

"Nu... Nuna... Kau bangun... Maaf kan aku!!" Dia langsung bangun duduk menundukan badan pada Neko yang juga bangun duduk.

Neko menatap dengan lirikan nya. "Apa yang baru saja kau lakukan pada punggung ku, kenapa rasanya sangat sakit huh?" Neko memegang punggung nya sendiri.

"Ah maaf, biarkan aku memijat nya" Yohan mendekat memegang punggung Neko. Tapi ia

terdiam dengan masih ada rasa penasaran.

"Jika kau tidak niat, aku pergi" Neko bangun dari ranjang.

"Tu... Tunggu Nuna... Tidur lah lebih banyak, kau masih mabuk"

Neko tidak mempedulikan nya dan berdiri keluar dari ranjang maupun atas Yohan yang bingung.

Neko terdiam menatap jendela sambil membelakangi Yohan. Jendela malam yang sangat gelap, dia lalu menghela napas panjang.

"Pergilah saja" Kata Neko yang akan berjalan, namun tiba tiba Yohan memeluk perut Neko dari belakang dan menariknya masuk kekasur. Hal itu membuat Neko terpaku.

"Kau tidak bilang bahwa aku tak boleh menyentuhmu" Yohan menatap serius.

Seketika Neko menatap dengan senyuman kecil nya. "Oh ya... Tunjukan pada ku" Dia berkata dengan gigi tajam menggodanya.

Yohan menjadi menelan ludah lalu menunjuk lehernya. Seketika Neko langsung menggigit lehernya membuat Yohan langsung terdiam kaku merasakan sakit nya itu.

"(Ha..... Aku akan pingsan lagi)" Dia tampak lemas hingga akhirnya jatuh di ranjang.