webnovel

Menyatakan Perasaan

Hexa mencelupkan pakaian ke sungai yang mengalir. Semua tampak senang, tertawa ketika ada yang mereka anggap lucu. Hexa tidak merasa canggung walau hanya ia pria satu-satunya yang berada di sungai. Rata-rata, para pria akan pergi berburu atau mencari kayu bakar di hutan. Tetapi lain untuk Hexa, ia lebih senang jika berdekatan dengan Aileen.

"Aileen," panggil Hexa.

Mendengar ada yang memanggil namanya, seketika Aileen menoleh. Dan tiba-tiba saja…

Byurrr….

Hexa berhasil memercikkan air ke arah wajah Aileen. Sontak itu membuat Aileen terkejut dan tidak bisa menghindar. Alhasil, sebagian pakaiannya telah basah akibat kelakuan Hexa. Ia pun mengerucutkan bibirnya kesal dan membalas apa yang telah diperbuat oleh Hexa.

"Hahaha, rasakan ini." Aileen meraup air dan ia mengarahkan pada Hexa yang berada tepat di depannya.

"Hentikan! Aileen, hentikan!" pinta Hexa.

Tetapi tampaknya Aileen tidak menerima ampunan, walau Hexa berulang kali berteriak meminta ampun. Ia semakin gencar dan menghabisi tubuh Hexa sampai benar-benar basah kuyup. Kurang puas, Aileen yang semula berada di pinggir sungai. Kini turun, agar dapat menyerang Hexa lebih dekat.

"Aileen, tunggu pembalasan aku," ujar Hexa kembali menyerangnya.

"Arrgghh. Hentikan Hexa, pakaianku telah habis basah karena air."

Tingkah laku mereka berdua menarik perhatian warga yang ada di sana. Sadar kalau menjadi pusat perhatian, Aileen menghentikan ayunan tangannya. Hexa tidak berhenti dan terus melancarkan serangannya, sementara Aileen menghalau air yang terus menuju wajahnya dengan mengenakan kedua telapak tangan.

Hingga pada akhirnya, Hexa lelah. Tangannya pegal dan napasnya pun terengah-engah. Dinginnya air sungai tidak terasa, apalagi matahari semakin meninggi. Tetapi telapak tangan Aileen mengkerut akibat terlalu lama berada di dalam sungai. Kemudian ia memilih untuk naik kembali ke permukaan.

Saat hendak menampakkan kakinya pada sebuah batu. Secara tidak sengaja kaki Aileen tergelincir. Menyebabkan tubuhnya tidak seimbang. Beruntung Hexa siap siaga dan menahan tubuh Aileen yang hampir saja terjatuh.

"Arrgghh!" pekik Aileen.

Kedua tangan Hexa yang kekar berhasil menopang Aileen. Keduanya melingkar indah di pinggang Aileen. Sekarang posisi mereka terlihat seperti sedang berpelukan. Perhatian warga beralih pada mereka berdua. Ada yang terkejut dan juga ada yang berteriak sebab menganggap Hexa sebagai pahlawan.

"Ya ampun, beruntung sekali Aileen ditolong oleh Hexa yang tampan itu," ujar salah satu wanita yang ada di sana.

Tersadar kalau mereka menjadi bahan perbincangan. Lalu Hexa membantu Aileen untuk berdiri dan naik ke permukaan. Kaki Aileen masih terasa sakit, walau tidak sempat jatuh tetapi kakinya terkilir. Aileen meringis kesakitan tatkala Hexa memapahnya untuk berjalan. Karena tidak tega melihat Aileen yang sakit, Hexa menggendongnya untuk duduk di bawah pohon rindang.

Tubuh kekar Hexa mampu mengangkat Aileen. Kedua lengan Aileen melingkar di leher pria itu, dan begitu juga dengan Hexa yang tidak ada masalah membawa Aileen. Saat ini Aileen dapat merasakan dengan jelas, bagaimana hangatnya dada bidang milik Hexa tanpa penghalang apa pun. Walau dalam keadaan basah, tetapi aroma harum dari tubuh Hexa masih tercium jelas. Bahkan Aileen sampai memejamkan kedua matanya agar dapat menghirup aroma wangi yang mengugah darah mudanya.

"Kita duduk di sini saja dulu." Hexa menurunkannya di bawah pohon yang bercabang lebat.

"Terima kasih."

"Coba aku lihat kaki kamu yang terkilir."

Aileen memutarkan kakinya menghadap ke arah Hexa. Warna dari kaki yang terkilir itu telah berubah menjadi kebiru-biruan. Ukurannya pun membesar. Aileen merintih kesakitan setiap kali Hexa menyentuhnya.

"Sakit, Hexa," pekik Aileen keras.

"Tahan. Aku akan memijatnya, agar segera sembuh."

Tidak ada jawaban lagi selain mengangguk.

Perlahan Hexa memijat kaki Aileen. Penuh dengan kehati-hatian, sebab ia tidak ingin membuat Aileen merintih kesakitan. Walau hanya usapan kecil, tapi itu mampu membuat rasa sakit yang diderita oleh Aileen sedikit berkurang. Hingga akhirnya, Aileen tidak berteriak lagi. Kemudian Hexa memintanya untuk menggerakkan kakinya.

Dibantu oleh Hexa, Aileen berhasil menggerakkan kaki. Dan tidak ada rasa sakit sedikit pun. Aileen gembira, tanpa ia sadari kalau dirinya memeluk Hexa sebab ingin mengungkapkan rasa gembiranya. Hexa diam saja, ia membalas pelukan itu dengan mengusap punggung Aileen dengan lembut.

"Terima kasih, Hexa. Aku tidak tahu harus bagaimana jika tidak ada kamu," ucap Aileen setengah berbisik.

"Iya, sama-sama. Yang terpenting sekarang kamu sudah sembuh dan bisa berjalan."

Aileen melepaskan pelukannya dan tersenyum. Hexa senang ketika melihat Aileen dapat tersenyum kembali seperti biasanya. Hatinya terasa damai di saat mendapatkan senyuman dari Aileen. Wajahnya yang cantik mampu mengalihkan dunia Hexa. Hari-harinya seperti berwarna sejak pertama kali bertemu dengan wanita ini.

Karena terbawa suasana, Hexa meraih kedua tangan Aileen. Menggenggamnya dengan erat, sontak itu membuat Aileen terperangah dan menatapnya dalam-dalam. Aileen bertanya-tanya tetapi tidak ada keberanian untuk mengungkapkannya. Sementara Hexa, membawa pikiran Aileen masuk ke dalam pikirannya. Dalam waktu yang lama mereka saling bungkam. Tidak ada satu patah kata pun yang terucap dari keduanya.

"Apa aku boleh mengatakan sesuatu?" Hexa mulai membuka pembicaraan.

"Apa itu?" Aileen menatapnya serius.

Hexa menjeda ucapannya untuk beberapa saat. Melihat Aileen yang begitu serius, ia pun tertawa. Seketika Aileen merubah raut wajahnya. Ia tidak mengerti apa maksud dari tawa yang keluar dari mulut Hexa.

"Kenapa malah tertawa?" tanya Aileen dengan kerutan di keningnya.

"Ada kotoran di wajah kamu."

Segera Aileen mengusap wajahnya. Ia malu sekali ketika dilihat tidak sempurna di hadapan Hexa. Tidak tega melihat Aileen yang cemas, Hexa berinisiatif membantunya. Karena mengusap wajah dan titik yang sama, alhasil tangan mereka saling bertemu. Hexa membalas senyuman yang tercetak jelas di bibirnya.

"Kau terlihat sangat cantik sekali." Hexa melontarkan pujian.

Aileen tersipu malu, "Jangan membuat aku jadi malu seperti itu."

"Untuk apa malu? Aku mengatakan apa yang sebenarnya."

Ingin rasanya Aileen menenggelamkan wajahnya agar Hexa tidak melihat rona di pipinya.

"Sudah. Jangan sembunyikan wajah cantikmu itu." Hexa mengangkat dagu Aileen sehingga bertatapan langsung dengannya.

Hexa merapatkan tubuhnya, semakin dekat dan tidak ada jarak di antara mereka berdua. Suasana hati Aileen bercampur aduk. Mulai dari senang, berdebar, takut, dan segala macam bercampur menjadi satu. Gejolak asmara semakin membara di antara keduanya. Aileen memejamkan kedua matanya, merasakan hembusan napas Hexa yang bertabrakan langsung dengan wajahnya.

"Aku menyukai kamu, Aileen," ucap Hexa pelan.

Deg! Seperti mendapat benturan besar. Aileen membelalakkan kedua matanya. Ia tidak menyangka kalau Hexa akan mengatakan itu padanya. Sedangkan Hexa tampak menunggu jawaban dari Aileen.

Untuk kesekian kalinya, Aileen menggaruk kepala. Memberikan isyarat agar Hexa mengulagi perkataannya. Seakan mengerti, Hexa menarik napas dalam-dalam serta menatap kedua bola mata Aileen dengan teduh.

"Aku sungguh menyukai kamu, Aileen," ujar Hexa untuk kedua kalinya.

Aileen menelan ludah dan berusaha untuk mengatur tempo jantung yang berdegub dengan kencang.

"Kenapa kamu terdiam?"

"Jangan bergurau. Aku sedang tidak ingin bergurau."

Aileen beranjak bangkit dan melangkahkan kaki menjauhi Hexa. Pria itu pun mengikuti Aileen dan sekarang mereka berdua dalam posisi berdiri. Aileen memunggungi Hexa dan tidak ada keberanian untuk menatapnya lagi. Keadaan sunyi menyelimuti tempat itu dalam beberapa menit. Yang terdengar hanya suara aliran sungai saja dan dahan pohon yang bergoyang akibat hembusan angin.

Berada pada posisi seperti ini, membuat otak Aileen tidak bekerja. Ia malah menggigit bibir bawahnya dan sesekali melirik ke arah Hexa yang berada di belakangnya. Itu pun tanpa sepengetahuan Hexa.