webnovel

Patah Hati

Dua langkah kaki berjalan menuju keberadaan Aileen. Hexa ingin berada dekat dengan wanita yang sekarang sedang mengkoyakkan hatinya. Tanpa disangka, Hexa menepuk pundak Aileen serta mengusapnya lembut. Seketika Aileen menoleh, dan mereka berdua saling berpandangan satu sama lain.

"Aku serius. Aku menyukai kamu tulus dari hati, dan ini bukan sebuah gurauan atau lain sebagainya," jelas Hexa.

Aileen membalas dengan senyuman lalu pergi.

Kepergiannya membuat Hexa heran. Ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Aileen, meninggalkannya tanpa memberikan jawaban apa pun. Sedangkan Aileen menghindar sebab ia merasakan hal aneh yang hinggap dalam hatinya. Aileen sadar diri kalau dirinya dan Hexa tidak mungkin untuk bersama.

Perbedaan bangsa menjadi factor utamanya. Aileen tidak ingin membuat Hexa kecewa di kemudian hari saat ia telah mengetahui siapa sebenarnya Aileen dan juga kedua orang tuanya. Mana mungkin ada manusia yang menerima begitu saja jika tahu kalau pasangannya adalah seorang manusia serigala. Aileen pergi menuju sungai, mengambil pakaian yang telah selesai dicuci dan bergegas untuk pulang.

"Maafkan aku, Hexa," ujar Aileen pelan sambil menolehkan kepalanya melihat ke arah Hexa yang berada jauh di belakangnya.

Sementara itu, Hexa mencoba untuk mengejar Aileen. Ia berlari tetapi berhasil dicegah oleh Damian. Rupanya pria itu mengintai Hexa sampai suatu ketika ia mendengar percakapan serius antara Aileen dan Hexa. Amarah Damian tidak bisa terelakkan lagi. Ia memutuskan untuk datang menemui Hexa dan berbicara empat mata dengannya.

Kedatangan Damian cukup membuat Hexa terkejut. Sebab, secara tiba-tiba Damian telah berada di depannya. Seperti angin yang berhembus saja. Hexa menghentikan langkah kakinya dan melihat wajah memerah dari Damian.

"Ikut aku." Damian mengatakan dengan nada tegas.

"Untuk apa?"

"Ada yang harus aku katakan."

Kemudian Hexa setuju. Damian mengajaknya untuk menjauh dari tempat itu. Mereka membicarakan sesuatu. Hexa mengikutinya sampai akhirnya mereka sampai pada suatu tempat yang sunyi sekali. Tidak ada orang yang melewatinya. Hexa menyangka kalau itu adalah pinggir hutan. Terlihat dari pohon besar dan juga semak belukar.

Damian memutar tubuhnya, sehingga kini mereka daling berhadapan. Sorot mata Damian tajam, bahkan beberapa kali terlihat cahaya silau berwarna merah yang dikeluarkannya. Berada dekat dengan manusia menyebabkan gejolak pemangsanya meningkat. Sekuat tenaga Damian mengontrol emosinya, hingga akhirnya ia pun berhasil.

"Mengapa kau membawa aku ke sini?" Hexa masih tidak mengerti dan tidak tahu.

"Aku sengaja membawa kamu ke sini. Aku hanya ingin peringatkan kalau jangan pernah kau dekati Aileen."

"Kenapa? Apa salahnya?"

"Kau salah besar! Aku dan Aileen akan menikah dalam waktu dekat. Kami telah dijodohkan dan akan hidup bersama."

Mendengar penjelasan itu Hexa terperangah. Ia mendengar langsung pengakuan itu dari Damian. Padahal Aileen tidak pernah mengatakan itu sebelumnya. Merasa kalau dirinya menang, Damian membusungkan dadanya dan kembali mengitari tubuh Hexa serta mendengus. Hexa sedikit mengkerutkan dahinya bingung.

"Kalau memang kau benar-benar calon suami Aileen, pasti Aileen akan terus dekat dengan mu." Hexa tidak mau kalah.

"Jika kau terus mendekati Aileen, maka bahaya akan menyintai dirimu."

Jawaban terakhir yang diberikan oleh Damian mampu membuat bulu kuduk Hexa berdiri. Apalagi suara Damian yang berat itu terdengar sedikit pelan tetapi penuh penekanan. Tanpa menunggu jawaban lagi, Damian pergi begitu saja meninggalkannya. Sekarang Hexa sendiri dan terus berpikir dalam otaknya.

Dalam pikirannya berkecamuk. Kalau memang benar Aileen akan menikah dengan Damian, itu artinya kesempatan untuk mendekati Aileen akan semakin sedikit. Hexa menggeram, ia mengepalkan kedua telapak tangannya.

"Arrgghh!"

Bruk…

Hexa melayangkan pukulan keras pada sebuah batang pohon yang tidak berada jauh dari tempat ia berdiri. Hal itu menyebabkan luka lebam di sekitar punggung tangan Hexa. Ia meluapkan segala kekesalan yang ada di dalam dirinya. Baru saja Hexa merasakan jatuh cinta, tapi kini telah patah begitu saja. Mendengar sang pujaan hati akan menikah dengan pria lain, membuat hati Hexa patah dan hilang harapan.

Sekarang ia tidak tahu harus pergi ke mana. Hexa menengadahkan kepalanya, mendapati langit telah berubah warna menjadi gelap. Tampaknya sebentar lagi akan turun hujan. Segera Hexa meninggalkan tempat itu menuju distrik. Belum sampai distrik, hujan turun dengan lebat. Terpaksa Hexa mencari tempat untuk meneduh.

Ia menemukan sebuah gubuk yang terbuat dari bambu. Kemudian ia memutuskan untuk meneduh di sana karena tidak ada pilihan lain. Pakaian Hexa yang semula sudah kering, saat ini basah kembali. Angin berhembus begitu kencang. Gemricik air masuk ke dalam gubuk menyebabkan sebagian tempat itu menjadi basah.

Tidak ada aktifitas di luar rumah. Hexa juga tidak melihat ada orang yang keluar rumah ketika sedang berlangsung hujan lebat. Hexa melihat banyak sekali daun yang berguguran akibat kencangnya angin yang berhembus. Dan Hexa harus menunggu sampai hujan benar-benar berhenti.

Saat sedang menunggu, tidak sengaja Hexa menangkap seseorang sedang berjalan ke arahnya. Hexa membuka kedua matanya lebar-lebar. Rupanya dia adalah Aileen. Wanita itu berlari menghampiri Hexa dengan sebuah pelepah pisang di tangannya. Aileen menggunakan pelepah pisang untuk menghalau air hujan yang jatuh ke tubuhnya.

"Hexa," panggil Aileen dan langsung berlari.

Sementara itu, Hexa terperangah. Ia tidak tahu kalau Aileen akan datang. Sampainya di gubuk, Aileen meletakkan pelepah pisang itu dan duduk di samping Hexa.

"Kenapa kau tidak pulang ke rumah?" tanya Aileen bernada cemas.

"Tidak apa-apa," jawab Hexa singkat.

"Ayah dan Ibu mencemaskan mu. Sekarang kita pulang."

Hexa menolaknya, "Ini masih hujan lebat. Apa kau akan pulang dengan kondisi hujan seperti ini?"

Apa yang dikatakan oleh Hexa ada benarnya. Kemudian mereka memutuskan untuk menunggu sampai hujan benar-benar berhenti. Selagi menunggu, Hexa berada di ujung gubuk dan jauh sekali dengan Aileen. Hal itu membuat Aileen sedikit heran. Padahal biasanya Hexa akan berada dekat dengannya. Tapi kali ini sangat berbeda sekali.

"Hexa," panggil Aileen pelan.

"Iya." Hexa membalas tanpa melihat ke arah Aileen.

"Kenapa tidak mendekat? Apa kau marah dengan ku?"

Hexa menggelengkan kepalanya, "Tidak."

"Oiya, di rumah aku sudah menyiapkan makanan paling istimewa untuk kamu."

Untuk kesekian kalinya Hexa membalas dengan senyuman tipis.

Melihat tanggapan seperti itu, Aileen mengerutkan dahinya sehingga alisnya hampir saja menyatu. Aileen memilih untuk diam karena ia menyangka kalau Hexa sedang lelah sehingga tidak banyak bicara.

Tidak berapa lama kemudian, hujan mereda. Segera Hexa bangkit dari duduk dan meminta Aileen untuk pulang. Sampai di rumah, Hexa pergi ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Begitupun dengan Aileen yang telah basah kuyup akibat guyuran air hujan.

**

Malam tiba.

Sekarang saatnya untuk mereka makan malam. Jelena telah menyiapkan semuanya. Mereka akan makan malam ketika Hector telah pulang. Tetapi, Hector sedang berada di luar sehingga harus menunggunya sampai pulang. Aileen tidak tinggal diam, ia juga membantu ibunya dalam menyiapkan makanan.

"Bu," panggil Aileen pelan.

"Kenapa?" Jelena meletakkan mangkuk di atas meja makan.

"Hexa menyatakan perasaannya kepada ku."

"Oh, ya? Terus jawaban kamu bagaimana?"

"Aku tidak menjawab."

"Kenapa?"

Aileen menarik napas dalam-dalam. Ia duduk dan menopang kepalanya menggunakan kedua tangan. Aileen melirik ke arah kamar Hexa dan tidak ada tanda-tanda kalau pria itu akan keluar dari kamar. Tertarik dengan cerita anaknya, Jelena pun ikut duduk dan siap mendengarkan cerita Aileen.

"Ibu 'kan tahu kalau aku dan Hexa tidak bisa bersama." Aileen terlihat lesu sekali, seperti tidak ada semangat hidup.