webnovel

Berburu

"Kenapa mereka memakan daging sebesar itu? Memang penduduk di sini penyuka daging," ujar Hexa pelan yang kemudian melanjutkan perjalanannya yang sempat terhenti itu.

Beberapa meter ke depan, masih sama. Semua orang yang ia temukan pasti sedang memakan daging dan juga minuman berwarna merah. Hexa tidak memperdulikan itu lagi, yang terpenting dirinya bisa pergi ke tebing di mana tempat ia terjatuh dan ditemukan oleh Aileen. Ia berharap dapat menemukan jawaban di sana dan segera mengetahui dari mana asal-usulnya.

Memasuki hutan belantara dengan hamparan pohon menjulang tinggi yang berada di mana-mana. Hexa menampakkan kakinya, menginjak dedaunan kering yang berjatuhan sehingga mengeluarkan suara khas. Langkah kakinya terhenti, ia menatap kosong ke depan. Hatinya tidak yakin untuk pergi sendiri ke hutan tersebut. kembali Hexa menarik napas dalam, lalu mulai melanjutkan perjalanannya.

Saat mulai memasuki hutan, Hexa mendengar ada yang mengganjal di telinganya. Untuk kesekian kalinya Hexa berhenti.

"Suapa apa itu?" ujar Hexa dan segera memasang telinga waspada.

Matanya mengitari sekitar, berjaga jika ada sesuatu tiba-tiba menyerangnya. Suara tersebut semakin lama semakin mendekat, bahkan sangat dekat sekali. Dari kejauhan, Hexa berhasil menangkap seekor babi hutan dengan indera penglihatannya. Pelan-pelan Hexa melangkah mundur, berusaha menghindar agar babi hutan itu tidak mengetahui keberadaannya.

"Aku harus tetap tenang. Dia tidak akan menyerang kalau kita tidak panik," ucap Hexa pelan sekali.

Namun gagal, babi hutan itu melihat keberadaannya. Keadaan Hexa tidak membawa senjata apa pun. Hexa mulai panik, keringat dingin mengalir membasahi keningnya. Langkah babi hutan terlihat pelan. Tetapi sebagai binatang buas, babti hutan memiliki jiwa pemangsa tinggi. Matanya mengintai ke arah di mana Hexa berada. Hexa terus saja melangkah mundur hingga akhirnya tubuhnya menabrak sebuah pohon.

"Tolong!"

Hexa panik, ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Sekeras apa pun dirinya berteriak, pasti tidak akan ada yang mendengarkannya. Jarak antara dirinya dan babi hutan perlahan semakin dekat. Hanya perlu satu terkaman saja, babi hutan itu berhasil mengkoyakkan tubuh Hexa. Suasana mencekam, sebentara lagi ajal akan menjemput Hexa sebab dihadapkan dengan hewan buas sementara dirinya tidak membawa senjata. Hexa terus berpikir dan berpikir. Selagi mencari jalan keluar, tiba-tiba saja terdengar suara anak panah yang melaju kencang ke arahnya.

Wussss…

Zleb…

Satu anak panah berhasil menancap sempurna di bagian perut sang babi hutan. Hexa terkejut, dan segera mencari dari mana asal anak panah tersebut. Rupanya Aileen yang melakukan itu semua. Kini babi hutan itu merintih kesakitan dan akhirnya mati terkapar tepat di hadapan Hexa. Ia pun dapat bernapas lega sekarang.

Aileen datang menghampirinya dengan membawa panah di tangannya. Beserta dua teman lainnya, serta Licha yang berada di samping Aileen.

"Sedang apa kau di sini?" tanya Aileen.

"Aku hendak mencari di mana tempat pertama kali kamu menemukan tubuhku."

"Ini sangat berbahaya, Hexa. Banyak binatang buas di dalam hutan, ditambah kau yang tidak membawa senjata," sahut Licha.

"Baru saja aku akan melawan babi hutan itu. Tapi, kalian lebih dulu membidiknya."

"Oh begitu. Kau berani dengan tangan kosong? Coba buktikan dengan ini." Aileen melempar panah ke arah Hexa.

Secepatnya Hexa menangkap panah tersebut. Aileen meminta agar Hexa ikut bersamanya untuk berburu rusa. Dan pada kali ini, Aileen menginginkan Hexa sendiri yang memainkan panah tersebut dengan tangannya sendiri. Hexa menerima tantangan itu, dan bersedia ikut bersama dengan Aileen dan kedua temannya.

Mereka pun pergi masuk lebih jauh ke dalam hutan. Menapakkan kaki di jalan setapak yang tidak ada seorang pun melewatinya. Aileen menebas dahan pohon yang menghalangi jalan mereka. Sementara Hexa berjalan santai dengan panah yang ada di tangannya. Sebagai seorang pria, Hexa jalan lebih dulu dibandingkan dengan ketiga wanita yang ada di belakangnya.

"Berhenti," pekik Aileen.

Hexa menoleh dan menghentikan langkahnya, "Ada apa, Aileen?"

"Aku mendengar ada langkah rusa."

"Bagaimana kau bisa mengetahuinya?" Hexa mengkerutkan dahinya.

"Aileen memiliki kekuatan mendengar jarak jauh. Jadi, dia dapat mendengar suara aneh pada jarak yang jauh," jelas Licha.

Hexa mengangguk paham dan memilih untuk menunggu sampai Aileen kembali berbicara.

"Ikuti aku!" petintah Aileen.

Berbelok ke arah kanan, di mana mereka menyebrangi semak belukar. Dengan penuh kehati-hatian, Licha menebas semak belukar itu menggunakan pedang miliknya. Beberapa saat kemudian, terlihat seekor rusa sedang makan. Aileen menggerakkan tangannya, mengisyaratkan agar Hexa mendekat.

"Gunakan panahmu untuk membidik rusa itu," pinta Aileen.

Hexa bersemangat sekali, ia melakukan ini untuk membuktikan bahwa dirinya hebat. Kemudian Hexa meletakkan anak panah pada busur tersebut, memicingkan mata agar bidikannya sesuai dan tepat sasaran. Dengan sekali hempasan, anak panah itu melesat sangat cepat sekali. Dan pada akhirnya, tepat menancap pada leher sang rusa.

Alhasil, rusa itu tidak bisa berbuat apa-apa dan jatuh. Aileen beserta kedua temannya berteriak senang. Itu berarti nanti malam akan diadakan pesta besar-besaran sebab mereka berhasil membawa rusa yang berukuran sangat besar sekali. Aileen merasa puas dengan kerja yang dilakukan oleh Hexa, bahkan ia sampai menepuk pundak Hexa.

"Kerja bagus. Aku tidak menyangka kalau kau akan sehebat itu," puji Aileen.

"Itu hanya hal biasa saja. Tidak ada yang istimewa."

Tidak mau membuang waktu lama, Aileen menyiapkan dua batang bambu yang akan ia gunakan untuk membawa rusa tersebut. Hexa ikut andil dalam membawa rusa, karena sebagai seorang pria, tenaganya lebih besar dari para wanita itu. Keempat kaki rusa diikatkan pada dua bilah bambu. Kemudian, mereka mengangkatnya. Dan rusa tersebut bergelantung serta siap menjadi santapan makan malam.

Hexa berjalan paling depan, di bahunya sudah ada ujung bambu yang membawa rusa. Sementara Aileen berada di sampingnya. Mereka berempat bekerja sama agar lebih ringan. Merasa puas dengan hasil tangkapan hari ini. Pasti penduduk distrik akan gembira melihat hasil tangkapan mereka. Aileen sudah tidak sabar memberi tahu hal ini kepada ayah dan ibunya.

Tidak sulit bagi mereka membawa rusa sampai ke distrik. Saat ini mereka telah sampai. Semua orang yang ada di sana menyambutnya. Aileen yang lelah, memberikan ujung bambu tersebut pada seorang pria lain. Begitupun dengan Hexa dan kedua temannya. Untuk meredakan rasa letih, Aileen mengajak Hexa beristirahat sejenak sebelum melakukan aktifitas lainnya.

"Kalian yang memburu rusa tersebut?" suara Hector terdengar sangat jelas.

Spontan Aileen dan juga Hexa berdiri, "Iya, Yah. Hexa yang memburunya, hebat bukan?"

Hector tersenyum puas, "Nanti malam akan dilaksanakan makan malam bersama sebagai penyambutan kedatangan Hexa."

"Untuk apa, Tuan? Sampai diadakan acara seperti itu?"

"Kami sangat menerima kau dan itu sudah menjadi peraturan yang ada di distrik ini. Bahwa setiap orang baru harus disambut dengan makan malam seluruh warga distrik.

Hexa senang mendengar itu. Dirinya begitu dihargai di tempat ini. Dan juga ia merasa nyaman, sebab warga sekitar bersikap ramah padanya. Untuk itu, Hexa memutuskan ikut membaur dengan semuanya. Ia ikut membersihkan daging rusa di sungai, bersama dengan pria lainnya. Tidak ada yang mencurigakan, hanya saja Damian mengintai setiap tingkah laku Hexa dari kejauhan.

"Apa kau tidak akan melakukan sesuatu, Damian?" tanya temannya yang bernama Baron.

"Waktunya belum tepat. Yang terpenting sekarang, kita awasi pria asing itu. Jangan sampai ia mengambil hati Aileen."

Baron mengangguk setuju dengan apa yang dikatakan oleh Damian.