webnovel

Romantis di Pinggir Sungai

Sementara itu, Hexa bersama dengan warga lainnya. Berbondong-bondong membawa daging rusa yang telah terpisah dari kulitnya, dibawa ke sungai untuk dibersihkan. Sebab, semua aktifitas distrik pasti berada di sungai. Maka dari itu, Hexa harus membantu semuanya. Ia pun berbaur dengan warga lainnya, dan ikut dalam menyiapkan makan malam nanti.

Semua bersikap ramah kepada Hexa, kecuali Damian dan kedua temannya. Selesai membersihkan daging rusa, dilanjutkan dengan pembersihan lapangan. Di distrik, terdapat sebuah padang rumput yang luas. Lapangan tersebut digunakan jika ada acara besar seperti nanti malam. Para warga memotong rumput yang telah memanjang, dan para wanita membersihkan sampah yang berserakan.

Aileen memunguti sampah ranting pohon dengan tangan kosong bersama dengan Hexa. Sesekali mereka berbincang ringan, dan terkadang banyak pertanyaan yang terlontar dari mulut Hexa. Diselingi oleh canda tawa di antara keduanya.

"Esok kita akan berburu harimau," ucap Aileen.

"Harimau? Kita akan memakan harimau?"

"Iya, dagingnya saja untuk diriku. Dan taringnya untukmu, hahaha."

Hexa menghela napasnya, "Aku serius, Aileen."

"Aku juga serius." Aileen terkekeh geli melihat ekspresi wajah Hexa yang menurutnya menggemaskan.

Tanpa disadari, Hexa memperhatikan Aileen. Senyum lebar yang tercetak di bibirnya, membuat kesan cantik pada diri Aileen. Tidak bisa dipungkiri, jika banyak pria yang memperhatikan Aileen ketika terdengar suara tawa darinya. Saat hendak membuang sampah pada tempatnya untuk dibakar, tiba-tiba saja kaki Aileen tergelincir. Menginjak sebuah batu kecil dan tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya sendiri.

"Arrgghh," teriak Aileen spontan.

Sontak itu membuat tubuhnya tumbang. Beruntung Hexa siap siaga. Ia berhasil menangkap tubuh Aileen menggunakan kedua tangannya. Sehingga, wanita itu tidak terjatuh ke tanah. Tetapi, karena kejadian itu menyebabkan mereka berdua seperti berpelukan. Semua pasang mata menatap ke arah mereka tanpa terkecuali.

Kedua mata saling bertemu satu sama lain. Kedua tangan Hexa melingkar indah di pinggang Aileen. Sementara itu, tangan Aileen pun melingkar sempurna pada leher Hexa. Mereka tampak romantic sekali, seperti sepasang kekasih. Aileen terpaku pada wajah Hexa yang berada sangat dekat dengannya, dan hanya berjarak beberapa centi saja.

Begitupun dengan Hexa yang dapat menikmati keindahan wajah Aileen. Matanya menjelajah, mulai dari dahi sampai ke dagu. Semua tidak terlepas dari edaran mata Hexa. Jantung Aileen berdegub dengan kencang tatkala Hexa mulai melebarkan senyumnya.

"Kenapa dengan jantungku? Apa aku sedang sakit jantung?" gumam Aileen dalam hati.

Beberapa kali Aileen menelan ludah, menarik napas agar perasaan semakin tenang. Sadar telah menjadi pusat perhatian, segera Hexa membantu Aileen untuk berdiri kembali. Ia pun melepaskan tangannya dari pinggang Aileen.

"Maaf, aku tidak sengaja," ujar Hexa.

"Aku yang salah. Terima kasih telah menolong diriku."

Hexa membalas dengan senyuman, "Iya, tidak masalah."

Senyumannya itu mampu mengalihkan perhatian siapa saja yang melihatnya. Begitupun dengan Aileen yang berada dekat dengannya. Hexa pergi, dan Aileen meletakkan telapak tangannya tepat di dada. Merasakan deguban jantung yang tidak berhenti sejak melihat senyuman maut dari Hexa. Pria itu terlihat tampan dan perkasa, bahkan pelukannya tadi masih terasa sekali di tubuh Aileen.

**

Malam tiba.

Aileen telah siap dengan pakaian terbaiknya. Ia akan datang menghadiri acara besar sebagai seorang puteri dari pemimpin distrik. Jelena pun telah siap dan mereka menunggu Hector yang masih berada di kamar. Sedangkan Hexa, memakai pakaian yang diberikan oleh Aileen. Pakaian yang sama persis dengan yang mereka pakai. Bukan pakaian yang dipakai oleh Hexa ketika ia ditemukan.

"Ibu, Ayah di mana?" tanya Aileen yang sudah tidak sabar.

"Masih bersiap. Kalian pergi dulu saja, biar nanti Ayah dan Ibu menyusul."

Aileen mengangguk.

Ia pergi bersama dengan Hexa. Suasana sekitar rumah terlihat ramai oleh para penduduk yang berjalan untuk mengikuti acara ini. Jarak antara rumah dan lapangan bisa dibilang cukup jauh, maka dari itu mereka harus menempuh perjalanan dengan berjalan kaki. Bisa saja Aileen langsung melesat agar cepat sampai, tapi jika ia melakukan hal itu maka akan menimbulkan pertanyaan besar di benak Hexa.

Aileen tidak ingin itu terjadi. Rupanya cuaca malam ini sedang bersahabat. Bulan bersinar terang, dan juga ada bintang di sekelilingnya. Aileen menengadahkan kepalanya, mengagumi apa yang telah ia lihat. Langkah kaki Aileen terhenti, menyebabkan Hexa juga ikut berhenti.

"Ada apa?" Hexa kebingungan.

"Lihat itu." Aileen menunjuk ke arah langit.

Terpaksa Hexa harus menengadahkan kepalanya juga, "Memangnya ada yang salah dengan langit itu?"

"Tidak. Tapi, coba perhatikan. Bulan itu sangat indah sekali, apalagi ada bintang di sekelilingnya. Sungguh cantik dan mempersona." Aileen mengatakan itu sambil menutup kedua matanya agar dapat merasakan semilir angin malam.

"Iya, kau benar. Cantik dan mempersona, seperti dirimu."

Seketika Aileen menoleh. Ia gagal fokus dengan jawaban dari Hexa. Sementara matanya mengarah pada Hexa, tetapi pria itu masih pada posisi yang sama. Aileen menggaruk kepalanya sambil memasang telinga lebar-lebar. Agar tidak terjadi kesalahan dalam menangkap sebuah jawaban.

"Apa maksud kamu?" tanya Aileen penasaran.

Hexa menurunkan kepalanya dan melirik ke arah Aileen, "Tidak. Mari, kita lanjutkan perjalanan. Kalau berlama-lama di sini, nanti terlambat."

Hexa berjalan lebih dulu, menyisakan tanda tanya besar di benak Aileen dan juga pikirannya. Tetapi, lambat laut Aileen tersenyum. Sudah jelas kalau Hexa telah memuji dirinya. Kemudian Aileen berlari dan mengimbangi langkah kaki Hexa. Hingga akhirnya, mereka sampai di lapangan.

Seluruh penduduk telah berkumpul. Di tengah-tengah lapangan, terdapat hidangan berupa daging rusa yang tadi siang didapatkan oleh Hexa. Semua sedang menunggu kedatangan Hector sebagai pemimpin mereka. Aileen dan Hexa selalu berdua, bahkan saat ini mereka juga berdiri berdua dan ikut menunggu seperti yang lainnya.

Licha yang mengetahui keberadaan Aileen, segera datang menghampirinya. Dari kejauhan, Damian mengepalkan tangannya sempurna. Selain itu, terlihat kerlingan mata pada diri Damian. Ia geram melihat kedekatan antara Aileen dengan pria asing itu.

"Hem, lihat saja kau!" ujar Damian pelan.

Saat ini kedua bola matanya telah berubah warna, dan juga taring yang memanjang. Damian tidak dapat mengontrol emosinya tatkala melihat calon istrinya sedang dekat dengan pria lain. Tetapi, Baron menepuk pundak Damian. Berusaha untuk menenangkan temannya itu.

"Jangan tunjukkan kebodohan di sini. Atau kau akan menjadi sasaran para manusia serigala yang ada di sini," bisik Baron.

"Aku tidak akan membiarkan pria asing itu merebut kekasihku." Suara Damian terdengar berat dan penuh penekanan.

"Aku tahu itu. Tapi, jika kau menyerangnya sekarang. Maka kau akan terlihat buruk di mata Tuan Hector."

Mendengar ucapan Baron, membuat emosi Damian sedikit mereda. Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya secara perlahan. Beberapa saat kemudian, terlihat Hector yang datang bersama dengan istrinya. Melihat kedatangan sang pemimpin, semua orang yang ada di sana membungkukkan tubuh masing-masing.

Perlahan Hector berjalan pada tempat yang telah disediakan. Ditemani oleh Jelena yang setia berada di sampingnya. Suasana menjadi hening, dan hanya terdengar suara hembusan angin malam saja. Hector mengelilingi sekitar, memperhatikan warganya yang telah berkumpul itu. Ia pun mulai memberikan sambutan demi sambutan.

Semua diam, tanpa ada yang berbicara sedikit pun. Kalau ada yang mengeluarkan suara bising, maka Hector akan marah dan akan mendapatkan hukuman. Sebab, segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Hector maka itu menjadi keputusan terakhir. Mau tidak mau, mereka harus menuruti segala perintah yang diberikan oleh pemimpin.