webnovel

Ulang Tahun Finland

Ketika Finland bangun keesokan harinya, jam sudah menunjukkan pukul 10.

"Selamat pagi, Tuan Putri." Caspar duduk di sofa di samping tempat tidur sambil memandangi Finland sedari tadi.

Finland melihat jam tangannya dan terhenyak kaget, "Astaga.. jam 10! Kenapa tidak membangunkan aku?"

Caspar tertawa kecil. "Hari ini adalah hari ulang tahunmu dan kita tidak punya jadwal khusus. Tugasmu hari ini hanyalah beristirahat dan menikmati dimanjakan."

Ia menahan Finland yang hendak bangkit dari tempat tidur.

"Psshhh.. tetap di situ, Sayang. Aku akan membawakan sarapan untukmu."

Caspar segera menghilang dan kembali 5 menit kemudian dengan membawakan nampan berisi sarapan. Wajahnya tampak sumringah. "Breakfast in bed for the birthday girl - my beautiful wife!"

Finland hanya melihat di film-film romantis adegan sarapan di tempat tidur seperti ini dan sebelumnya ia tak pernah bermimpi akan mengalaminya sendiri.

Ia terharu karena Caspar sungguh memanjakannya.

"Ini... ini romantis sekali..." bisiknya tersipu-sipu.

"Aku senang kau menyukainya."

Caspar memanjakan Finland dan tidak membiarkannya mengerjakan apa pun seharian itu, semua ia yang tangani. Setelah sarapan dan bersiap-siap, ia mengajak Finland untuk keluar dan berjalan-jalan di sekitar hotel, menikmati suasana khas Paris yang syahdu.

Finland sangat kagum melihat begitu banyak bangunan tua dan monumen kuno yang bertebaran di kota itu. Waktu seakan berhenti baginya saat ia menikmati pukauan kota cantik yang terkenal di seluruh dunia sebagai kota cinta itu.

[Selamat ulang tahun, Finland. Semoga kau selalu berbahagia.] Datang SMS dari Jean saat mereka sedang duduk menikmati crepes di Trocadero.

Finland tahu seminggu terakhir ini Jean sibuk sekali dengan fashion week tetapi ia masih sempat bertukar kabar dengan Finland. Hanya saja Finland belum sempat memberi tahu Jean bahwa ia sebenarnya sekarang sudah tiba di Paris.

[Terima kasih. Aku tak sabar bertemu denganmu besok untuk mendapatkan hadiah ulang tahun darimu...hahaha.] Ia membalas pesan Jean dengan nada bercanda.

[Tenang saja, aku sudah siapkan kok. Ngomong-ngomong suamimu kasih hadiah apa?]

Finland menoleh ke samping dan ia seketika ingat Caspar belum memberinya hadiah ulang tahun.

Ia mengerucutkan bibir dan merenung apakah ia harus meminta hadiah juga? Ataukah perjalanan mereka ke Paris, menginap di penthouse cantik, dan makan malam dengan chef pribadi atau sarapan di tempat tidur tadi bisa dianggap sebagai hadiah ulang tahun?

"SMS dari siapa?" tanya Caspar.

"Jean. Mengucapkan selamat ulang tahun. Aku barusan minta hadiah..." kata Finland. Ia mempelajari wajah Caspar dan berusaha menilai ekspresinya. Apakah ini akan membuat Caspar sadar bahwa ia belum memberikan hadiah ulang tahun?

"Oh..." Caspar tidak meneruskan pertanyaannya, dan Finland menjadi yakin bahwa inilah hadiah ulang tahun Caspar untuknya.

Semua keajaiban yang sedang dinikmatinya di kota Paris ini adalah hadiah ulang tahun yang mengagumkan, dan ia merasa berterima kasih. Caspar tidak perlu memberinya barang lagi sebagai hadiah tambahan.

"Aku masih punya hadiah ulang tahun untukmu."

"Eh?"

Di saat Finland sudah tidak memikirkan tentang hadiah, tiba-tiba saja Caspar bicara, membuat gadis itu kaget.

"Aku akan memberikannya setelah makan malam." Ia menunjuk ke arah Menara Eiffel, "Aku sudah memesan restoran di atas itu untuk kita."

Oh.. ternyata kejutan di hari ulang tahunnya belum usai...!

Caspar tak pernah berhenti membuatnya terkesan.

Restoran di atas Menara Eiffel malam itu ditutup untuk umum. Pengalaman makan di sini terasa jauh lebih berkesan bagi Finland daripada waktu di Singapore Flyer. Selain karena Paris lebih romantis dari Singapura, malam ini mereka juga merayakan ulang tahun Finland. Finland tidak tahu kapan ia pernah merasa sebahagia ini....

Mereka berdua makan di ketinggian dengan menikmati pemandangan kota Paris yang cantik dan membuat Finland berkali-kali menahan napas saking kagumnya.

"Ini luar biasa... Ini indah sekali..." bisiknya.

Caspar belum pernah melihat ekspresi kebahagiaan sedemikian besar di wajah istrinya. Ia tidak tahan untuk tidak mengambil foto. Dengan ponselnya ia lalu mengambil beberapa foto Finland dengan latar belakang kota Paris di bawah mereka. Gadis itu tampak seperti malaikat dengan wajah bahagianya yang polos, membuat Caspar tambah tergila-gila kepadanya.

"Sayang... aku punya hadiah ulang tahun untukmu..."

Ia akhirnya menaruh ponselnya dan mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya, dan menyerahkannya kepada Finland.

"A... apa ini?"

Finland membuka kotak itu dan menemukan sebuah cincin bertatahkan permata berwarna biru cemerlang yang segera mengingatkannya akan warna mata Caspar.

"Itu cincin ibuku." Caspar menjelaskan sambil membantu memasangkannya ke jari Finland. Gadis itu masih memakai cincin pertunangannya yang memiliki berlian berwarna pink di jari manis tangan kirinya. Kini kedua tangan gadis itu masing-masing memiliki cincin berlian berwarna berbeda yang sangat indah. "Aku sudah menyimpan cincin ibuku selama puluhan tahun, dan kalau aku merindukannya, aku akan melihat cincin itu. Selama beberapa bulan belakangan ini, sejak aku bersamamu... aku tidak lagi sedih seperti dulu saat aku mengingat ibuku. Karena itu, aku ingin kau memilikinya. Bagiku, sekarang, denganmu di sisiku, aku akhirnya dapat merelakan kepergian orang tuaku...."

Finland terpaku mendengar ucapan Caspar. Ia tahu betapa suaminya itu sangat menyayangi kedua orang tuanya dan selama puluhan tahun sejak kematian mereka ia masih memendam kesedihan.

Ia tak menyangka, hari ini, Caspar akhirnya merelakan mereka dan memberikan cincin ibunya kepada Finland sebagai simbol bahwa ia ingin memulai hidup baru yang bahagia bersamanya, tanpa lagi dinaungi kesedihan akibat kematian orang tuanya.

Finland meneteskan air mata dan mengangguk pelan. "Terima kasih. Aku terharu mendengarnya. Ini adalah hadiah ulang terbaik yang pernah aku terima. Terima kasih...."

Caspar menggenggam tangannya dan menggeleng, "Aku yang berterima kasih, Sayang. Kau mau berbagi hidup denganku dan sekarang aku merasa hidupku sudah lengkap. Aku belum pernah benar-benar bahagia sejak ayah dan ibuku meninggal. Sejak bersamamu, aku kembali bisa menikmati hidupku yang panjang dengan hati yang gembira. Aku berjanji akan menjadi suami terbaik bagimu dan ayah terbaik bagi anak-anak kita."

Finland bangkit dan mencium Caspar dengan perasaan haru. Suaminya membalas dengan hati yang juga dipenuhi perasaan haru dan bahagia. Keduanya berpagutan cukup lama dan intens dan saat suasana mulai memanas mereka segera mendesah kecewa karena menyadari mereka sedang berada di Menara Eiffel.

"Uff... seharusnya tadi makan malam di penthouse saja...." keluh Caspar. Ia harus menahan diri dan melepaskan pelukannya dari Finland. "Mau pulang sekarang?"

Finland mengangguk tanpa suara. Keduanya buru-buru menghabiskan wine-nya dan bergerak pulang ke penthouse untuk melanjutkan malam mereka yang tertunda barusan.

Next chapter