webnovel

Pertemuan dengan Jean

"Sedang apa di sini?" Finland sangat senang melihat Jean tetapi ia juga kaget karena tidak menyangka akan bertemu sahabatnya di pesta Aldebar. Bukankah semua tamu undangan adalah orang dari kaum Alchemist?

"Aku membantu Billie untuk pertunjukannya di sini. Manajernya tiba-tiba masuk rumah sakit dan ia perlu didampingi. Aku baru mau pamer kepadamu kalau aku membantu konser Billie, ternyata kau malah ada di acara yang sama," kata Jean dengan antusias. "Aku tidak tahu kalau pesta ini diadakan adiknya Caspar."

"Oh... iya, aku juga baru tahu kalau ia mengundang Billie Yves. Kalau tahu begitu aku sudah siapkan CD dan minta tanda tangan..." kata Finland.

Jean tersenyum lebar dan mengeluarkan sebuah CD dari dalam tas kulit yang disandangnya, "Aku sudah memintakan untukmu."

"Wahhh... terima kasih, Jean!" seru Finland dengan gembira dan memeluk Jean.

Tiba-tiba terdengar suara mendeham agak keras dari belakangnya dan Finland segera melepaskan pelukannya dari Jean dan menoleh ke arah asal suara.

Suaminya sedang berdiri di belakangnya dan kini pura-pura batuk.

"Oh... Caspar, kau tidak akan menduga bahwa Jean datang ke acara ini. Ia membantu Billie karena manajernya sedang sakit."

Gawat. Finland berharap Caspar tidak akan menyebut-nyebut tentang pernikahan mereka, karena ia belum memberi tahu Jean. Jean tidak boleh tahu dengan cara seperti ini!

"Oh ya?" tanya Caspar kemudian. Ia dengan cepat memahami ekspresi Finland dan mengubah sikapnya yang agak ketus, "Aku tidak tahu kau akan datang. Kalau tahu kami akan menyambut."

Jean mengangkat bahu, "Tidak apa-apa, semuanya serba last minute. Seharusnya aku tahun baruan di Paris, tetapi tadi malam manajer Billie meneleponku. Aku hanya membantu."

Untuk sesaat suasana menjadi agak canggung. Akhirnya Finland yang memutuskan untuk memegang tangan kedua laki-laki itu dan mengajak mereka masuk, Jean di kiri dan Caspar di kanannya.

Ia harus segera mengambilkan wine agar suasana menjadi cair, pikirnya.

Finland menghentikan pelayan pertama yang lewat dengan nampan berisi minuman dan ia buru-buru mengambilkan masing-masing segelas red wine.

Caspar mengambil segelas martini pula sehingga kini ia memegang dua minuman. Jean tidak mau kalah mengambil scotch on the rock dan keduanya saling tatap dengan dua gelas di tangan.

"Cheers untuk....?" Finland menatap keduanya bergantian. Ia kehilangan kata-kata. Jangan sampai Caspar menyebut-nyebut pernikahan.

"Tahun yang baru," kata Jean sambil tersenyum.

"Untuk hidup baru," balas Caspar.

"Uhm.. oke. Untuk semua hal baik dalam hidup kita." kata Finland cepat-cepat sambil mendentingkan gelasnya ke gelas kedua pria itu.

Mereka menghabiskan wine masing-masing dalam satu kali minum.

"Ini kastil keluarga Schneider?" tanya Jean kemudian. "Aku tidak tahu bahwa tuan rumah adalah adikmu."

"Banyak hal yang tidak kau ketahui tentangku." jawab Caspar agak dingin. Ia kemudian tersenyum misterius. "Bahkan ada hal-hal yang kalau sampai kau tahu, aku harus membunuhmu."

"Caspar!" desis Finland sambil mendelik. Ia tak tahu mengapa Caspar bertingkah cemburuan seperti ini. Ia sudah pernah bertemu Jean dan ia tahu Finland dan Jean bersahabat sudah sejak lama.

"Aku hanya bercanda, Pasti Jean tahu itu," kata Caspar sambil mengangkat bahu. Ia menghabiskan martininya.

Jean memandangnya dengan pandangan datar lalu mengangguk, "Yah... tentu saja."

Ia pun menghabiskan scotch-nya. Jean yang menyadari ketidaksukaan Caspar atas kehadirannya lalu segera mencium pipi Finland dan minta diri.

"Aku sedang bekerja. Malam ini aku mewakili manajer Billie, jadi sebaiknya aku kembali ke sisi panggung. Kau nikmati konsernya ya, nanti kalau Billie sudah selesai tampil kau langsung saja ke belakang panggung, aku akan memperkenalkanmu kepada Billie."

Finland hanya bisa mengangguk dan melihat punggung Jean yang menjauh dengan mata sedih. Ia sangat suka BIllie Yves dan seharusnya ia bisa menikmati konser pertamanya dengan gembira. Tetapi suasana malam ini terasa agak kikuk.

"Aku tidak tahu kau suka Billie Yves," kata Caspar. "Aku punya saham di label yang menaunginya. Aku bisa mengundangnya tampil hanya untukmu."

Finland menatap Caspar dengan pandangan mata yang terlihat lelah. Bagi Caspar segala sesuatunya terlihat sangat mudah dan bisa diselesaikan dengan uang.

"Aku hanya ingin nonton konsernya seperti orang-orang normal," keluh Finland. "Aku tidak pernah bilang aku suka Billie Yves karena kau tidak pernah tanya."

"Aku tahu banyak tentangmu... tapi kau tidak pernah bilang bahwa kau suka Billie." Caspar ingat sebelum Finland melarangnya menggunakan akses istimewanya untuk mencari informasi tentang dirinya, Caspar telah membaca sangat banyak info tentang gadis itu termasuk nama ibu kandungnya, kelinci yang pernah dipeliharanya, bahkan jumlah uang yang ada di rekeningnya. Sejak Finland melarang, ia tidak pernah lagi mencari tahu...

Ia menepuk keningnya karena selama ini ia juga tidak bertanya. Ia terlalu terbiasa mendapatkan informasi dengan mudah tanpa harus berusaha.

"Maafkan aku," Caspar menatap Finland dengan pandangan seperti anak anjing yang dimarahi, yang biasanya berhasil membuat hati Finland luluh. Tetapi kali ini aksinya tidak terlalu efektif. Finland masih tampak cemberut. "Maafkan aku karena tidak bertanya. Kita memang baru kenal selama enam bulan. Aku punya waktu seumur hidup untuk mencari tahu dan mengenalmu lebih dekat, jadi aku tidak merasa perlu untuk terburu-buru..."

Finland membuka ponselnya dan menunjukkan playlist musik di dalamnya. Caspar melihat sangat banyak lagu Billie Yves di sana dan beberapa musisi lainnya. Dengan cepat ia menyimpan gambar mental dalam ingatannya agar ia tidak lupa.

"Baiklah, Billie Yves, Richard Waterston, lalu ada The Hue." Ia mengangguk-angguk. Caspar lalu balik bertanya, "Kau sendiri... apakah kau tahu musisi favoritku?"

Finland mengangguk.

"Kau tidak punya musisi favorit. Tapi kau menyukai segala musik klasik."

Caspar tampak malu karena Finland benar. Istrinya mengetahui preferensi musiknya, tetapi ia tidak mengenal preferensi musik istrinya. Ia berjanji dalam hati untuk lebih memperhatikan dan lebih banyak bertanya.

Finland mendesah, "Kau terbiasa mendapatkan sesuatu dengan gampang."

"Apakah itu salah?" tanya Caspar. "Aku memang terbiasa hidup seperti ini. Kalau kau tidak mau konser pribadi Billie Yves, aku bisa membawamu menonton konsernya seperti orang normal."

"Tidak ada yang salah," kata Finland menggeleng, "Kita hanya terbiasa hidup dengan cara berbeda. Aku tidak tahu kapan aku akan dapat terbiasa dengan gaya hidupmu yang seperti ini."

Caspar menggenggam tangan Finland dan menunjuk ke arah panggung, "Kau mau nonton konser Billie Yves bersamaku sekarang? Seperti orang normal..."

Finland akhirnya tersenyum dan mengangguk. Mereka berjalan bergandengan ke depan panggung dan menikmati penampilan Billie sambil bertepuk tangan. Saat Billie menyanyikan sebuah lagu slow yang romantis, Caspar mendekap Finland dan menuntunnya untuk berdansa. Para tamu yang lain juga banyak yang mengikuti dan berdansa mengikuti musik yang menghanyutkan.

Jean yang berdiri di pinggir panggung dengan kamera di tangannya hanya dapat melihat kemesraan pasangan itu dengan pandangan mata yang dalam. Ia bahagia untuk Finland, tetapi sedih untuk dirinya sendiri.

Lagu demi lagu dilantunkan dan akhirnya Billie undur diri dari panggung. MC mempersilakan para tamu untuk terus menikmati makanan dan minuman sementara di atas panggung tampil kelompok drama musikal yang mementaskan versi singkat drama Broadway yang sangat terkenal. Finland tambah merasa kagum kepada Aldebar. Ia benar-benar pencinta seni kelas atas, terlihat dari pilihan suguhan pertunjukan yang dihadirkan dalam pestanya.

Finland melihat Jean melambai kepadanya dari sisi panggung, di sebelahnya ada Billie yang ikut melambai. Hatinya berdesir karena tidak menyangka penyanyi idolanya melambai kepadanya. Billie kemudian pergi ke belakang panggung dan Jean memberi tanda kepada Finland untuk mengikutinya.

Finland baru saja melepaskan diri dari dekapan Caspar dan ingin melangkah ke belakang panggung, ketika beberapa orang datang menghampiri mereka dan mengucapkan selamat.

"Selamat ya, Paman atas pernikahannya. Kami berharap segera punya sepupu." Kelima orang yang mendatangi mereka adalah Jadeith dan saudara-saudaranya dan pasangan mereka.

"Aku Alexandrite," kata seorang laki-laki muda berambut cokelat dan bermata hijau cemerlang dan mirip sekali dengan Louis, menyalami Finland. "Aku anak pertama. Ini istriku Olena."

"Dan aku Garnet, ini istriku Maura," kata pemuda yang berambut cokelat dan bermata cokelat dan mirip sekali dengan Jadeith, "Anak-anak kami ada di sini, nanti mereka akan datang juga dan menyapa setelah tamu-tamu lain pulang."

Jadeith tersenyum dan mengangguk, "Bibi sudah mengenalku."

Finland akhirnya melihat ketiga anak Flora. Mereka tampak seusia dengan sang ibu. Ia tak dapat membayangkan jika nanti ia memiliki anak dan mereka tampak seusia dengan dirinya selamanya... Mereka akan terlihat seperti teman saja.

Entah apakah ia akan terbiasa dengan semua ketidaknormalan ini....

Mereka bercakap-cakap sebentar, tetapi kemudian semakin banyak orang yang mendatangi Finland dan Caspar. Caspar adalah pemimpin klan Alchemist dan semua ingin bicara dengannya dan mengucapkan selamat. Jean yang melihat Finland tidak datang-datang menjadi kuatir. Billie akan segera pulang dan ia tak ingin Finland melewatkan kesempatan untuk bertemu langsung dengan idolanya itu.

Akhirnya ia yang mendatangi Finland.

Tepat saat Jean mendekat, Katia, Alexei dan Sophia mendatangi Finland dan Caspar.

"Selamat ya, Finland dan Caspar atas pernikahan kalian." Katia mencoba memaksakan senyum. "Aku tidak menyangka akan secepat ini..."

"Terima kasih," jawab Caspar. Ia menatap Katia dengan pandangan agak menyesal. "Maafkan aku."

"Apa yang harus dimaafkan? Hati tidak bisa bohong. Kau tidak yakin setelah 50 tahun bersamaku, dan dalam waktu hanya enam bulan... kau yakin dengannya. Pasti ada sesuatu yang benar dengan Finland dan salah denganku." Katia menggeleng-geleng, "Tidak usah minta maaf."

"Katia? Kau di sini juga?"

Suara Jean yang bernada kaget membuat Finland terkejut. Katia juga menoleh ke arah asal suara dan saat menemukan Jean ia membekap mulutnya sendiri karena kelepasan bicara.

Apa yang sudah didengar Jean? Apakah ia mendengar semuanya?

Next chapter