L terlihat berperang dengan dirinya sendiri. Wajahnya menampakkan beragam ekpresi yang campur aduk, antara marah, sedih, dan putus asa. London mulai tidak tega melihatnya. Ia selalu lemah terhadap air mata L. Bagaimanapun menyebalkannya gadis itu, ia mencintainya.
"Kau kenapa?" tanya London lagi.
L menatapnya agak lama sebelum kemudian menggeleng pelan, mengusap air matanya, dan tahu-tahu mematikan sambungan Virconnect.
Seketika hanya ada London dan Finland di perpustakaan megah itu. Keduanya saling pandang kebingungan.
"Dia marah..." gumam London kepada dirinya sendiri. Seharusnya dia tahu L pasti akan bereaksi ekstrem. Gadis itu bukan orang yang bisa dipermainkan begitu saja.
"Menurutmu dia cemburu?" tanya Finland kepada anaknya. London tidak menjawab. Ia tidak tahu pasti.
Sementara itu, satu persatu anggota keluarga mereka masuk ke dalam perpustakaan dan mengerumuni London.
"Wah... apa yang terjadi?" tanya Caspar keheranan.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com