webnovel

Teror Masa Lalu

Pernikahan di masa lalu membuat Alma mengalami trauma berat. Karena laki-laki yang sangat ia cintai dan sayangi tega meninggalkan dirinya pada saat dalam keadaan hamil besar. Arfha memaksa Alma pulang ke rumah kedua orangtuanya, dengan alasan ia harus menyelesaikan dinasnya di negaranya sendiri yaitu Amerika serikat. Dan pada saat itu Arfha berjanji, setelah semua urusannya selesai, ia akan kembali dan membawa Alma untuk hidup bersama lagi bersama buah hatinya. Namun semua yang di janjikan oleh Arfha hanya omong kosong belaka. Ia sama sekali tidak pernah datang menemui Alma hingga saat ini. Bahkan sampai usia Putrinya menginjak 19 tahun. Dari sanalah timbul rasa benci yang amat mendalam terhadap Arfha. Alma menyimpan dendam dalam diam. Bahkan ia berjanji sama dirinya sendiri untuk tidak memberitahu putrinya yang bernama Aletta tentang siapa ayahnya yang sebenarnya. Karena Alma sudah menganggap Arfha mati. Apa yang sebenarnya terjadi sama Arfha?" Dan bagaimana kisah hidup Alma selanjutnya bersama buah hatinya Aletta?" Akankah takdir akan mempertemukan mereka kembali di waktu yang tepat? ........................................................................... Temukan jawabannya dengan mengikuti setiap bab di novel ini. Kalau kalian suka, jangan lupa dukung novel ini dengan memberi Power Stone sebanyak-banyaknya. Dan tulis pendapat kalian di kolom review dan kolom komentar agar saya bisa memperbaiki yang salah. Satu Power Stone dan komentar atau review daru kalian adalah penyemangat saya untuk menulis. Happy Reading!

Linayanti · Urban
Not enough ratings
50 Chs

Menyebarkan fitnah

"Kalau begitu ibu permisi dulu ya. Kamu hati-hati kalau pulang"

"Baik ibu!"

Dengan segera Rudi menghidupkan motornya, ia kemudian menjalankannya dengan kecepatan tinggi. Ia juga ingin segera sampai rumah, karena ia belum sarapan.

Rumah Rudi.

Kebetulan Rudi tinggal disebuah BTN bersama istrinya yang bernama Meli. Mereka sudah mempunyai satu orang anak laki-laki yang bernama Riko, usia Riko sekarang baru masuk empat tahun berbeda dua tahun sama anak Alma.

Sesampainya di BTN Rudi menaruh motornya di halaman depan. Meskipun tempat tinggalnya tidak seluas rumah orang kaya, yang jelas Rudi mampu menjadi suami yang bertanggung jawab untuk istri dan anaknya. Ia tidak pernah membiarkan Meli bekerja, ia bahkan tidak mau melihat Meli kecapean.

Meli yang baru saja selesai masak, kebetulan hari ini ia masak kesukaan Rudi yaitu opor ayam. Ia menyajikan makanan itu di atas meja makan.

"Ibu ayah sudah pulang" Ucap Riko, ia pergi ke dapur untuk memberitahu Meli.

"Sykurlah! Sekarang kamu panggil ayah dan suruh ke ruang makan" Ucap Meli kepada Riko.

"Baik ibu" Riko kemudian pergi menemui Rudi, ia memberitahu ayahnya sesuai pesan ibunya tadi. Dengan segera Rudi pergi ke ruang makanan, kebetulan sekali ia sangat lapar.

"Kamu masak apa hari ini?" Tanya Rudi.

"Cobak kamu tebak?" Jawab istrinya Meli sambil tersenyum manis.

Rudi kemudian membuka tudung saji dan ia melihat makanan kerusakannya "Wah kamu masak kesukaan saya. Terimakasih banyak ya, akhirnya aku bisa makan dengan lahap hari ini" Rudi terlihat sangat bersyukur sekali karena istrinya sangat pengertian.

"Sama-sama sayang. Kalau begitu mari kita makan"

Mereka sekeluarga kemudian makan, Rudi dengan rakus memasukkan opor ayam ke dalam mulutnya. Ia sangat menikmati masakan istrinya. Beberapa menit kemudian mereka selesai makan, Rudi ingin istirahat sejenak karena ia merasa kenyang banget.

"Aku duduk di sofa dulu ya sambil mencari angin segar" Ucap Rudi.

"Ya sayang" Jawab istrinya.

"Ayah aku ikut" Ucap Riko.

"Mari sayang" Rudi kemudian meraih tangan Riko dan berjalan menuju sofa. Sedangkan Meli membersihkan ruang makan, ia juga mencuci piring dan beberapa peralatan dapur lainnya.

Setelah selesai Meli pergi menemui suaminya, ia melihat Rudi dan Riko tidur dengan lelap. Meli merasa bahagia sekali, meskipun suaminya tidak ganteng dan memiliki banyak kekurangan. Tetapi Rudi memiliki sikap yang sangat baik kepada perempuan. Selama dirinya menikah, ia tidak pernah menolak apapun keinginan Meli. Rudi selalu berusaha untuk mengabulkan apapun keinginan Meli. Itu yang membuat Meli semakin jatuh cinta.

"Tok...tok...tok" Terdengar suara ketukan pintu dari luar. Karena penasaran Meli pergi ke pintu depan untuk melihat siapa yang datang bertamu.

"Tek!" Suara pintu terbuka.

"Meli kebetulan sekali Kamu ada di rumah" Ucap Jeng Sindi, kebetulan sekali hari ini jeng Sindi sendirian. Ia tidak bersama sahabatnya Neni.

Meli merasa heran kenapa Jeng Sindi tiba-tiba ada di dirumahnya "Ya jeng, saya memang selalu ada dirumah" Jawab Meli.

"Kamu sama siapa di rumah?" Tanya jeng Sindi sambil Melihat ke dalam.

"Saya sama anak dan suami saya" Jawab Meli. Perasaan Meli tidak enak, ia sudah tidak nyaman melihat jeng Sindi.

"Bisa bahaya kalau ada Suami kamu. Padahal saya datang kesini untuk memberitahu sesuatu"

"Tentang apa jeng?" Tanya meli penasaran.

"Sebaiknya kita tidak usah berbicara disini, kita sebaiknya di halaman belakang saja" Jawab Jeng Sindi, ia merasa tidak nyaman jika harus bercerita didekat suami Meli.

"Kelihatannya penting sekali jeng" Lanjut Meli.

"Ini sangat penting sekali. Ini demi keutuhan rumah tangga kamu"

"Ya sudah kalau begitu, kita ke halaman belakang saja"

Jeng Sindi dan meli kemudian pergi ke halaman belakang. Mereka berdua duduk di bawah pohon jambu. Meli yang sangat penasaran tentang berita apa yang akan di sampaikan oleh jeng Sindi.

"Sini saya beritahu kamu sesuatu" Bisik jeng Sindi.

Meli mendekatkan telinganya "Tadi saya tidak sengaja melihat Rudi membonceng Tante Yulia, ibunya Alma. Kelihatannya Tante Yulia itu mencari kesempatan" Bisik jeng Sindi. Ia berharap Meli murka dan marah-marah sama Tante Yulia. Ia sengaja mengadu domba Meli dan Yulia karena ia ingin sekali membuat Yulia itu malu.

Meli tidak langsung percaya, ia bahkan menganggap itu hal biasa karena suaminya Rudi memang suka sekali menolong orang. Apalagi Tante Yulia, jadi Meli tidak mau terlalu ambil pusing.

Meli bukannya terlihat marah, ia justru terlihat Santai dan tersenyum "Bagus dong kalau suami saya menolong Tante Yulia" Sambung Meli.

"Bagus apanya coba? Kamu tahu tidak kisah Alma putrinya Tante Yulia itu. Sekarang dia itu sudah berpisah sama suaminya. Bahkan suaminya tidak pernah memberi kabar sampai sekarang ini. Kamu hati-hati jangan sampai Tante Yulia mencari kesempatan untuk membuat Rudi kembali jatuh cinta lagi kepada Alma" Jeng Sindi semakin menjadi-jadi, ia bahkan tidak segan-segan membuat gosip panas.

"Masak sih? Tetapi setahu saya Tante Yulia itu orangnya sangat baik dan lembut. Saya rasa tidak mungkin melakukan hal serendah itu"

"Kamu jangan salah! Kamu hanya melihat dari luarnya saja tanpa kamu berpikir bagaimana sifatnya yang sebenarnya. Dia itu perempuan yang sangat berbahaya, kelihatannya saja dia baik dan lembut" Sindi selalu menjelek-jelekkan Yulia didepan Meli. Ia berbicara sambil memainkan bibirnya.

"Jeng Sindi tenang saja. Karena saya sangat percaya sama suami saya. Jadi jeng Sindi tidak perlu kahwatir" Ucap Meli.

"Ya sudahlah! Yang penting saya sudah berbaik hati memberitahu kamu. Terserah kamu saja, mau percaya atau tidak. Yang jelas kamu akan menyesal jika tidak percaya sama apa yang saya bicarakan tadi"

"Ya jeng! Oh ya saya buatkan minum dulu" Meli baru ingat untuk membuatkan minum.

"Tidak usah! Karena saya harus segera pulang"

"Kenapa cepat sekali?"

"Karena urusan saya sama kamu sudah selesai. Jadi untuk apa saya lama-lama disini"

"Ya sudah kalau begitu, saya antar sampai depan gerbang ya jeng"

"Tidak usah, saya bisa sendiri"

Jeng Sindi pergi meninggalkan rumah Meli, hari ini ia merasa sangat kesal sekali. Karena rencananya tidak berhasil. Ia bahkan kesal sama Meli yang sok bijak. Jeng Sindi merasa waktunya sudah terbuang sia-sia.

"Percuma saja saya datang jauh-jauh tetapi tidak ada hasil. Arghhh ... Mana cuacanya hari ini panas banget. Aku bahkan tidak sanggup jalan kaki ke rumah" Jeng Sindi mengeluh, karena ia tidak ada motor untuk pulang. Ia datang ke BTN Meli menggunakan angkutan umum. Lumayan uang yang ia tabung untuk kebutuhan satu Minggu habis dalam sehari.

Ternyata meli dari tadi masih berdiri didepan gerbangnya. Ia melihat Jeng Sindi masih berdiri juga "Jeng Sindi kenapa?" Tanya meli.

Ia terkejut mendengar suara Meli, ia berpikir tidak ada orang "Saya tidak kenapa-kenapa" Jawab Jeng Sindi.