webnovel

Teror Masa Lalu

Pernikahan di masa lalu membuat Alma mengalami trauma berat. Karena laki-laki yang sangat ia cintai dan sayangi tega meninggalkan dirinya pada saat dalam keadaan hamil besar. Arfha memaksa Alma pulang ke rumah kedua orangtuanya, dengan alasan ia harus menyelesaikan dinasnya di negaranya sendiri yaitu Amerika serikat. Dan pada saat itu Arfha berjanji, setelah semua urusannya selesai, ia akan kembali dan membawa Alma untuk hidup bersama lagi bersama buah hatinya. Namun semua yang di janjikan oleh Arfha hanya omong kosong belaka. Ia sama sekali tidak pernah datang menemui Alma hingga saat ini. Bahkan sampai usia Putrinya menginjak 19 tahun. Dari sanalah timbul rasa benci yang amat mendalam terhadap Arfha. Alma menyimpan dendam dalam diam. Bahkan ia berjanji sama dirinya sendiri untuk tidak memberitahu putrinya yang bernama Aletta tentang siapa ayahnya yang sebenarnya. Karena Alma sudah menganggap Arfha mati. Apa yang sebenarnya terjadi sama Arfha?" Dan bagaimana kisah hidup Alma selanjutnya bersama buah hatinya Aletta?" Akankah takdir akan mempertemukan mereka kembali di waktu yang tepat? ........................................................................... Temukan jawabannya dengan mengikuti setiap bab di novel ini. Kalau kalian suka, jangan lupa dukung novel ini dengan memberi Power Stone sebanyak-banyaknya. Dan tulis pendapat kalian di kolom review dan kolom komentar agar saya bisa memperbaiki yang salah. Satu Power Stone dan komentar atau review daru kalian adalah penyemangat saya untuk menulis. Happy Reading!

Linayanti · Urban
Not enough ratings
50 Chs

Ketika aku bertemu kembali

Ternyata meli dari tadi masih berdiri didepan gerbangnya. Ia melihat Jeng Sindi masih berdiri juga "Jeng Sindi kenapa?" Tanya meli.

Ia terkejut mendengar suara Meli, ia berpikir tidak ada orang "Saya tidak kenapa-kenapa" Jawab Jeng Sindi, ia menjadi salah tingkah.

Meli mendekati jeng Sindi "Lalu kenapa masih berdiri di sini? Apakah Jeng Sindi menunggu jemputan?" Tanya Meli.

Jeng Sindi merasa malu sekali, ia bahkan ingin menyembunyikan wajahnya di saku bajunya karena ia tidak mempunyai teman pulang. Mau menunggu jemputan siapa? Ia hanya dekat sama Neni dan Neni juga tidak mempunyai kendaraan, jadi sangat mustahil sekali jika Neni datang menjemput dirinya.

"He... sebenarnya saya tidak ada jemputan" Jawab Jeng Sindi sambil senyum-senyum sendiri.

"Bagaimana kalau suami saya mengantar Jeng Sindi pulang" Meli memberikan tawaran.

"Tidak usah! Saya sebaiknya pulang menggunakan angkutan umum saja" Jeng Sindi menolak.

Meli menganggukkan wajahnya "Ya sudah kalau begitu, hati-hati dijalan jeng Sindi" Meli kemudian masuk ke dalam rumahnya.

"What? Kenapa dia meninggalkan saya? Kenapa dia tidak peka, kalau saya sebenarnya mau di antar pulang sama suaminya. Lumayan untuk pengiritan" Gumamnya sambil meremas-remas tangannya "Dasar kamu Meli ... Sok baik dan polos ternyata kamu itu sama saja dengan Yulia" Lanjutnya menggerutu. Ia kemudian menghentakkan kakinya dengan keras. Jeng Sindi berjalan menuju Jalan raya mencari angkutan umum.

Rumah Tuan Mario.

Keluarga Tuan Mario terlihat baik-baik saja sekarang. Seperti biasa Alma ingin pergi bekerja, meskipun ia belum mempunyai pekerjaan tetap. Ia akan mencari kerja sampingan yang penting ada kemasukan untuk setiap harinya.

Hari ini ia melihat keadaan Putrinya Aletta. Ia terlihat kurang sehat, badannya tiba-tiba panas. Alma khawatir banget, ia kemudian meminta izin untuk membawa Aletta pergi ke rumah sakit.

"Ibu sebaiknya saya pergi ke rumah sakit sekarang. Badan Aletta semakin panas" Ucap Alma.

"Tunggu Alma, ibu akan menemani kamu"

"Tidak usah ibu! Biar Alma pergi sendiri saja"

"Tapi ibu khawatir sama kamu dan Aletta"

"Percayalah sama Alma"

"Baiklah! Kamu hati-hati"

Ny Yulia kemudian membiarkan Alma pergi sendirian. Alma menggendong Aletta dengan erat. Ia tidak bisa melepaskan putrinya.

Ia juga bingung mau minta bantuan kepada siapa? Terpaksa Alma menunggu angkutan umum. Terik matahari semakin panas, angkutan umum tidak ada yang lewat. Alma semakin khawatir, ia menutup seluruh tubuh Aletta menggunakan jaket tebal miliknya untuk menghindari panas.

"Sabar sayang! Anak ibu harus kuat ya, kamu tidak boleh lemah" Ucap Alma sama Aletta.

Ia melihat ada satu angkutan umum berhenti didepannya, ternyata yang keluar dari dalamnya adalah Jeng Sindi. Di saat Alma mau naik, Jeng Sindi justru menghalangi langkah Alma.

"Eits mau kemana kamu? Kelihatannya kamu buru-buru sekali" Ucap Jeng Sindi sambil tersenyum licik.

"Tante saya mohon jangan halangi langkah saya" Ucap Alma.

Jeng Sindi tersenyum sambil menatap wajah Alma yang terlihat kusut, ia bahkan meminta supir angkutan umum itu berjalan. Ia benar-benar wanita tidak mempunyai perasaan "Ups... Sorry angkutannya sudah jauh jadi kamu tidak bisa naik" Ucapnya sambil memainkan kedua bola matanya.

Alma menghelai napas panjang, ia benar-benar tidak ada waktu untuk meladeni orang seperti Jeng Sindi. Yang ada didalam pikiran Alma saat ini adalah, bagaimana caranya untuk menyelamatkan putri kecilnya.

"Tante memang tidak mempunyai hati nurani" Ucap Alma.

"Memang ... Saya memang tidak mempunyai hati nurani. Kalau kamu mau marah silahkan marah sama saya. Pantas saja suami kamu lebih memilih berpisah sama kamu, Ternyata kamu bukanlah istri yang baik"

"Apa maksud Tante berbicara seperti itu?  Ini semua tidak ada hubungannya sama suami saya"

"Jelas ada! Buktinya kamu sekarang hidup sendiri dan membesarkan anak kamu sendirian. Kasihan sekali kamu Alma. Coba kamu lihat Rudi, sekarang dia sudah bahagia hidup bersama keluarganya. Dia juga sudah mempunyai rumah sendiri, mempunyai motor sendiri. Sedangkan kamu masih saja numpang di rumah orang tua kamu" Semakin di lawan, perkataan Jeng Sindi semakin menyakitkan.

"Percuma juga berbicara sama orang iri dengki seperti Tante"

"Apa kamu bilang?" Jeng Sindi murka mendengar perkataan Alma.

Sedangkan Alma langsung pergi begitu saja, Jika semakin di ladenin Jeng Sindi semakin menjadi-jadi seperti makhluk jadi-jadian. Alma berjalan dengan cepat, langkahnya benar-benar seperti kilat.

Di sepanjang perjalanan ia belum juga menemukan angkutan umum, mungkin karena ini sudah Siang makanya susah untuk mencarinya.

"Sebaiknya aku mengambil jalan pintas saja" Gumamnya sambil berdiri di pinggir jalan. Alma mau menyebrang jalan, ia melihat ke arah kiri dan ke arah Kanan. Setelah merasa aman, ia menyebrang dengan sangat hati-hati.

Tiba-tiba mobil dari arah timur melaju dengan kencang, pemilik mobil itu langsung berhenti mendadak, ia menghindari Alma. Sedangkan Alma langsung menunduk sambil memeluk Aletta. Ia terlihat sangat ketakutan sekali.

"Aaaaaaaaa" Alma berteriak histeris.

Pemilik mobil itu kemudian keluar dan menghampiri Alma "Nona apakah anda baik-baik saja?"

"Putriku Aletta! Apakah kamu baik-baik saja sayang?" Seketika Alma teringat sama Aletta, ia melihat keadaan tubuhnya masih utuh dan tidak ada luka sedikitpun. Alma merasa bersyukur sekali, ia dan putrinya selamat.

"Nona sebaiknya saya membawa anda untuk pergi ke rumah sakit" Ucap pemilik mobil itu.

Alma baru sadar kalau dia sedang di ajak berbicara. Alma terkejut oleh kehadiran Jack. Kedua bola matanya membesar, ini pertemuannya untuk yang ke empat kalinya tanpa di sengaja.

"Jack!" Tunjuk Alma.

"Alma!" Balas Jack sambil menunjuk ke arahnya.

"Arghhh ... Aku pikir kamu siapa? Kamu kenapa tiba-tiba ada disini?" Tanya Alma.

"Sebaiknya kamu masuk ke dalam mobil saja. Nanti aku ceritakan, karena sangat berbahaya jika kita berbicara di tengah jalan seperti ini"

"Mohon maaf Jack, aku tidak ada waktu karena aku harus segera pergi"

"Kamu mau kemana? Apakah Putri kamu sakit?"

Alma mengangguk, ia juga tidak ingin merepotkan Jack "Ya!"

"Ya sudah tunggu apalagi. Biar aku mengantar kamu ke rumah sakit"

"Tidak usah Jack, kamu itu sudah terlalu banyak membantu saya"

"Kamu jangan memikirkan hal itu, sebaiknya kamu dengarkan apa kata saya"

Alma kemudian mengikuti Jack, kali ini ia di antar ke rumah sakit oleh Jack. Mereka kemudian masuk ke dalam mobil "Putri kamu sakit apa?" Tanya Jack.

"Aku juga tidak tahu. Dari tadi malam dia tidak tidur dan tadi saya melihat suhu tubuhnya panas sekali" Jawab Alma.

"Semoga saja keadaan putri kamu baik-baik saja"

"Terimakasih banyak Jack"

"Aku minta maaf untuk yang tadi. Aku hampir saja membuat nyawa kamu dan nyawa putri kamu melayang"

"Lupakan saja Jack, mungkin kamu sedang tidak konsentrasi saja"

"Kamu benar sekali"