" Max! Ini adalah Maximilliano Malv Smith Jr! Dia adalah putra kita! Kamu nggak akan percaya, bukan? Aku hamil dan akan mengatakannya padamu saat ulang tahun perusahaanmu! Sesuai keinginanmu dulu, aku memberikan nama Malv ditengahnya! Dan aku berharap suatu hari kamu akan bisa mengenal dia!"
Kata Netta di sebuah video pendek sambil menggendong Malv. Dia membuka file demi file yang berisikan tentang perkembangan Malv. Tanpa terasa airmatanya menetes dipipinya melihat dua orang yang sangat berarti dalam hidupnya sedang bersama.
" Dia sangat mirip denganmu! Kalau makan telur bulet nggak mau yang kuningnya, tapi kalau telur mata sapi nggak mau yang putihnya!"
Sekali lagi Max tertawa melihat vidio Malv makan telur saat mereka jalan-jalan di taman. Saat Max sedang menikmati kebahagiaan kecil dalam vidio itu, datang seseorang memanggilnya.
" Max!" panggil orang itu. Max melihat ke arah orang tersebut. Bug! Sebuah pukulan mendarat di wajah tampan Max.
" Ken!" teriak Diana.
" What?" sahut Ken marah.
" Diaman Netta?" tanya Diana.
" Di dalam!" jawab Max yang mengerti kenapa Ken melakukan itu.
" Apa yang terjadi?" tanya Diana. Max tidak mungkin menceritakan semuanya dengan jelas.
" Hanya sedikit kecelakaan saja!" jawab Max, tiba-tiba matanya tertuju pada sosok kecil yang berdiri disamping Diana. Ya, Tuhan! Apa dia...! batin Max menerka-nerka. Wajahnya sangat mirip denganku! batin Max lagi. Tiba-tiba anak tersebut memberikan sebuah sapu tangan padanya. Max menerima sapu tangan tersebut dan mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya.
" Menjauh dari otang itu, Ma...Boy!" kata Ken. Malv menuruti Ken dan menjauhi Max. Max sangat membenci apa yang dilakukan Ken, tapi dia harus sadar jika Ken lah yang selama ini menjaga mereka berdua.
" Max!" panggil Erik.
" Bagaiman keadaannya?" tanya Max berlari mendekati Erik diikuti Diana dan Ken.
" Bisa kita bicara berdua?" tanya Erik.
" Kenapa berdua? Aku mantan suaminya!" kata Ken dan membuat Diana cemberut.
" Maksudku kami adalah keluarganya!" ralat Ken saat menyadari kesalahannya.
" Nyonya Netta tidak apa-apa, kami sudah memindahkan ke ruang VVIP!" kata Erik.
" Apa kita bisa kesana?" tanya Malv. Erik menatap Malv dengan wajah terkejut.
" Kamu..."
" Ayo kita bicara!" potong Max.
" Suster! Antar mereka ke ruang Nyonya Netta!" kata Erik pada seorang perawat yang keluar dari ruang IGD.
" Iya, Dok! Mari, silahkan!" kata perawat itu. Setelah mereka pergi, Erik berjalan menuju ke ruangannya dan diikuti oleh Max.
" Apa ada yang serius?" tanya Max takut.
" Apa lo kena penyakit Raja Singa?" tanya Erik.
" Apa? Apa lo gila? Tentu saja tidak!" jawab Max emosi.
" Kenapa dia bisa sampai pendarahan sata kalian berhubungan?" tanya Erik langsung.
" Lo...tahu?" tanya Max malu.
" Gue dokter! Tentu saja gue tahu!" jawab Erik kesal.
" Tapi dia akan baik-baik saja kan?" tanya Max khawatir.
" Mereka baik-baik saja! Asal kamu puasa dulu selama sebulan penuh!" jawab Erik.
" Me...reka?" tanya Max mengerutkan keningnya.
" Iya! Netta hamil 4 minggu lebih!" kata Erik.
" A...pa?" tanya Max tidak tahu harus bicara apa. Untuk sesaat dia tertegun, lalu dia tersenyum sambil meneteskan airmata.
" Gue akan jadi ayah lagi?" tanya Max yang jatuh bersimpuh.
" Max?!" panggil Erik kaget.
" Gue akan memiliki anak lagi, Rik! Anak kedua gue!" ucap Max.
" Jadi benar anak tadi anak lo?" tanay Erik.
" Iya!" jawab Max menganggukkan kepalanya.
" Tokcer juga lo! Sekali semprot, main jadi aja! Bahaya lo! Netta harus pake KB bro atau lo akan punya anak dengan jarak waktu nggak sampai setahun!" kata Erik.
" Biar saja! Gue mau punya banyak anak sama dia!" jawab Max.
" Lo pikir dia ayam apa!" kata Erik kesal pada sepupunya itu.
" Thanks, Bro!" kata Max, kemudian Max memeluk Erik dan keluar dari ruangan itu.
Netta mengerjapkan matanya dan melihat ke sekeliling ruangan, kok, aku udah dikamar? Apa Max yang membawaku? batin Netta.
" Mommy!" sapa Malv yang melihat Netta terbuka matanya.
" Malv?" ucap Netta kaget melihat putranya duduk diatas brankar bersama dirinya. Kenapa Malv ada disini? Max! Apa dia tahu tentang Malv? batin netta.
" Kamu sudah bangun!" kata Diana yang mendengar Malv memanggil Netta. Netta melihat ke sekeliling ruangan, tapi yang dicarinya tidak ada.
" Dia masih bicara dengan dokter!" kata Ken datar.
" Siapa?" tanya Diana.
" Siapa lagi?" jawab Ken kesal. Tidak berapa lama, Max masuk dengan membawa sebuah buket bunga mawar putih.
" Untukku?" tanya Netta yang menekan tombol agar brankarnya bisa dipakai duduk bersandar.
" Iya! Maaf!" kata Max lembut.
" Kenapa minta maaf?" tanay Netta masih belum mengerti. Tiba-tiba Max duduk di brankar Netta dan mengambil sebuah kotak bludru merah dari balik jasnya.
" Will you marry me?" tanya Max lembut. Netta terkejut tidak menyangka jika Max akan melamarnya didepan putra mereka.
" What do you think, Malv?" tanya Max.
" You..."
" Would you happy if your mommy had a baby?" tanya Max. Netta membulatkan matanya mendengar ucapan Max.
" A...baby?" tanya Netta.
" Baby?" ucap Malv dengan wajah senang.
" Yes, daddy! I love it!" teriak Malv.
" What did you just call me?" tanya Max terkejut sama seperti Netta.
" Dad...dy! You don't like it?" tanya Malv ragu.
" No, Malv! I love it!" jawab Max lalu menggendong putranya itu dengan perasaan bahagia. Malv memeluk erat Max. Netta meneteskan airmata melihat keluarganya saat ini telah lengkap.
" Kamu belum menjawab lamaranku, sayang!" kata Max.
" Iya! Tentu saja iya!" jawab Netta bahagia. Max memakaikan cincin berlian ke jari manis Netta dan mencium mesra Netta sambil menutup mata putranya.
" Hahaha!" tawa Netta.
" Selamat, Net!" kata Diana memeluk sahabatnya itu.
" Harus aku akui, kalian memang berjodoh!" kata Ken mengulurkan tangan pada Max dan Max menjabat tangannya.
" Trima kasih pada kalian berdua terutama lo Ken! Karena menjaga dan melindungi Netta dan anak gue!" kata Max dengan jujur.
" Iya! Mana tega gue ngebiarin mereka!" kata Ken.
" Mereka sudah seperti kaka adik!" kata Ken lagi. Max mendekati Netta sambil menggendong Malv.
" Apakah sakit Daddy?" tanya Malv menyentuh sudut bibir Max yang lebam dan sedikit sobek.
" Tentu saja tidak, Malv! Daddymu ini sangat kuat!" ujar Max tersenyum.
" Kemarikan wajahmu!" kata Netta. Max sebenernya nggak mau, karena dia tahu jika sesuatu akan terjadi.
" Ini nggak apa-apa, sayang!" kata Max menghindar.
" Kemari aku bilang!" kata Netta. Max langsung mendekatkan wajahnya pada Netta dan meletakkan Malv di brankar Netta.
" Kenapa terluka seperti ini?" tanya Netta dengan mata membulat.
" Tidak apa-apa, sayang! Hanya luka kecil!" kata Max.
" Malv!" panggil Netta pada putranya. Max melihat ke arah Malv dan memberikan kedipan mata pada putranya itu.
" Malv nggak tahu, mommy!" jawab Malv lalu turun dan pergi pada Kenda.
" Dad memukul Daddy Max, Mommy!" kata Kenda. Mata Netta membulat menatap Ken yang menutup mulut putrinya.
" Kenapa lo memukul Max, Ken?" tanya Netta menyebar aura hitam disekitar mereka. Diana yang tahu jika suaminya salah hanya diam saja walau Ken melihat dirinya seakan meminta bantuan.
" Itu! Kenda hanya bergurau, Ta!" jawab Ken.
" Apa kamu meragukan kejujuran putrimu?" tanya Netta membuat Ken terpojok.
" Iya! Aku yang memukulnya! Aku kira dia membuat kamu celaka!" kata Ken.