Warning! Dosa tanggung sendiri-sendiri...
Heheheeh....
_______________________________________________________________
Mereka pulang saat keadaan kantor sepi, Max tidak mau timbul gosip di kalangan pegawai karena status Netta yang janda. Max mengambil mobil dan berhenti di depan lobby karena hujan turun sedikit deras. Max membukakan mobilnya untuk Netta dan memengemudikan sendiri mobil itu.
" Apa kamu lelah?" tanya Max sambil memegang tangan Netta lalu mengecup punggung tangan wanita itu.
" Sedikit!" jawab Netta tersenyum, digerakkannya tubuhnya untuk sedikit menghadap pada Max. Ditatapnya wajah tampan itu tanpa bosan-bosannya dengan sesekali mencium tangan Max.
" Apa aku sangat tampan dan membuatmu senang hanya dengan memandangku?" tanya Max terus terang. Netta terkejut dan pipinya sedikit merona, dia tersenyum.
" Entahlah! Tapi aku merasa sejak melihatmu kamu terlihat sangat tampan dan menarik!" jawab Netta terus terang juga.
" Hahaha! Terima kasih atas pujiannya, sayang! Tapi aku memang pria paling tampan di dunia!" jawab Max dengan bangganya.
" Iya! Itulah salah satunya kenapa aku sangat mencintaimu sejak pertama kali aku melihatmu!" kata Netta menerawang saat dirinya pertama melihat Max.
" Apa kamu tahu jika aku juga sudah menyukaimu saat pertama kita bertemu?" tanya Max.
" Benarkah? Ini sangat mengejutkan!" jawab Netta bersemangat.
" Ehmmm! Kamu begitu muda dan cantik! Terutama kamu sangat seksi, sayang!" jawab Max jujur.
" Tapi kenapa kamu menolakku saat aku rayu? Kau bahkan mendorongku!" tutur Netta cemberut. Max mencium punggung tangan Netta.
" Aku pria yang sudah menikah, sayang! Dan hal yang terakhir yang aku inginkan adalah sebuah skandal besar! Kamu pikir aku tidak merasa sakit menahan hasratku padamu?" kata Max panjang lebar.
" Salah sendiri! Pada hal aku siap jika kamu minta aku melepaskan semuanya saat itu juga!" kata Netta.
" Apa kamu akan melakukannya saat ini?" tanya Max menggoda Netta.
" Hentikan mobilnya!" kata Netta seketika.
" Untuk apa?" tanya Max.
" Hentikan saja!" ucap Netta lagi.
" Tapi ini sudah malam, sayang!" kata Max lagi.
" Sudah, turuti saja!" kata Netta.
" Masuk ke pom bensin di depan!" tunjuk Netta pada sebuah Pom Bensin dan Max menuruti apa kata wanitanya itu.
" Berhenti di pojok sebelah sana! Disitu agak sepi!" kata Netta. Max masih menuruti apa yang disuruh oleh Netta dan tidak bertanya lagi. Memang keadaan Pom tersebut lumayan sepi, mungkin karena hujan yang sedang turun. Max menghentikan mobilnyasesuai arahan Netta, dia sangat terkejut saat melihat Netta melepaskan atasannya beserta branya.
" Apa yang kamu lakukan, sayang?" tanya Max. Netta hanya diam saja, lalu dia melepaskan roknya dan semua yang melekat di tubuhnya. Max menelan salivanya melihat tubuh Netta yang sangat sempurna walau telah memiliki seorang anak. Netta lalu bergerak duduk diatas Max.
" Bukankah kamu ingin melihatku melepaskan semuanya?" bisik Netta dengan memeluk Max. Perlahan Netta memundurkan tempat duduk Max dan mendorong sedikit sandaran Max ke belakang. Dibukanya dasi kekasihnya itu sambil melumat bibir seksi Max.
" Ahhh! Apa kita tidak bisa pindah ke hotel saja?" tanya Max disela ciuman mereka yang berubah panas.
" Diamlah dan nikmati saja!" perintah Netta. Max mengusap punggung mulus Netta.
" Arghhh!" erang Max saat Netta menggosok-gosokkan pantatnya ke milik Max.
" Kenapa dengan dirimu, sayang?" goda Netta. Setelah pakaian atas Max terbuka, Netta memilin puncak dada Max dan menggigitnya dengan sedikit keras.
" Akhhh! Aku akan membalasmu, sayang!" desah Max, juniornya telah menegang sempurna.
" Aku belum melakukan apa-apa, sayang!" kata Netta dengan suara manjanya. Tidak menunggu lama, Max menekan tombol agar kantong udara mengembang, kemudian dia menyandarkan punggung Netta disana dan memakan dada Netta dengan rakusnya, tidak lupa meninggalkan begitu banyak kissmark disana.
" Ma....xxxx! Ka...u...cura....angggg!" desahan dan erangan Netta meluncur dari bibir mungilnya.
" Kamu memancingku, sayang!" balas Max. Netta merasa tubuhnya bercampur keringat dan ludah Max yang menjilatnya seperti kucing sedang memandikan tubuhnya. Max sudah tidak tahan lagi, dibukanya celananya lalu menyembullah juniornya yang panjang dan tebal. Tanpa menunggu lama, diangkatnya tubuh Netta dan dimasukkannya miliknya ke lubang milik Netta.
" Arghhh! Masih saja sempit, sayang!" ucap Max yang merasa miliknya terjepit di dalam milik Netta. Netta kemudian bergoyang diatas tubuh Max.
" Dance, darling!" ucap Max, dengan gerakan yang dimulai dengan lembut hingga kencang, Netta memacu tubuhnya.
" A...kuuu...mau...kelu...ar, sayanggg! Ahhhh!" racau Netta.
" Lakukan sayang! Aku akan mengikutinya!" jawab Max lalu menaik turunkan tubuh Netta dengan sedikit keras. Netta merasa perutnya sedikit sakit akibat gerakan Max yang sedikit kasar.
" Akhhhhhhh!" teriak Netta merasa sakit pada perutnya dan Max berteriak karena menyemprotkan benihnya pada rahim Netta. Netta terkulai lemas dipelukan Max.
" Ini sangat nikmat, sayang! Kita harus melakukannya lagi kapan-kapan!" bisik Max. Netta hanya diam saja.
" Sayang! Bangunlah! Kita pulang! Tidurlah dirumah!" kata Max, tetap tidak ada respon.
" Sayang!" panggil Max, Dia menggerakkan tubuh Netta dan betapa terkejutnya Max saat tubuh Netta lemas dan hampir terjatuh kesamping.
" Arnetta! Bangun! Netta! Jangan bergurau! Netta!" ucap Max. Lalu dia melepaskan miliknya dari tubuh Netta, dan sekali lagi dia terkejut karena ada darah membasahi miliknya.
" Ya, Tuhan, Netta! Kamu harus baik-baik saja! Atau aku akan membencimu seumur hidupku!" teriak Max. Ditariknya tubuh Netta ke belakang lalu diambilnya senuah handuk didalam kotak kecil di mobilnya. Disekanya tubuh Netta dan dipakaikannya pakaian dalamnya. Lalu dipakaikannya kemejanya. Setelah dia juga membersihkan miliknya, dia memakai pakaian dan menidurkan Netta di kursi belakang.
" Halo! Erik!" M
" Max?" E
" Apa lo di RS sekarang?" M
" Iya!" E
" Tunggu gue di depan IGD!" M
Max mematikan panggilannya dan memacu mobilnya dengan cepat sambil sesekali melihat ke arah spion dalam yang menampilkan sosok Netta disana. Beberapa saat kemudian Max sampai di depan IGD, disana telah siap sebuah brankar dan 2 orang perawat laki-laki. Max turun dan menyambar selimut yang ada diatas Brankar lalu membuka mobilnya dan menutupkannya pada tubuh Netta.
" Ada apa, Max? Kenapa lo..." Erik terdiam saat dilihatnya Max menggendong seorang wanita dan meletakkannya di atas brankar.
" LAkukan semua yang lo bisa! Selamatkan dia atau..."
" Sabar, bro! Gue akan melakukannya!" jawab Erik. Lalu dia menyusul brankar yang sudah masuk duluan. Ponsel Netta berbunyi di dalam tas Netta yang sengaja dibawa oleh Max. Max melihat nama Malv tertera di layar ponsel. Malv? Kenapa dia menamakan anaknya Malv? batin Max, diangkatnya ponsel itu.
" Mommy!" Mv
" Mmm...Ma...lv?" M
" Who...is this?" Mv
" This is Max...your mother's employee!" M
" Where is she?" Mv
" She's in the hospital!" M
" What? Where?" Mv
" I share the location!" M
Lalu dia mematikan panggilannya dan mengirim lokasinya. Malv? Max membuka galeri foto Netta. Di dalamnya terdapat banyak foto Netta saat hamil dan menggendong Malv. Lalu foto Malv saat bayi hingga sekarang. Mata Max tertuju pada Personal File. Dia mencoba membuka password yang mengunci berkas tersebut. Dia mencoba tanggal lahir Netta, tidak bisa! Tanggal lahir Malv! Tidak bisa. Jarinya bergetar saat memasukkan tanggal lahirnya, terbuka! Max menekan berkas itu dan terlihatlah foto-foto dirinya beserta tanggalnya. Tubuhnya terhuyung ke belakang saat mendengarkan video tentang Malv.