“Kamu ... apa?” tanya Pak Dika, menatapku horor saat aku terpaksa memberitau keadaanku saat ini. Soalnya ... Ya, mau gimana lagi? Masa aku nyender mobil Pak Dika terus kayak gini. Emang aku satpam!
Sekalipun aku nggak bilang, pasti Pak Dika lama-lama curiga ‘kan? Makanya, ya ... mending aku kasih tahu aja sekalian, kadung malu.
“Saya tembus, Mas. Ih, musti aja di ulang.” Aku gemas, karena Pak Dika malah terlihat shock seperti itu.
Padahal dia udah pernah nikah, masa yang begini aja nggak tahu, sih?
“Mas jangan diem aja dong. Ini gimana? Saya nggak bisa ke mana-mana kalau kayak gini. Mana ... kayaknya banyak lagi. Aduh, becek banget tahu. Nggak enak rasanya.”
Aku pun mulai gelisah, saat merasakan aliran PMS sepertinya deras sekali.
Aneh, deh. Padahal aku udah pakai double, loh. Extra lebar plus panjang lagi. Tapi ... kenapa masih bocor ya? Miring kali tadi aku masangnya?
“Mas?”
“Sebentar.”
Support your favorite authors and translators in webnovel.com