“Heh, calon penganten! Lo ngapa ngelamun mulu? Kesumbat lagi lo?”
“Kesambet Nur, bukan kesumbat. Lo kira WC di kosan lo. Kerjaannya mampet mulu.”
“Ih, biarin, sih. Mulut-mulut gue, ngapa elo yang ribet coba?”
“Ya, tapi ‘kan nggak enak dengarnya.”
“Ya nggak usah dengar. Tutup kuping. Kalau perlu minggat! Gitu aja musti diajarin, heran gue.”
Aku pun akhirnya hanya bisa mendesah dalam, saat bukannya membantu mengurangi kegalauanku, dua Nur itu malah semakin membuatku pusing dengan debatan mereka.
Asli! Aku mumet banget lihatnya.
“Gue duluan!”
Daripada semakin mumet bin pusing, aku pun akhirnya memilih meninggalakan duo kampret itu.
“Eh … eh, lo mau ke mana, Tan? Belum juga kita investigasi. Lo udah mau kabur aja.”
Nurbaeti langsung mencekal tanganku, demi menghentikan langkahku.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com