webnovel

3. Jarak

Sudah sekitar 2 minggu sejak Riyan dan yang lainnya dipanggil ke dunia ini sebagai pahlawan yang memikul beban berat untuk melindungi dunia dari ramalan akan kebangkitan raja iblis terkuat. Untuk murid SMA seperti mereka, ini merupakan tanggung jawab yang lebih berat dari mengerjakan tugas, walau ramalan itu masih lama terwujudnya.

Saat murid lain tengah latihan di lapangan istana, Riyan hanya duduk di kamarnya menatap langit-langit meratapi status yang ia dapat 2 minggu lalu.

"Anak busuk! Sedang apa kau di atas sana?! Cepat turun dan latihan bersama kami! Hahaha!"

"Apa kau takut karena status kami lebih tinggi dari milikmu? Hahaha! Dasar pengecut!"

Murid-murid yang sedang latihan di lapangan itu mulai mengejek Riyan lagi, melanjutkan apa yang mereka perbuat sejak 2 minggu lalu. Status Riyan telah tersebar ke murid-murid lainnya. Dari sudut pandang mereka, Riyan adalah manusia tidak berguna yang dipanggil ke dunia ini. Kenapa? Itu karena statusnya.

Riyan mengabaikan ejekan-ejekan yang ditujukan padanya dan tetap memandang langit-langit.

"Kenapa statusku menjadi seperti ini? Aku masih bisa terima jika statusku yang terendah di antara mereka, tapi di dunia ini? Yang benar saja."

Sambil bergumam mengeluhkan statusnya itu, ia hanya dapat pasrah tak bisa berbuat apa-apa. Statusnya sangat rendah, bahkan untuk ukuran penduduk di dunia ini. Bahkan mungkin statusnya yang paling rendah di dunia.

---

Nama : Riyan Klaint

Ras : Human

Kelas : Citizen

Level : 2

Nyawa : 16/16

Mana : 5/5

Kekuatan Fisik : 0 (4)

Kekuatan Sihir : 0 (6)

Ketahanan : 0 (12)

Atribut : Hampa

Skill : Appraisal, All Zero, Distract, Nothing Eye, Mana Manipulation, Comprehension , Auto-Counter

---

Itulah status milik Riyan saat ini. Terlalu rendah untuk dikatakan sebagai makhluk hidup, bahkan sampai 0. Jika kalian bertanya kenapa ada angka tambahan di dalam kurung di samping statusnya, itu adalah status dasar miliknya.

Kenapa bisa terjadi? Itu karena skill yang ia miliki, [All Zero].

Tidak seperti skill biasa yang membuat pemiliknya bertambah kuat, [All Zero] adalah kebalikannya. [All Zero] yang dimiliki oleh Riyan adalah sebuah skill yang mengalikan semuanya menjadi nol, kecuali level dan angka-angka dasar seperti status dasar serta parameter nyawa dan mana.

Biasanya jika level bertambah, maka status juga akan bertambah, tapi tidak untuk Riyan. Saat statusnya bertambah karena levelnya yang naik, semua itu dikalikan dengan nol sehingga membuat Riyan menjadi seseorang bernilai nol besar.

Skill [All Zero] inilah yang membuat Riyan semakin dijauhi oleh teman-teman sekelasnya. Ia merasa frustrasi karena tidak bisa berbuat apa-apa kecuali belajar mengenai pengetahuan-pengetahuan di dunia ini.

Tok tok tok...

Mendengar suara ketukan, Riyan segera bangun dan berjalan untuk membukakan pintu. Saat ia membuka, di sana terdapat Faleon dengan baju biasanya, kali ini ia tidak memakai zirah.

"Ada apa, jenderal Faleon? Apa perlu sesuatu dariku?"

"Ah tidak, aku hanya ingin melihat keadaanmu."

"Aku baik-baik saja, tidak usah dipikirkan."

Riyan sontak membalasnya dengan cepat agar Faleon meninggalkannya sendirian, tapi Faleon tidak bergerak.

"Benarkah?"

"Ya, aku benar-benar baik-baik saja. Terima kasih untuk kekhawatirannya, tapi akan lebih baik jika kau bergabung di lapangan untuk melatih mereka."

"Baiklah. Kalau ada apa-apa, katakan saja padaku."

"Pasti."

Faleon yang dihentikan oleh Riyan saat ingin masuk itu mengambil langkah mundur. Dengan senyum masam, Riyan perlahan-lahan menutup pintunya. Setelah pintu tertutup sempurna, ia kembali berjalan dan berbaring di kasurnya.

"[Status]"

Kemudian status parah miliknya itu muncul. Tidak ada perubahan ataupun sesuatu yang menarik untuk dilihat di sana. Karena bosan, ia membuka skillnya untuk melihat penjelasan lebih lanjut.

[Appraisal] : skill yang dapat menilai suatu barang atau makhluk hidup.

Semua murid yang dipanggil ke dunia ini sebagai pahlawan memiliki skill tersebut. Skill ini mempunyai tingkat kelangkaan menengah karena tidak banyak dan juga tidak sedikit yang memiliki skill ini.

[All Zero] : skill yang mengalikan semua status menjadi nol, kecuali level, status dasar, dan parameter nyawa dan mana.

Sejauh yang diketahui, hanya Riyan yang memiliki skill ini. Tria dan Alestein juga baru pertama kalinya melihat skill yang sangat merugikan seperti itu.

[Distract] : skill yang dapat mengalihkan perhatian musuh dari pemilik.

Skill ini akan sangat efektif jika hawa keberadaan pemiliknya sangat sedikit, ini adalah skill yang cocok dengan Riyan.

[Nothing Eye] : tak ada penjelasan.

Tidak ada penjelasan sama sekali untuk skill ini. Tidak diketahui dan tidak pernah ada sebelumnya, sama seperti [All Zero] milik Riyan.

[Mana Manipulation] : skill yang dapat mengendalikan mana yang ada di tubuh pemilik.

Skill ini adalah salah satu skill yang merugikan pemilik. Dengan menggunakan skill ini, mana akan jauh lebih cepat habis dibanding memakai sihir.

[Comprehension] : skill yang memungkinkan pemiliknya memahami sesuatu lebih cepat dari makhluk hidup pada umumnya.

Skill ini adalah skill yang cukup langka. Pemilik skill ini biasanya adalah para peneliti sihir atau orang-orang tertentu yang pintar. Dengan skill ini, Riyan dapat berfokus pada pengetahuan daripada latihan yang sia-sia.

Karena skill [All Zero], apapun latihan yang ia jalani selama seminggu pertama, statusnya tidak berubah sedikit pun. Inilah sebabnya kenapa Riyan memfokuskan diri pada pengetahuan.

[Auto-Counter] : skill yang dapat membalas semua serangan yang diterima pemiliknya dengan cepat.

Skill ini sangat langka dan dicari-cari oleh para penduduk dunia ini. Skill yang dapat membalas semua serangan dengan sangat cepat setelah berhasil dihalau, itu adalah hal yang luar biasa.

Melihat Riyan yang tidak berguna itu mempunyai skill ini, tentu saja semua murid iri padanya. Sama halnya seperti Riyan, Gilbert memiliki [Auto-Counter]. Hanya saja perbedaannya ada di tingkat kekuatan. Serangan balasan dari [Auto-Counter] milik Riyan hampir tidak berguna karena status kekuatan fisiknya sangat sedikit, bahkan bisa dikatakan tidak berpengaruh, berbeda dengan Gilbert yang kekuatan fisiknya sangat besar.

Setelah melihat-lihat penjelasan skill miliknya, Riyan menutup statusnya. Beberapa saat kemudian, ia beranjak dari kasur dan keluar dari kamarnya berjalan menuju perpustakaan istana.

***

"Bosan....."

Riyan meletakkan buku-buku di atas meja yang ada di perpustakaan dan menyandarkan tubuhnya di kursi. Setelah sekitar 2 jam duduk dan membaca terus menerus, akhirnya ia mulai bosan. Tentu saja, untuk seorang anak SMA sepertinya, membaca bukanlah hal yang biasa ia lakukan.

Ia lebih sering menonton tv dan bermain game di kamarnya sendirian. Belajar pun hanya saat akan ada ulangan keesokan harinya. Tidak ada hiburan yang menyenangkan di dunia ini.

Walaupun begitu, para murid lainnya tampak menikmati kegiatan mereka selama ini. Memang hanya latihan, tapi itu sudah seperti hiburan untuk mereka yang tidak mempunyai kegiatan apa-apa lagi.

Saat Riyan sedang beristirahat dari kegiatan membacanya, pintu perpustakaan terbuka dan seseorang masuk ke dalam. Riyan sedikit terkejut dan langsung melihat ke orang yang baru saja masuk tersebut.

"Riyan, kau ke sini lagi?"

"Aku tidak ada kegiatan lain."

"Hoo... banyak sekali ya, waktumu."

"Aku tidak senang dengan kalimat itu."

"Aku hanya bercanda, hanya bercanda."

Sama seperti biasanya, Riyan melemparkan tatapan tajam kepada hampir seluruh orang, kali ini orang yang duduk di kursi hadapannya setelah menutup pintu. Ia adalah Faleon, jenderal besar kerajaan Alivonia. Alasan kenapa mereka dapat bercakap-cakap seperti ini adalah bentuk simpati dari Faleon.

Faleon selalu memperhatikan Riyan sejak pemanggilan para pahlawan dari dunia lain tersebut. Di matanya, Riyan terlihat sangat berbeda dengan murid-murid yang terseret ke dunia ini.

Saat mengetahui berada di dunia lain, Riyan tetap tenang dan tidak panik, sedangkan hampir seluruh siswa panik setengah mati karena sangat mendadak. Lalu, ia juga terlihat diasingkan oleh murid lain, entah kenapa. Dan yang paling menarik perhatian Faleon adalah aura misterius Riyan yang tak disadari.

Aura misterius milik Riyan bukanlah sesuatu yang terlihat jelas, lebih mirip tekanan daripada aura. Entah apa itu, tapi Faleon menyadarinya.

"Jadi, apa yang kau dapat hari ini?"

"Apanya?"

"Apa saja."

"Hanya pengetahuan umum tentang mana dan sihir."

Buku yang dibaca oleh Riyan adalah buku tentang mana dan sihir. Memang sudah dijelaskan oleh Faleon, tapi Riyan ingin mempelajarinya lebih lanjut lagi. Ia berharap ada beberapa penjelasan tentang mana dan sihir yang tak sempat dijelaskan oleh Faleon.

Mana adalah sebuah energi yang dimiliki masing-masing makhluk hidup untuk mengerahkan sihir. Tak semua makhluk hidup yang dapat menggunakan sihir. Hanya orang-orang terdidik atau berbakat yang mampu menggunakannya.

Sihir adalah salah satu hasil dari pengolahan mana di dalam makhluk hidup. Sihir dapat digunakan untuk apa saja. Misalnya saja seperti militer, pembantu di sebuah penelitian, mempermudah membangun suatu konstruksi, bahkan untuk kebutuhan rumah tangga juga.

Selain sihir murni yang dikelola langsung oleh makhluk hidup, terdapat juga alat-alat yang mengandalkan sihir. Contohnya seperti kompor sihir yang membutuhkan gambar lingkaran sihir api.

Untuk menyalakan kompor tersebut, kau harus bisa menuangkan mana ke dalam gambar lingkaran sihir api yang terdapat di sana. Jika dimasukkan 1 poin mana ke dalam, mungkin kompor akan bertahan sekitar 2 menit, tergantung kualitas kompornya. Semakin bagus akan semakin lama apinya bertahan.

"Apa kau tidak puas dengan apa yang pernah kujelaskan?"

"Ya."

Dengan ekspresi datar, Riyan menjawab pertanyaan dari Faleo itu secepat kilat. Mendengar jawaban cepat tanpa ragu dari Riyan, Faleon hanya tersenyum masam. Setelah percakapan ringan tersebut, keheningan melanda mereka berdua, tapi itu hanya sesaat. Faleon segera melanjutkan perbincangan agar dapat dekat dengan Riyan.

"Riyan, apa aku boleh bertanya sesuatu?"

"Apa?"

"Apa kau pernah melakukan sebuah kesalahan atau pertengkaran hebat dengan teman-temanmu sehingga mereka menjauhimu?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Riyan sedikit terkejut, tapi tidak diperlihatkan. Ia menegakkan posisi duduknya dan kembali menatap Faleon dengan serius.

"Kenapa kau berpikiran seperti itu?"

"Yah, itu karena hampir tidak ada yang mendekatimu selama yang kulihat. Paling-paling hanya Tifania, Gilbert, Layla, Rizu, dan Johan."

Itu benar, yang pernah mendekati Riyan selama ini hanyalah kelima orang yang disebutkan Faleon. Walau hanya sebatas menanyakan kabar dan keadaan, tapi mereka memiliki perhatian tersendiri terhadap Riyan, khususnya Tifania. Ia sangat ingin berbicara dan menjadi dekat dengan Riyan, tapi saat ia hendak melakukan itu, para laki-laki dengan sigap menghalangi jalannya menuju Riyan.

Riyan menoleh ke kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada orang di sekitar mereka. Setelah dipastikan aman, ia menghela nafas dan kembali menatap Faleon dengan serius.

"Aku pernah mengobrak-abrik ruang guru."

"Hah!?"

Mendengar ini, Faleon terkejut. Ia sedikit mengetahui keadaan dunia tempat Riyan dan yang lain berasal dari Gilbert. Tentu saja, itu perbuatan yang sangat tercela untuk seorang murid.

"Tapi, itu hanya kesalahpahaman saja."

"Eh?"

Kali ini Faleon membuat ekspresi lucu.

"Setahun lalu, aku disuruh mengantarkan angket kesiswaan ke ruang guru. Para guru sedang ada rapat di ruang lain sehingga tidak ada seorang pun di ruang guru."

Riyan tersenyum sedikit dengan sorot mata lesu yang terpancar di matanya. Sebaliknya, Faleon sedikit terkejut mendengar kelanjutannya.

"Apa mungkin..."

"Benar, saat aku memasukinya, ruang guru sudah berantakan dengan meja, kursi, kertas, dokumen-dokumen yang terhampar di sana-sini. Tentu saja aku membeku melihat kejadian ini karena terkejut. Aku masuk ke dalam dan memeriksa ada orang atau tidak. Tapi saat aku masuk, di sanalah kesalahpahaman dimulai."

Faleon sedikit tertunduk mengetahui masalah Riyan dengan teman-temannya. Ia menatap meja dengan tatapan sedih bercampur kesal.

"Ada murid lain yang kebetulan melihatmu di dalam, lalu menuduhmu sebagai pelakunya, kan?"

"Ya, tepat sekali."

Sekarang ia tahu apa yang membuat Riyan dijauhi oleh teman-temannya. Hanya karena kesalahpahaman itu, Riyan dijauhi dan di benci oleh murid-murid serta guru-guru, bahkan karena kasus itu, ia hampir tidak naik kelas. Untungnya, pamannya bersedia mengganti rugi kerusakannya. Akhirnya Riyan mendapat skors selama 1 setengah bulan penuh.

Sejak saat itu, kehidupan Riyan semakin parah karena ejekan dan cacian dari hampir seluruh murid. Tidak ada yang tahu kebenaran ini selain Faleon dan Riyan sendiri. Sampai saat ini, Riyan masih belum mengetahui pelaku sebenarnya, yang jelas bukan dirinya.

"Yah, itu hanya masa lalu, tolong jangan ceritakan ini kepada mereka, jenderal."

"Eh? Kenapa? Bukankah mereka akan lebih percaya dan tidak lagi menjauhimu lagi?"

"Ketidakpercayaan adalah salah satu sifat manusia. Aku yang seperti ini pasti sudah tidak dipercaya oleh mereka. Jika kau memberitahukan hal ini, mereka akan mengatakan bahwa aku berani mencuci otak seorang jenderal besar."

"Tapi, kalau begini terus, kau yang akan kena imbasnya! Apa kau mau?!"

"Semua ini tidak bisa diulang, apa boleh buat. Aku sudah terbiasa dengan ini sejak lama. Lagipula, aku juga sering diabaikan karena hawa keberadaanku yang tipis ini, kau tidak perlu khawatir denganku, jenderal."

Faleon hanya dapat terdiam tak membalas ucapan Riyan. Ia baru saja sadar apa sebenarnya aura misterius yang ia rasakan dari Riyan itu. Aura tersebutlah yang membuat hawa keberadaan Riyan sangat tipis. Saking tipisnya, jarang ada orang yang tidak tahu bahwa ia ada.

Riyan sadar tentang hawa keberadaannya yang tipis, tapi ia tidak dengan aura itu. Hanya Faleon yang menyadari aura tersebut melekat erat di tubuh Riyan. Ia baru sadar tentang apa yang selama ini dialami Riyan. Ya, tidak dianggap.

Karena hawa keberadaannya yang tipis tersebut, Riyan sulit disadari oleh kebanyakan orang dan seakan-akan tidak pernah ada, bahkan pamannya juga sulit menyadarinya. Diabaikan dan dianggap tidak ada itu sedikit menghilang saat kasus ruang guru yang hanya salah paham itu. Sejak itu, Riyan menjadi terkenal karena kasus besar tersebut.

"T-tapi..."

Faleon mengepal tangannya erat dengan rasa kesal. Saat itu juga, Riyan menundukkan kepalanya kepada Faleon sampai menyentuh meja.

"Tolong, jangan beritahu ini pada yang lain. Nama baikmu yang akan menjadi taruhannya, jenderal Faleon."

Melihat Riyan yang menunduk sampai seperti itu, Faleon tidak tega. Ia memegang kedua bahu Riyan dan mengangkat menegakkan tubuhnya kembali seperti semula. Ekspresinya penuh kesedihan bercampur kesal, tapi ia melihat Riyan dengan mantap.

"Baiklah, aku berjanji tidak akan memberitahukan hal ini kepada siapa pun, demi dewa."

"Terima kasih, jenderal."

Setelah membahas masalah utama Riyan yang menyebabkannya dijauhi murid-murid, mereka kembali berbicara tentang dunia ini. Faleon sedikit mengajarinya tentang sihir dan cara pengaktifannya karena ia tidak pernah mengikuti latihan sihir.

Sebenarnya masih ada kejadian semacam itu saat Riyan masih SMP, tapi ia lebih memilih untuk tidak membahas masalah tersebut. Kenapa? Karena merepotkan.

Pada saat itu juga, sebuah siluet hitam yang menguping pembicaraan mereka tentang masalah Riyan, beranjak dari pintu perpustakaan yang tertutup. Ada beberapa tetes air yang meninggalkan jejak saat ia berjalan pergi. Riyan maupun Faleon tidak menyadari siluet tersebut—tepatnya orang tersebut, menguping dari luar.

Tersedia di wattpad dengan judul dan nama pengarang yang sama~

Galih_Gatescreators' thoughts