webnovel

Chapter 8 : Ada udang dibalik batu

Ketika sinar mentari mulai masuk melewati celah gorden jendela kamar, Maya terbangun dari tidurnya yang pulas, dia tampak merasakan ada yang tidak enak pada dirinya, Maya turun dari kamar dan menuju dapur, dirinya membuat teh hangat sekaligus membuatkan kopi untuk Haris yang masih tertidur pulas dan tidak menyadari kepergian Maya.

Sementara di dapur, ibu mertuanya sudah sibuk dengan aneka sayuran dan ikan untuk dimasak. Maya menyapa ibu mertuanya tapi seperti biasa, tidak ada balasan yang sesuai dengan harapan Maya. Tidak mengambil hati karena sudah kebal, Maya bergegas membuat teh dan juga kopi lalu membawanya ke atas lagi. Sebenarnya Maya ingin kembali turun untuk membantu ibu mertuanya memasak, tapi tiba-tiba kepalanya pusing dan membuat dia hampir kehilangan keseimbangan, untung saja tangannya dengan cepat dan kuat berpegang pada ujung meja yang ada di kamar. Hanya saja karena menopang beban Maya, kopi dan teh yang baru saja ia buat terjatuh dan pecah, membuat Haris tersentak bangun dari tidurnya dan mencari sumber suara itu. Alangkah terkejutnya dia ketika mendapati Maya masih berusaha menyeimbangkan tubuhnya dan bersandar di bawah meja yang ia pegang. Haris segera menolong istrinya, dia tampak panik! Haris membopong tubuh Maya ketempat tidur dan dengan cepat memeriksa tubuh istrinya yang terlihat tidak berdaya.

"May! kamu kenapa sayang?" tanya Haris panik dengan kondisi istrinya.

"Kepalaku, Mas! nggak tahu kenapa tiba-tiba pusing! badanku juga tidak enak sejak tadi bangun!" jelas Maya pada suaminya sambil memijat kepalanya.

"Kita ke dokter sekarang ya? kamu tunggu sebentar aku ambil mobil dulu! oke?!"

"Nggak usah Mas, aku mungkin masih kelelahan setelah pulang dari honeymoon kemarin. Aku cuma butuh istirahat aja kok, ntar juga ilang. Tolong ambilkan obat pereda pusing saja yang ada di laci sebelah sana." tunjuk Maya pada Haris untuk mengambilkan obat.

Haris langsung melakukan apa yang diminta istrinya, mencari obat dan mengambilkan segelas air putih lalu memberikannya kepada Maya.

"Hari ini aku ijin nggak masuk kantor saja ya? aku mau jagain kamu dirumah!." ucap Haris sambil mengambil handphone untuk memberitahu orang kantor jika dirinya tidak masuk kerja.

Tapi Maya mengatakan jika Haris sebaiknya berangkat bekerja, lagipula dia merasa hanya membutuhkan waktu untuk beristirahat sejenak. Mungkin efek lelah dari liburan bersama Haris dua Minggu lalu masih berasa sampai sekarang. Haris tidak tega meninggalkan istrinya dirumah, dia membujuk Maya lagi tapi Maya masih memintanya untuk pergi. Dengan berat hati Haris mengikuti keinginan istrinya, tapi dengan catatan Maya harus selalu mengangkat telpon darinya. Maya menyetujui persyaratan itu. Haris segera bersiap untuk pergi ke kantor, tapi sebelum itu dia membersihkan dan membereskan serpihan gelas yang pecah tadi.

Dibawah, ibu Haris menanyakan kemana perginya Maya karena tidak ikut turun. Haris menjelaskan bahwa Maya sedang tidak enak badan, Haris juga meminta tolong mama nya untuk menjaga Maya. Namun ibu nya itu hanya diam dan tidak mengatakan apapun.

"Kalau tahu bakal sakit, kan lebih baik kalian kemarin nggak usah pergi liburan Ris!. Ibu juga heran sama istrimu itu, manja sekali badannya, capek sedikit sakit, ngeluh. Semua pekerjaan juga lebih banyak Ibu yang kerjakan, gitu masih aja sakit!." celoteh Ibu Haris.

"Bu, Maya kan sudah lama nggak pergi jauh, jadi Haris rasa tubuhnya kaget dan harus menyesuaikan lagi. Dulu dia hampir seminggu tiga kali loh ke Bali, ke luar negeri juga malah. Udah, Ibu nggak usah ke atas nggak apa-apa, biar nanti Haris cari pembantu ya buat bantu-bantu dirumah, biar Ibu sama Maya nggak capek lagi."

"Enggak usah! itu boros Ris...! keluar uang lagi jadinya kamu. Kamu simpan saja uangmu, Ibu masih kuat kok kalau cuma bersihkan rumah, beres rumah dan masak. Lagipula jangan dimanja istrimu itu. Sudah kewajiban dia untuk melakukan semua urusan pekerjaan rumah."

"Yasudah, kalau begitu mau Ibu. Tapi nanti jika Haris rasa butuh, Haris mohon sama Ibu jangan larang lagi ya? kan semua juga buat Ibu." ucap Haris sambil mencium tangan Ibunya.

* * *

Dikamar, Maya masih terbaring lemas. Setelah minum obat pereda pusing, dia merasa sedikit lebih baik. Dia mengingat kembali pesan suaminya agar dia hanya beristirahat dan tidak boleh melakukan apapun seharian. Maya merasa tidak enak jika harus tinggal di kamar, ibu mertuanya jelas akan menjadi lebih kesal kepadanya. Tapi bagaimanapun perintah suami adalah hal yang utama.

Maya melihat ke nakas sebelah tempat tidur, disana sudah ada sarapan yang sengaja dipersiapkan Haris sebelum pergi ke kantor untuk dirinya. Maya tersenyum mengingat begitu sayang dan perhatiannya Haris kepada dirinya, dari dulu pacaran dan menikah, perilaku Haris masih sama dan tidak berubah, malah jauh lebih romantis ketika menikah. Maya merasa bersyukur karena tidak salah memilih pasangan hidup, meskipun dia dan ibu Haris masih belum bisa berkomunikasi dengan baik. Tapi Maya merasa jika semua pasti akan ada waktunya. Pernikahan mereka baru enam bulan. Masih banyak hal yang bisa dicoba untuk mendapatkan hati ibu mertuanya itu.

Tidak begitu lama, Maya mendapati telpon dari suaminya, Haris segera mengangkatnya.

"Hai Mas, sudah dikantor kamu?," tanya Maya.

"Sudah, ini sudah ada di ruangan kok, kamu sendiri bagaimana? sudah merasa enakan? kamu sudah sarapan apa belum?." tanya Haris seperti wartawan dadakan. Hal itu membuat Maya hanya tersenyum kepada suaminya yang ada dibalik layar handphone.

"Mas, kamu mau jadi wartawan kah? dari tadi nanyain nggak ada jeda sebentar." goda Maya membuat Haris tertawa di balik layar handphone milik Maya.

"Maaf sayang, aku khawatir sama kamu, makanya udah seperti wartawan ya jadinya?." ucap Haris masih terkekeh.

Dan setelah selesai mengobrol menanyakan kabar istrinya itu, Haris menutup telponnya, percakapan mereka akhirnya selesai. Maya mengambil sarapan yang sudah disiapkan suaminya dan mulai memakannya. Tidak ingin mengecewakan Harus, Maya mengambil gambar dirinya tengah makan dari kamera handphone lalu mengirim gambar itu kepada Haris suaminya yang begitu ia cintai.

Sementara Ibu Haris, nyonya Hartini juga sibuk mengobrol dengan Renata via telepon. Dia menceritakan semua ketidak sukanya kepada Maya. Nyonya Hartini meminta Renata untuk datang kerumah menemani dia agar tidak bad mood. Renata menyanggupi permintaan ibu Haris untuk datang kerumah dan mengajaknya jalan-jalan. Renata sendiri masih mencintai Haris dan ingin kembali, awalnya dia sudah merasa tidak ada harapan untuk mendapatkan Haris, tapi setelah mengetahui hubungan antara ibu Haris dengan Maya tidak baik-baik saja, hal itu membuat Renata memutuskan untuk maju dan berjuang kembali merebut Haris meskipun dia tahu Haris mencintai Maya istrinya. Renata sampai rela jika harus menjadi istri kedua Haris. Renata merasa jika usahanya akan lebih mudah karena dirinya mendapat dukungan dari ibu Haris langsung. Renata yakin dengan keyakinannya jika suatu hari nanti Haris akan menjadi miliknya lagi.