webnovel

Hanya ingin melindungi Tuan Muda

Dengan cepat Mia mengganti baju Garra. Lalu duduk di samping Garra sambil memegang Sisir.

Canggung!

Satu kata itu yang saat ini sedang melanda mereka berdua gara gara pencucian si Anu tadi.

Mia menarik nafas dalam dalam dan mengeluarkan secara perlahan. Kali ini tidak mengulanginya.

Setelah merasa sedikit tenang, Mia mulai mendekati Garra untuk menyisir rambut ikalnya. Tapi tidak diikatnya seperti kemarin. Di biarkan terurai saja karena masih memang basah.

Mia mencuri pandang, mau memandang langsung masih merasa malu.

Tampan! Kalimat yang terucap, tapi hanya di hati.

Sebenarnya, Garra pun masih malu. Namun setelah ia berpikir jika Mia itu adalah istrinya, tidak seharusnya ia malu. Apalagi selama ini kan Garra memang sudah menaruh hati pada Mia.

Andai saja, keadaan tidak seperti ini! Di pertemukan dalam keadaan dan waktu yang indah, Mungkin Garra akan sangat bahagia. Melihat Mia, Garra merasa bersalah. Merasa jika hanya menjadi beban selanjutnya Mia setelah keluarganya.

Garra ingin menyelamatkan Mia dari neraka keluarga Kuncoro, tapi sayang malah memasukkan Mia kedalam nerakanya. Dimana Mia harus menderita karena menikah dengan pria cacat macam dia.

'Jika Tuhan memberi aku kesempatan untuk sembuh, aku bersumpah akan menjadikan mu Ratu di hatiku, dan di rumah ini. Tidak akan ku biarkan siapapun menyakitimu lagi.' Janji Garra, yang hanya bisa melirik gadis di sampingnya itu.

Yang di lirik tak sengaja menoleh, melihat gurat wajah yang tertekan itu.

'Apa tuan muda Garra masih kepikiran yang tadi ya? Rautnya masam sekali. Jangan jangan setelah dia sembuh, aku bakalan di tendangnya.' pikir Mia.

'Ah, aku senang kalau di tendang jadi istrinya. Berarti aku bebas.!' Mia senyum senyum sendiri.

'Tapi..' Mia tiba tiba berhenti senang. Jika dia di tendang dari rumah ini, lalu mau kemana? Pulang?

Memikirkan itu membuat Mia ingin menarik kata katanya sendiri . Mia takut, Takut kalau untuk pulang ke rumah Ayahnya lagi. Setelah menjadi mantan Istri Tuan muda Garra, yang ada semakin akan kena hinaan dari ibu dan adik adik tirinya.

'Aku kan nanti bisa meminta uang yang banyak buat modal hidup.' entah kenapa pikiran Mia sudah jauh kemana mana. Sangat berbeda dengan khayalan Garra.

Lama mereka saling melamun, dengan pikirkan masing masing, pintu terdengar di ketuk seseorang membuyarkan lamunan mereka.

Mia terburu membukanya. Seorang pelayan pria berdiri di depan pintu dengan membawa sebuah nampan di tangannya.

"Maaf Nona. Waktunya sarapan untuk Tuan Muda."

"Oh, iya. Silahkan." jawab Mia.

Pelayan itu masuk dan meletakkan nampan sarapan di atas meja.

"Apa anda ingin menyuapi sarapan untuk Tuan Muda?" tanya pelayan itu.

"Ah, iya. Biar saya saja. Sekarang sudah menjadi tugas saya bukan?" jawab Mia.

"Baiklah Nona. Jika perlu apa apa jangan sungkan untuk memanggil saya. Nama saya Anton. Saya pelayan pribadi Tuan muda Garra dari Tuan Abraham." ucap Pria itu memperkenalkan diri.

Mia hanya mengangguk.

" Setelah sarapan, Tuan muda harus meminum obat. Obatnya ada di laci itu ." Pelayan itu menunjuk.

"Baik Tuan, saya mengerti." sahut Mia.

"Baik lah. Kalau begitu, saya permisi Nona." Pelayan itu berpamitan.

"Iya, terimakasih." jawab Mia, lalu menutup pintu setelah Si Anton itu pergi.

Mia kemudian melangkah, mengambil mangkok berisi bubur dari nampan yang di bawa Anton tadi dan menghampiri Garra.

"Tuan muda sarapan dulu ya?" Mia menyodorkan sendok tepat di depan mulut Garra.

Garra tidak membuka mulutnya,melainkan menggeleng. Garra Menolak.

"Sedikit saja Tuan, setelah itu minum obat." bujuk Mia. Garra tetap tidak mau membuka mulutnya , mata Garra terus menatap pintu seperti sedang menunggu seseorang.

Melihat itu, Mia bingung.

'Tuan muda tidak mau makan atau tidak mau aku yang menyuapi ya?'

"Sedikit saja." Mia masih terus membujuk Garra dengan sabar. Garra tetap menolak.

Mia menggaruk kepalanya, padahal tidak gatal.

'Apa maksudnya mau di suapi sama Bu Asri?' Mia kembali menebak.

"Tuan, sekarang ini saya yang harus melayani Tuan muda. Jadi tidak apa apa kalau saya yang menyuapi Tuan muda. Makan ya? Ayo lah.. sedikit saja.." bujuk Mia lagi.

"Nona Mia!" tiba tiba Bu Asri sudah membuka pintu , melangkah masuk sambil membawa nampan berisi sarapan juga.

"Bu Asri? Apa yang Bu Asri bawa?" sapa Mia sambil bertanya.

"Sarapan untuk anda dan Tuan Muda." jawab nya.

"Tuan muda sudah ada sarapan Bu. Tadi pelayan mengantar nya kemari. Tapi Tuan Muda tidak mau makan." ucap Mia menunjukkan mangkok ditangannya.

Bu Asri tidak menjawab , melainkan meletakkan Nampan itu di atas Meja dan menghampiri Mia.

Tiba tiba, Bu Asri mengambil mangkok bubur itu dari tangan Mia.

Lalu mengeluarkan sebuah kantong plastik hitam dari sakunya.

Di luar dugaan Mia yang mengira jika Bu Asri akan menyuapi Garra, Bu asri malah menuangkan bubur itu ke dalam kantong plastik yang di pegang nya, dan mengambil seluruh makanan yang ada di nampan milik pelayan pria tadi dan memasukkan juga ke dalam kantong plastik itu.

Mia kebingungan melihat aksi Bu Asri.

"Bu, kenapa begitu? Itu sarapan untuk Tuan muda!" tanya Mia.

"Kita harus membuangnya Nona! Tuan muda tidak boleh lagi memakan apapun dari orang lain selain dari saya." jawab Bu Asri mengejutkan Mia.

"Kenapa Bu? Kenapa harus membuangnya? Kenapa tidak boleh?" kini Mia bangun dari duduk nya dan mendekati Bu Asri yang juga mengambil minuman serta Susu yang sudah di siapkan Anton tadi lalu membuangnya begitu saja di kamar mandi.

Mia semakin bingung di buat Bu Asri.

"Bu..!"

Bu Asri menoleh, lalu tersenyum pada Mia.

"Saya hanya ingin melindungi Tuan muda Garra. Hanya ini yang bisa saya lakukan untuk tuan muda. Hanya ini!" ucap Bu Asri.

Perempuan paruh baya itu kemudian mengambil mangkok berisi bubur miliknya dan memberikan nya pada Mia.

"Silahkan jika nona ingin menyuapi Tuan Muda. Tuan Muda pasti mau sekarang."

Masih penuh dengan kebingungan, Mia menerima mangkok itu. Kembali duduk di samping Garra.

Menoleh pada Bu Asri, lalu menoleh pada Garra. Garra tersenyum tipis padanya dan mengangguk.

'Apa maksudnya?' Mia lalu menyendok bubur itu dan menyodorkan nya ke mulut Garra.

Garra membuka mulutnya dan kali ini Garra mau memakan bubur itu.

Mia semakin bingung, menoleh kembali pada Bu Asri yang masih berdiri di sana.

"Bu,.. Jangan membuat ku mati penasaran. Tolong jelaskan!" seru Mia sambil terus menyuapi Garra.

Bu Asri menarik kursi, lalu duduk tepat di depan Mia.

Terlihat Bu Asri menarik nafas, lalu mulai menjelaskan.

"Sejak Tuan Abraham memilih pelayan itu untuk menjadi pelayan pribadi Tuan muda , keadaan Tuan muda Garra bukannya membaik malah semakin memburuk." ucap Bu Asri.

"Sejak setahun ini, saya memutuskan untuk membuang apapun yang di siapkan oleh pelayan itu dan menggantinya tanpa sepengetahuan siapapun." sambung Bu Asri.

"Maksud Bu Asri?" tanya Mia.

"Bu Asri mencurigai makanan itu?" tiba tiba Mia menebak begitu saja.

Bu Asri mengangguk.

"Siapa yang memasak makanan untuk Tuan Muda?" tanya Mia.

"Saya Nona. Saya sendiri. Tapi kita tidak pernah tau kan? Apa yang terjadi pada makanan itu setelah di ambil dari saya? Untuk jaga jaga, saya berinisiatif untuk melakukan ini. Dan terbukti, meskipun tuan muda belum sembuh. Tapi setidaknya tidak terus memburuk seperti setahun yang lalu." jawab Bu Asri.

Mendengar semua ucapan Bu Asri Mia berpikir keras, berusaha mencerna ucapan itu untuk mengerti maksudnya. Lalu menoleh pada Garra yang kembali mengangguk padanya, seperti tau dan setuju dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Mia.

"Jadi.. Bu Asri mencurigai mereka, jika selama ini mereka sudah meracuni Tuan muda Garra, begitu?" tanya Mia, menoleh pada Garra dan Bu Asri secara bergantian.

Dan Bu Asri mengangguk.

"Ya Allah!" pekik Mia sambil menutup mulut nya dengan tangannya.

"Apa ini sebabnya, maka Tuan Muda semakin memburuk dan tidak kunjung sembuh?" tanya Mia lagi.Dengan cepat Mia mengganti baju Garra. Lalu duduk di samping Garra sambil memegang Sisir. Canggung! Satu kata itu yang saat ini sedang melanda mereka berdua gara gara pencucian si Anu tadi. Mia menarik nafas dalam dalam dan mengeluarkan secara perlahan. Kali ini tidak mengulanginya. Setelah merasa sedikit tenang, Mia mulai mendekati Garra untuk menyisir rambut ikalnya. Tapi tidak diikatnya seperti kemarin. Di biarkan terurai saja karena masih memang basah. Mia mencuri pandang, mau memandang langsung masih merasa malu. Tampan! Kalimat yang terucap, tapi hanya di hati. Sebenarnya, Garra pun masih malu. Namun setelah ia berpikir jika Mia itu adalah istrinya, tidak seharusnya ia malu. Apalagi selama ini kan Garra memang sudah menaruh hati pada Mia. Andai saja, keadaan tidak seperti ini! Di pertemukan dalam keadaan dan waktu yang indah, Mungkin Garra akan sangat bahagia. Melihat Mia, Garra merasa bersalah. Merasa jika hanya menjadi beban selanjutnya Mia setelah keluarganya. Garra ingin menyelamatkan Mia dari neraka keluarga Kuncoro, tapi sayang malah memasukkan Mia kedalam nerakanya. Dimana Mia harus menderita karena menikah dengan pria cacat macam dia. 'Jika Tuhan memberi aku kesempatan untuk sembuh, aku bersumpah akan menjadikan mu Ratu di hatiku, dan di rumah ini. Tidak akan ku biarkan siapapun menyakitimu lagi.' Janji Garra, yang hanya bisa melirik gadis di sampingnya itu. Yang di lirik tak sengaja menoleh, melihat gurat wajah yang tertekan itu. 'Apa tuan muda Garra masih kepikiran yang tadi ya? Rautnya masam sekali. Jangan jangan setelah dia sembuh, aku bakalan di tendangnya.' pikir Mia. 'Ah, aku senang kalau di tendang jadi istrinya. Berarti aku bebas.!' Mia senyum senyum sendiri. 'Tapi..' Mia tiba tiba berhenti senang. Jika dia di tendang dari rumah ini, lalu mau kemana? Pulang? Memikirkan itu membuat Mia ingin menarik kata katanya sendiri . Mia takut, Takut kalau untuk pulang ke rumah Ayahnya lagi. Setelah menjadi mantan Istri Tuan muda Garra, yang ada semakin akan kena hinaan dari ibu dan adik adik tirinya. 'Aku kan nanti bisa meminta uang yang banyak buat modal hidup.' entah kenapa pikiran Mia sudah jauh kemana mana. Sangat berbeda dengan khayalan Garra. Lama mereka saling melamun, dengan pikirkan masing masing, pintu terdengar di ketuk seseorang membuyarkan lamunan mereka. Mia terburu membukanya. Seorang pelayan pria berdiri di depan pintu dengan membawa sebuah nampan di tangannya. "Maaf Nona. Waktunya sarapan untuk Tuan Muda." "Oh, iya. Silahkan." jawab Mia. Pelayan itu masuk dan meletakkan nampan sarapan di atas meja. "Apa anda ingin menyuapi sarapan untuk Tuan Muda?" tanya pelayan itu. "Ah, iya. Biar saya saja. Sekarang sudah menjadi tugas saya bukan?" jawab Mia. "Baiklah Nona. Jika perlu apa apa jangan sungkan untuk memanggil saya. Nama saya Anton. Saya pelayan pribadi Tuan muda Garra dari Tuan Abraham." ucap Pria itu memperkenalkan diri. Mia hanya mengangguk. " Setelah sarapan, Tuan muda harus meminum obat. Obatnya ada di laci itu ." Pelayan itu menunjuk. "Baik Tuan, saya mengerti." sahut Mia. "Baik lah. Kalau begitu, saya permisi Nona." Pelayan itu berpamitan. "Iya, terimakasih." jawab Mia, lalu menutup pintu setelah Si Anton itu pergi. Mia kemudian melangkah, mengambil mangkok berisi bubur dari nampan yang di bawa Anton tadi dan menghampiri Garra. "Tuan muda sarapan dulu ya?" Mia menyodorkan sendok tepat di depan mulut Garra. Garra tidak membuka mulutnya,melainkan menggeleng. Garra Menolak. "Sedikit saja Tuan, setelah itu minum obat." bujuk Mia. Garra tetap tidak mau membuka mulutnya , mata Garra terus menatap pintu seperti sedang menunggu seseorang. Melihat itu, Mia bingung. 'Tuan muda tidak mau makan atau tidak mau aku yang menyuapi ya?' "Sedikit saja." Mia masih terus membujuk Garra dengan sabar. Garra tetap menolak. Mia menggaruk kepalanya, padahal tidak gatal. 'Apa maksudnya mau di suapi sama Bu Asri?' Mia kembali menebak. "Tuan, sekarang ini saya yang harus melayani Tuan muda. Jadi tidak apa apa kalau saya yang menyuapi Tuan muda. Makan ya? Ayo lah.. sedikit saja.." bujuk Mia lagi. "Nona Mia!" tiba tiba Bu Asri sudah membuka pintu , melangkah masuk sambil membawa nampan berisi sarapan juga. "Bu Asri? Apa yang Bu Asri bawa?" sapa Mia sambil bertanya. "Sarapan untuk anda dan Tuan Muda." jawab nya. "Tuan muda sudah ada sarapan Bu. Tadi pelayan mengantar nya kemari. Tapi Tuan Muda tidak mau makan." ucap Mia menunjukkan mangkok ditangannya. Bu Asri tidak menjawab , melainkan meletakkan Nampan itu di atas Meja dan menghampiri Mia. Tiba tiba, Bu Asri mengambil mangkok bubur itu dari tangan Mia. Lalu mengeluarkan sebuah kantong plastik hitam dari sakunya. Di luar dugaan Mia yang mengira jika Bu Asri akan menyuapi Garra, Bu asri malah menuangkan bubur itu ke dalam kantong plastik yang di pegang nya, dan mengambil seluruh makanan yang ada di nampan milik pelayan pria tadi dan memasukkan juga ke dalam kantong plastik itu. Mia kebingungan melihat aksi Bu Asri. "Bu, kenapa begitu? Itu sarapan untuk Tuan muda!" tanya Mia. "Kita harus membuangnya Nona! Tuan muda tidak boleh lagi memakan apapun dari orang lain selain dari saya." jawab Bu Asri mengejutkan Mia. "Kenapa Bu? Kenapa harus membuangnya? Kenapa tidak boleh?" kini Mia bangun dari duduk nya dan mendekati Bu Asri yang juga mengambil minuman serta Susu yang sudah di siapkan Anton tadi lalu membuangnya begitu saja di kamar mandi. Mia semakin bingung di buat Bu Asri. "Bu..!" Bu Asri menoleh, lalu tersenyum pada Mia. "Saya hanya ingin melindungi Tuan muda Garra. Hanya ini yang bisa saya lakukan untuk tuan muda. Hanya ini!" ucap Bu Asri. Perempuan paruh baya itu kemudian mengambil mangkok berisi bubur miliknya dan memberikan nya pada Mia. "Silahkan jika nona ingin menyuapi Tuan Muda. Tuan Muda pasti mau sekarang." Masih penuh dengan kebingungan, Mia menerima mangkok itu. Kembali duduk di samping Garra. Menoleh pada Bu Asri, lalu menoleh pada Garra. Garra tersenyum tipis padanya dan mengangguk. 'Apa maksudnya?' Mia lalu menyendok bubur itu dan menyodorkan nya ke mulut Garra. Garra membuka mulutnya dan kali ini Garra mau memakan bubur itu. Mia semakin bingung, menoleh kembali pada Bu Asri yang masih berdiri di sana. "Bu,.. Jangan membuat ku mati penasaran. Tolong jelaskan!" seru Mia sambil terus menyuapi Garra. Bu Asri menarik kursi, lalu duduk tepat di depan Mia. Terlihat Bu Asri menarik nafas, lalu mulai menjelaskan. "Sejak Tuan Abraham memilih pelayan itu untuk menjadi pelayan pribadi Tuan muda , keadaan Tuan muda Garra bukannya membaik malah semakin memburuk." ucap Bu Asri. "Sejak setahun ini, saya memutuskan untuk membuang apapun yang di siapkan oleh pelayan itu dan menggantinya tanpa sepengetahuan siapapun." sambung Bu Asri. "Maksud Bu Asri?" tanya Mia. "Bu Asri mencurigai makanan itu?" tiba tiba Mia menebak begitu saja. Bu Asri mengangguk. "Siapa yang memasak makanan untuk Tuan Muda?" tanya Mia. "Saya Nona. Saya sendiri. Tapi kita tidak pernah tau kan? Apa yang terjadi pada makanan itu setelah di ambil dari saya? Untuk jaga jaga, saya berinisiatif untuk melakukan ini. Dan terbukti, meskipun tuan muda belum sembuh. Tapi setidaknya tidak terus memburuk seperti setahun yang lalu." jawab Bu Asri. Mendengar semua ucapan Bu Asri Mia berpikir keras, berusaha mencerna ucapan itu untuk mengerti maksudnya. Lalu menoleh pada Garra yang kembali mengangguk padanya, seperti tau dan setuju dengan apa yang sedang dipikirkan oleh Mia. "Jadi.. Bu Asri mencurigai mereka, jika selama ini mereka sudah meracuni Tuan muda Garra, begitu?" tanya Mia, menoleh pada Garra dan Bu Asri secara bergantian. Dan Bu Asri mengangguk. "Ya Allah!" pekik Mia sambil menutup mulut nya dengan tangannya. "Apa ini sebabnya, maka Tuan Muda semakin memburuk dan tidak kunjung sembuh?" tanya Mia lagi.