webnovel

Luar biasa malu

Sekretaris Ang menunjukkan sebuah photo seorang gadis pada Abraham, ini sudah yang kesekian kali nya.

Abraham meneliti photo yang sudah ada di tangan nya. Gadis sederhana dan terlihat biasa saja. Tidak ada kelebihan sedikit pun kecuali kecantikan alaminya.

"Siapa nama nya?" tanya Abraham.

"Mia."

"Nama yang kampungan. Siapa dia?"

"Anak haram dari Keluarga Kuncoro Tuan. Saat ini perusahaan nya mengalami kebangkrutan Total. Kemarin ia datang merengek untuk bisa bertemu dengan anda." sahut Sekretaris Ang.

"Apa kau sudah menggali secara akurat tentang gadis itu? Aku tidak mau jika nanti nya akan salah dalam memilih istri untuk Tuan Muda Garra. Aku butuh seorang gadis yang patuh dan mudah di kendalikan. Untuk berjaga jaga agar tidak membangkang dan malah memanfaatkan kekurangan Tuan muda." ucap Abraham sekali lagi menegaskan pada Sekretaris Ang.

"Dari sekian gadis yang saya selidiki, hanya ini yang masuk kategori yang tuan ingin kan. Selain Anak haram yang tidak di harapkan , dia juga tidak bersekolah. Sudah bisa di pastikan jika gadis ini bodoh dan keluarga Kuncoro pun tidak akan peduli dengan nya. Anda bisa mempercayai saya Tuan. Susah untuk mendapatkan gadis seperti nya di jaman sekarang." sekretaris Ang meyakinkan.

"Bagus.! Kalau begitu atur jadwal pertemuan ku dengan Tuan Kuncoro dan undang dia segera." perintah Abraham, termakan bujukan sekretaris Ang.

"Baik Tuan!" jawab Sekretaris Ang.

Memutar tubuhnya melangkah sambil tergulir senyum licik di bibirnya.

Flashback sudah of.

Pagi buta,

Mia sudah bangun, seperti kebiasaan di rumah Keluarga Kuncoro.

Kedua matanya berputar. Linglung.

"Ah , iya. Aku kan berada di kamar Tuan muda Garra. Sampai lupa jika aku sudah menikah." ucap Mia segera sadar di mana dia sekarang.

Mia menuruni sofa tempat nya tidur semalam. Menatap Garra yang masih terlelap, lalu menghampiri nya.

Semakin merasa iba hati Mia ketika mendapati Garra berada di posisi yang tetap tak berubah dari pertama ia menata tubuhnya semalam.

"Malang sekali nasib mu Tuan muda." bisik Mia, kemudian melangkah ke kamar mandi untuk mandi.

Sekali lagi Mia memandangi bayangan wajahnya di cermin.

'Mau di bawa kemana nasib masa depan ku?' bisik Mia, memegang kedua pipi nya.

Lalu menunduk, menghela nafas. Setelah menguatkan hati nya dan berpikir positif Mia memulai mandi nya.

Sambil masih bergumam sendiri.

"Bahkan Tuan muda Garra masih semangat hidup dalam keadaan yang lebih malang dariku. Seharusnya aku lebih semangat dari nya."

"Aku akan merawatnya dengan baik. Semoga Tuan muda Garra cepat di sembuh dan memberi kebebasan pada ku. Semangat Mia! Semangat!" Mia menyemangati dirinya sendiri.

Lama berada di kamar mandi , akhirnya Mia selesai juga. Lalu keluar, berganti baju tanpa menoleh pada Garra yang ternyata sudah bangun dan melihat jelas Mia yang dengan PD nya berganti baju di depan nya membelakangi Garra.

Pagi hari ini mata serta pikiran Garra sedikit terganggu karena pemandangan yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.

Meskipun keadaan Garra sakit, tapi hati dan pikiran nya tetap saja masih bisa berjalan normal. Mata nya terbelalak melihat kulit mulus Mia yang terpampang jelas. Tak berkedip sambil menelan ludah dengan kasar sampai Mia selesai.

Mia memutar tubuhnya.

"Hah! Kau..! Ah, maaf. Tuan muda sudah bangun?" Mia menutup mulut nya dengan tangan, tergagap sambil menenangkan jantung nya yang hampir copot.

'Apa dia melihat ku berganti? Ceroboh sekali aku.'

Mia perlahan melangkah, sangat malu sampai memerah wajahnya. Tapi dia harus menghampiri Garra.

Duduk di tepi ranjang dengan canggung. Terdiam beberapa lama karena bingung mau bilang apa dan mau ngapain dulu. Lalu Mia menoleh pada Garra yang masih menatapnya.

"Tuan mandi ya? Saya akan siapkan."

Ahh, apa! Mandi. Aku harus memandikan nya? Ngomong apa sih aku?

Mia menggigit jarinya.

Seperti menyesal dengan tawaran nya sendiri, tapi sudah terlanjur, karena melirik Garra yang mengangguk setuju.

Mia mendengus, 'Baiklah! Sepertinya ini akan menjadi satu pekerjaan rutin ku. Lagian memang sudah menjadi kewajiban ku. Oke! Tidak masalah.'

Mia tersenyum, walau terlihat pahit di mata Garra. Karena seperti nya kali ini Mia tidak tulus ingin memandikan nya.

Mia membantu Garra bangun dan pindah di kursi roda, lalu mendorongnya di kamar mandi.

Sampai di sana, Mia membuka baju dan celana Garra, menyisakan boxer hitam milik Garra saja.

Mia berdiri di belakang Garra, menarik nafas dalam dalam dan mengeluarkan nya perlahan. Mengulangi sekali.

Mia lalu tersenyum, kali ini di usahakan untuk tulus dan ikhlas.

Mia mulai menyiram rambut Garra dengan air dingin dan menyampo rambut nya dengan lembut. Kemudian mulai menyabun tubuh Garra.

"Dingin ya Tuan?" tanya Mia melihat bibir Garra sedikit bergetar.

Garra mengangguk.

"Maaf Ya.. Sengaja memandikan Tuan muda dengan Air dingin. Air dingin di pagi hari itu bisa membantu tulang kita sehat Tuan." ucap Mia . Garra mengangguk seperti setuju saja dengan ucapan Mia.

'Bentuk badan nya sangat sempurna.' Mia berdecak kagum menatap tubuh Garra sambil memainkan busa sabun di punggung Garra yang berkulit putih dan mulus itu. Mungkin lebih putih dan mulus di banding kulit Mia.

Ya Ampun! Apa apaan sih aku ini?

Mia langsung sadar ,menepuk kepala nya sendiri dan kembali melanjutkan pekerjaan nya.

Semua tubuh bagian atas Garra sudah selesai di bersihkan oleh Mia. Kini Mia beranjak ke depan Garra untuk membersihkan bagian bawah. Tangan Mia dengan lembut mulai membersihkan kaki dan paha Garra dengan telaten.

Tapi saat mau membersihkan bagian yang itu, Mia ragu. Menarik tangan nya dan mundur selangkah dari hadapan Garra.

'Apa harus membersihkan yang itu juga? Tapi kalau tidak, siapa yang akan membersihkan ? Sudah ada di surat perjanjian jika semua urusan mengurus nya harus aku.'

Mia kembali maju, menatap Garra yang menunduk. Ada perasaan yang begitu tidak enak di hati Garra. Saat ini hatinya menangis, 'Sampai segitu nya hidupku. Tidak berguna begini. Mana mungkin gadis polos seperti dia mau menyentuh anu ku ini?'

Saat merasakan tangan Mia kembali menyentuhnya, Garra mendongak. Pandangan mereka bertemu. Garra menggeleng kan kepala tanda agar Mia jangan melakukan nya.

Mia kembali menarik tangan nya.

Mereka sama sama menunduk, sama sama tidak enak hati.

"Tuan muda!" panggil Mia. Garra kembali mendongak.

"Ijinkan saya membersihkan nya. Tidak apa apa ya?" tanya Mia. Mia tau Garra tidak mau karena malu.

Garra menggeleng kembali.

"Tuan muda. Saya kan istri Tuan muda. Sah lho di mata Agama dan Negara. Nanti saya berdosa jika tidak mengurus Tuan muda yang memang sedang sakit dan belum bisa mandi sendiri. Saya tidak mau jadi istri durhaka. Saya juga tidak mau kalau harus mengecewakan Tuan Abraham." bujuk Mia.

Garra masih diam.

"Tuan..., kita harus membiasakan diri agar tidak canggung lagi. Karena saya harus tetap berada disisi Tuan muda sampai tuan muda sembuh. Nanti kalau tuan muda sudah sembuh, boleh kok menendang atau menghukum saya atas kelancangan saya ini yang sudah berani menyentuh barang berharga satu satunya milik Tuan muda." ucap Mia terus membujuk Garra.

Mia ingin tertawa, ingin mengutuk diri sendiri dengan ucapan nya yang sok bijak. Belum rasa malu nya yang harus di sembunyikan sungguh luar biasa.

Lama saling diam, akhirnya Garra mengangguk pelan.

Mia tersenyum, walau sedikit kecut.

Tangan Mia terlihat gemetaran.

Dan...

Terjadi lah yang seharusnya terjadi.

****

Mereka akhirnya keluar juga dari kamar mandi setelah sekian lama berada di dalam hanya karena perdebatan kecil untuk membersihkan si anu itu.

Wajah mereka terlihat sama sama memerah karena menahan malu.

Jantung kedua nya juga belum berhenti dari detakan kencang nya.

Maklum lah, sama sama pengalaman pertama. Yang satu belum pernah di sentuh oleh seorang perempuan selain ibu nya dan bu Asri yang memang pengasuhnya sejak kecil. Yang satu nya juga begitu, boro boro menyentuh seorang laki laki utuh macam saat ini, menatap pria pun belum pernah terjadi selain Garra.

Dengan cepat Mia mengganti baju Garra. Lalu duduk di samping Garra sambil memegang sisir.

Canggung!

bersambung....!!!Sekretaris Ang menunjukkan sebuah photo seorang gadis pada Abraham, ini sudah yang kesekian kali nya. Abraham meneliti photo yang sudah ada di tangan nya. Gadis sederhana dan terlihat biasa saja. Tidak ada kelebihan sedikit pun kecuali kecantikan alaminya. "Siapa nama nya?" tanya Abraham. "Mia." "Nama yang kampungan. Siapa dia?" "Anak haram dari Keluarga Kuncoro Tuan. Saat ini perusahaan nya mengalami kebangkrutan Total. Kemarin ia datang merengek untuk bisa bertemu dengan anda." sahut Sekretaris Ang. "Apa kau sudah menggali secara akurat tentang gadis itu? Aku tidak mau jika nanti nya akan salah dalam memilih istri untuk Tuan Muda Garra. Aku butuh seorang gadis yang patuh dan mudah di kendalikan. Untuk berjaga jaga agar tidak membangkang dan malah memanfaatkan kekurangan Tuan muda." ucap Abraham sekali lagi menegaskan pada Sekretaris Ang. "Dari sekian gadis yang saya selidiki, hanya ini yang masuk kategori yang tuan ingin kan. Selain Anak haram yang tidak di harapkan , dia juga tidak bersekolah. Sudah bisa di pastikan jika gadis ini bodoh dan keluarga Kuncoro pun tidak akan peduli dengan nya. Anda bisa mempercayai saya Tuan. Susah untuk mendapatkan gadis seperti nya di jaman sekarang." sekretaris Ang meyakinkan. "Bagus.! Kalau begitu atur jadwal pertemuan ku dengan Tuan Kuncoro dan undang dia segera." perintah Abraham, termakan bujukan sekretaris Ang. "Baik Tuan!" jawab Sekretaris Ang. Memutar tubuhnya melangkah sambil tergulir senyum licik di bibirnya. Flashback sudah of. Pagi buta, Mia sudah bangun, seperti kebiasaan di rumah Keluarga Kuncoro. Kedua matanya berputar. Linglung. "Ah , iya. Aku kan berada di kamar Tuan muda Garra. Sampai lupa jika aku sudah menikah." ucap Mia segera sadar di mana dia sekarang. Mia menuruni sofa tempat nya tidur semalam. Menatap Garra yang masih terlelap, lalu menghampiri nya. Semakin merasa iba hati Mia ketika mendapati Garra berada di posisi yang tetap tak berubah dari pertama ia menata tubuhnya semalam. "Malang sekali nasib mu Tuan muda." bisik Mia, kemudian melangkah ke kamar mandi untuk mandi. Sekali lagi Mia memandangi bayangan wajahnya di cermin. 'Mau di bawa kemana nasib masa depan ku?' bisik Mia, memegang kedua pipi nya. Lalu menunduk, menghela nafas. Setelah menguatkan hati nya dan berpikir positif Mia memulai mandi nya. Sambil masih bergumam sendiri. "Bahkan Tuan muda Garra masih semangat hidup dalam keadaan yang lebih malang dariku. Seharusnya aku lebih semangat dari nya." "Aku akan merawatnya dengan baik. Semoga Tuan muda Garra cepat di sembuh dan memberi kebebasan pada ku. Semangat Mia! Semangat!" Mia menyemangati dirinya sendiri. Lama berada di kamar mandi , akhirnya Mia selesai juga. Lalu keluar, berganti baju tanpa menoleh pada Garra yang ternyata sudah bangun dan melihat jelas Mia yang dengan PD nya berganti baju di depan nya membelakangi Garra. Pagi hari ini mata serta pikiran Garra sedikit terganggu karena pemandangan yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Meskipun keadaan Garra sakit, tapi hati dan pikiran nya tetap saja masih bisa berjalan normal. Mata nya terbelalak melihat kulit mulus Mia yang terpampang jelas. Tak berkedip sambil menelan ludah dengan kasar sampai Mia selesai. Mia memutar tubuhnya. "Hah! Kau..! Ah, maaf. Tuan muda sudah bangun?" Mia menutup mulut nya dengan tangan, tergagap sambil menenangkan jantung nya yang hampir copot. 'Apa dia melihat ku berganti? Ceroboh sekali aku.' Mia perlahan melangkah, sangat malu sampai memerah wajahnya. Tapi dia harus menghampiri Garra. Duduk di tepi ranjang dengan canggung. Terdiam beberapa lama karena bingung mau bilang apa dan mau ngapain dulu. Lalu Mia menoleh pada Garra yang masih menatapnya. "Tuan mandi ya? Saya akan siapkan." Ahh, apa! Mandi. Aku harus memandikan nya? Ngomong apa sih aku? Mia menggigit jarinya. Seperti menyesal dengan tawaran nya sendiri, tapi sudah terlanjur, karena melirik Garra yang mengangguk setuju. Mia mendengus, 'Baiklah! Sepertinya ini akan menjadi satu pekerjaan rutin ku. Lagian memang sudah menjadi kewajiban ku. Oke! Tidak masalah.' Mia tersenyum, walau terlihat pahit di mata Garra. Karena seperti nya kali ini Mia tidak tulus ingin memandikan nya. Mia membantu Garra bangun dan pindah di kursi roda, lalu mendorongnya di kamar mandi. Sampai di sana, Mia membuka baju dan celana Garra, menyisakan boxer hitam milik Garra saja. Mia berdiri di belakang Garra, menarik nafas dalam dalam dan mengeluarkan nya perlahan. Mengulangi sekali. Mia lalu tersenyum, kali ini di usahakan untuk tulus dan ikhlas. Mia mulai menyiram rambut Garra dengan air dingin dan menyampo rambut nya dengan lembut. Kemudian mulai menyabun tubuh Garra. "Dingin ya Tuan?" tanya Mia melihat bibir Garra sedikit bergetar. Garra mengangguk. "Maaf Ya.. Sengaja memandikan Tuan muda dengan Air dingin. Air dingin di pagi hari itu bisa membantu tulang kita sehat Tuan." ucap Mia . Garra mengangguk seperti setuju saja dengan ucapan Mia. 'Bentuk badan nya sangat sempurna.' Mia berdecak kagum menatap tubuh Garra sambil memainkan busa sabun di punggung Garra yang berkulit putih dan mulus itu. Mungkin lebih putih dan mulus di banding kulit Mia. Ya Ampun! Apa apaan sih aku ini? Mia langsung sadar ,menepuk kepala nya sendiri dan kembali melanjutkan pekerjaan nya. Semua tubuh bagian atas Garra sudah selesai di bersihkan oleh Mia. Kini Mia beranjak ke depan Garra untuk membersihkan bagian bawah. Tangan Mia dengan lembut mulai membersihkan kaki dan paha Garra dengan telaten. Tapi saat mau membersihkan bagian yang itu, Mia ragu. Menarik tangan nya dan mundur selangkah dari hadapan Garra. 'Apa harus membersihkan yang itu juga? Tapi kalau tidak, siapa yang akan membersihkan ? Sudah ada di surat perjanjian jika semua urusan mengurus nya harus aku.' Mia kembali maju, menatap Garra yang menunduk. Ada perasaan yang begitu tidak enak di hati Garra. Saat ini hatinya menangis, 'Sampai segitu nya hidupku. Tidak berguna begini. Mana mungkin gadis polos seperti dia mau menyentuh anu ku ini?' Saat merasakan tangan Mia kembali menyentuhnya, Garra mendongak. Pandangan mereka bertemu. Garra menggeleng kan kepala tanda agar Mia jangan melakukan nya. Mia kembali menarik tangan nya. Mereka sama sama menunduk, sama sama tidak enak hati. "Tuan muda!" panggil Mia. Garra kembali mendongak. "Ijinkan saya membersihkan nya. Tidak apa apa ya?" tanya Mia. Mia tau Garra tidak mau karena malu. Garra menggeleng kembali. "Tuan muda. Saya kan istri Tuan muda. Sah lho di mata Agama dan Negara. Nanti saya berdosa jika tidak mengurus Tuan muda yang memang sedang sakit dan belum bisa mandi sendiri. Saya tidak mau jadi istri durhaka. Saya juga tidak mau kalau harus mengecewakan Tuan Abraham." bujuk Mia. Garra masih diam. "Tuan..., kita harus membiasakan diri agar tidak canggung lagi. Karena saya harus tetap berada disisi Tuan muda sampai tuan muda sembuh. Nanti kalau tuan muda sudah sembuh, boleh kok menendang atau menghukum saya atas kelancangan saya ini yang sudah berani menyentuh barang berharga satu satunya milik Tuan muda." ucap Mia terus membujuk Garra. Mia ingin tertawa, ingin mengutuk diri sendiri dengan ucapan nya yang sok bijak. Belum rasa malu nya yang harus di sembunyikan sungguh luar biasa. Lama saling diam, akhirnya Garra mengangguk pelan. Mia tersenyum, walau sedikit kecut. Tangan Mia terlihat gemetaran. Dan... Terjadi lah yang seharusnya terjadi. **** Mereka akhirnya keluar juga dari kamar mandi setelah sekian lama berada di dalam hanya karena perdebatan kecil untuk membersihkan si anu itu. Wajah mereka terlihat sama sama memerah karena menahan malu. Jantung kedua nya juga belum berhenti dari detakan kencang nya. Maklum lah, sama sama pengalaman pertama. Yang satu belum pernah di sentuh oleh seorang perempuan selain ibu nya dan bu Asri yang memang pengasuhnya sejak kecil. Yang satu nya juga begitu, boro boro menyentuh seorang laki laki utuh macam saat ini, menatap pria pun belum pernah terjadi selain Garra. Dengan cepat Mia mengganti baju Garra. Lalu duduk di samping Garra sambil memegang sisir. Canggung!