webnovel

Bab5. Harus Terima

Langkah Nada yang hendak kembali memasuki rumahnya itu tertahan, saat mobil Wira memasuki halaman rumah, Nada berbalik dan melihat lelaki itu keluar dari mobil.

Wira sudah langsung tersenyum saja melihat mereka semua di sana, Nada yakin apa yang akan didengarnya kali ini pasti bukan kabar yang membahagiakan baginya.

"Gimana, sudah bisa memutuskan?"

Mereka saling lirik satu sama lain, Wira telah berdiri diantara mereka saat ini.

"Kenapa diam saja?"

"Ini apa maksudnya?" tanya Nada.

Wira tersenyum dan mengangguk, jadi mereka belum mendapatkan kepastian apa pun juga.

"Papah yang undang mereka?" tanya Nada lagi.

"Iya, kamu benar."

"Untuk apa?"

"Sesuai yang Papah katakan, Papah mau kamu mulai urus perusahaan, dan Papah yakin kamu butuh salah satu dari mereka, atau mungkin mereka semua."

Nada mengernyit, apa maksudnya, untuk apa mereka semua.

"Sekarang kamu silahkan bicara sama mereka, dan kamu tentu satu atau dua pilihan kamu, mereka akan menjaga kamu setiap kamu ada di luar rumah."

"Apaan sih, gak perlu, aku bisa jaga diri aku sendiri."

Wira menggeleng, itu tidak mungkin, Nada tidak tahu pekerjaan seperti apa yang akan diberikan Wira.

Nada akan menjadi pimpinan di perusahaan besar, bahkan Wira pun memerlukan orang untuk menjaganya, apa lagi Nada.

"Jalan sendirian, nanti kena jambret lagi, Neng."

Nada mengernyit dan langsung memukul lelaki jelek itu, berani sekali dia mengatai Nada seperti itu.

"Itu kan kenyataan, kemarin saja seperti itu adanya."

"Kenapa, berasa jadi pahlawan, besar kepala."

Nada mendelik, menjengkelkan sekali, kenapa harus ada lelaki itu diantara mereka semua.

"Papah, Papah yakin lelaki kayak dia bisa jaga aku, rawat dirinya sendiri saja gak bisa."

"Tenang saja, kalau untuk tugas, saya akan berusaha menjalankannya dengan baik."

"Yang tanya kamu siapa?"

"Maaf, Neng."

"Nang Neng Nang Neng, sok akrab banget."

Lexi tersenyum dan mengangguk, kenapa Nada begitu menggemaskan.

"Kamu mau kalau dia jadi pengawal kamu, kalian sepertinya sudah akrab." ucap Wira.

"Gak maulah, mana bisa jagain aku, kena pukul sekali juga sudah langsung mati kali."

"Eh jangan sembarangan kamu ini."

"Ya Papah lihat saja sendiri, bentukannya saja seperti itu."

Wira menggeleng dan melirik Delina, apa seperti itu hasil didikan mereka berdua.

"Nanti Mamah coba bicara."

"Tidak bisa nanti, Nada harus putuskan sekarang, dia mulai beraktivitas besok."

"Ya sudah, Nada kamu tentukan saja ya, kamu mau siapa yang bekerja sama kamu?"

"Gak tahu ah, gak jelas."

Nada berlalu begitu saja meninggalkan mereka semua, tanpa peduli dengan panggilan Wira dan Delina.

"Baiklah, saya tidak mau ambil pusing dengan semua ini, saya percaya dengan kerja Diman, dan sebaiknya saya saja yang tentukan."

Setelah mendengar kalimat Wira, mereka seketika memperbaiki posisinya, mereka ingin bekerja dan mereka harus berusaha agar bisa terpilih.

"Nada itu manja, dia keras kepala, apa yang diinginkannya harus terpenuhi, dia bisa saja bertingkah seperti bocah jika ada yang menentang keinginannya."

Mereka mengangguk paham, mungkin memang selalu seperti itu sifat seorang anak kaya seperti Nada.

"Tapi sekarang, saya mau Nada bertanggung jawab, bukan hanya untuk dirinya sendiri tapi untuk perusahaan juga, saya akan melibatkan Nada dalam perusahaan saya dan saya mau kalian menjaganya dengan baik."

"Saya siap, Pak." ucap Lexi penuh keyakinan.

Wira mengangguk, tidak ada salahnya jika Wira memberikan kesempatan pada lelaki itu, bukankah tidak seharusnya menilai seseorang dari penampilan saja.

"Saya bukan tidak percaya dengan kamu, tapi saya perlu bukti dulu, dan sebelum saya mendapatkan bukti kalau kamu mampu menjaga anak saya, saya akan pilih kamu."

"Tidak masalah Pak, silahkan saja."

Wira mengangguk, baguslah karena Lexi tidak mempersulit semuanya.

"Jadi gimana, Pah?" tanya Delina.

"Papah akan biarkan mereka bekerja, sampai Papah bisa memutuskan salah satunya."

"Semua bersama Nada?"

"Iya, biarkan saja, biar mereka juga tahu seperti apa Nada, dan mungkin saja diantara mereka ada yang tidak mampu menghadapi Nada nantinya."

Delina mengangguk setuju, sepertinya itu benar, dan Delina sepemikiran dengan Wira.

"Ya sudah, besok kalian datang kesini jam 6, kalian bisa bawa barang kalian dan kalian bisa tinggal disini kalau memang perlu."

"Serius, Pak?" tanya Lexi.

"Silahkan saja, saya tidak mau kalau kalian sampai terlambat datang, dan pada akhirnya anak saya yang kena imbasnya."

"Kita semua tinggal disini, Pak?" tanya Anton.

"Iya, itu bukan masalah, di belakang masih ada beberapa kamar."

Mereka saling lirik satu sama lain, bukankah itu kabar yang bagus, mereka tidak perlu mencari tempat sewa untuk tinggal.

"Mamah gak masalah kan?"

"Enggak, gak apa-apa biar saja, biar makin hangat kalau tambah orang lagi."

Wira tersenyum dan mengangguk, tentu saja itu benar karena rumah mereka yang begitu besar, membutuhkan banyak penghuni.

"Ya sudah, ayo silahkan dinikmati suguhannya." ucap Delina.

Mereka melirik meja, kini meja itu sudah terisi lengkap dengan makanan dan minuman, Wira juga mempersilahkan mereka untuk bersantai saja dulu sebelum nanti pulang dan kembali lagi.

"Mamah mau temui Nada dulu."

"Iya, dia harus terima keputusan Papah."

Delina mengangguk, akan Delina usahakan dan semoga saja Nada memang mau mengerti.

"Ayo silahkan Pak, jangan sungkan."

"Terimakasih, Bu."

Delina mengangguk dan berlalu meninggalkan mereka, Wira kembali mempersilahkan mereka untuk duduk.

Wira juga ikut berbincang santai dengan mereka seraya menikmati hidangannya, biarkan saja Wira akan kembali ke kantor setelah jam makan siang nanti.

Sekarang Wira ingin mengenal mereka terlebih dahulu, sekalian memastikan kalau mereka memang siap dengan pekerjaannya menjaga Nada.

Wira juga menjelaskan seperti apa bisnisnya, dimana perusahaannya berserta dengan cabangnya, juga lengkap dengan banyaknya saham-saham milik Wira yang ada di perusahaan besar lainnya.

Mereka mengerti kenapa harus menjaga Nada, karena memang Nada bukan berasal dari keluarga sembarangan, pasti banyak orang yang iri dan bahkan membenci keluarga Wira karena kesuksesannya itu.

Semua orang tua pasti akan melakukan hal yang sama demi bisa menjaga anaknya, termasuk juga dengan Wira, setelah semua yang dimilikinya bukan tidak mungkin banyak orang yang ingin menjatuhkan dan mencelakainya.

"Pak maaf, sebelumnya saya mau tanya, apa Neng Nada memiliki kekasih?" tanya Lexi

"Untuk apa bertanya seperti itu?"

"Untuk memastikan, apa kita harus menjaga Neng Nada dari kekasihnya jiga atau tidak, karena kan kejahatan bisa datang dari mana saja."

Wira mengangguk paham, dan sepertinya itu memang benar adanya, mereka juga harus memperhatikan sampai kesisi itu.

"Saya tidak pernah mendengar Nada membahas pasangan, dan sepertinya memang tidak ada, tapi tidak ada salahnya kalian awasi juga."

"Baik, kami paham, Pak."