webnovel

Bab6. Tragedi Pagi Hari

6 orang baru itu telah berdiri tegap di samping tangga, mereka menunggu Nada turun dari atas sana, tidak ada yang terlambat untuk hari pertama karena sekarang mereka tampak kompak berada di tempat.

"Papah gak antar Nada dulu?" tanya Delina.

"Gak usahlah, Papah sudah kasih tahu kemana Nada harus pergi."

"Gak diantar Pak Hasim juga?"

"Pak Hasim sama Papah, biarkan saja, Nada kan sudah ada mereka."

Keduanya menuruni tangga dan melihat mereka semua, kedatangan Wira dan Delina disambut hormat oleh mereka semua.

"Selamat pagi, Pak, Bu." sapa Firman.

"Selamat pagi, kalian sudah benar-benar siap?" tanya Wira.

"Siap, Pak." ucapnya kompak.

Wira melirik Delina dan mengangguk bersamaan, bagus kalau begitu, jika mereka siap berarti Wira bisa merasa tenang membiarkan Nada bekerja.

"Neng Nada mana, sudah siap?" tanya Lexi.

"Nama kamu siapa sih?" tanya Delina.

"Saya Lexi, Bu."

Delina mengangguk, namanya bagus tapi kenapa orangnya tidak terlihat bagus.

"Ada masalah, Bu?"

"Tidak, saya hanya mau tahu saja nama kamu, kan belum tahu."

Lexi mengangguk paham, Delina lantas mengajak Wira untuk segera ke meja makan saja, karena makanan di sana sudah siap sedia.

"Aaaa .... Mamah," jerit Nada.

Keduanya menoleh bersamaan, begitu juga dengan 6 orang itu, mereka melihat Nada yang jatuh di sana.

Nada jatuh menuruni tangga dengan posisi terlentang, melihat hal itu Lexi langsung berlari manaiki tangga dan menahan Nada di kedua ketiaknya.

Lexi membungkuk, dengan Nada yang ada di bawahnya, mereka yang di bawah sana terlihat saling lirik satu sama lain melihat Lexi dan Nada di sana.

Mata Nada tampak terpejam, semua bagian belakang tubuhnya terasa sakit, Nada harus menahannya juga.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Lexi.

Nada membuka matanya perlahan dan terdiam menatap wajah di hadapannya, mata itu terasa menghangatkan, Nada serasa menemukan kenyaman sendiri dari tatapan itu.

Delina langsung menyusul keduanya dan memecah fokus Nada dan Lexi.

"Nada, kamu gak apa-apa?" tanya Delina.

Keduanya menoleh bersamaan, Nada langsung meringis kesakitan, dan minta dibangunkan pada Delina.

"Biar saya saja, Bu."

Lexi memundurkan langkahnya dan menarik Nada hingga berdiri, Delina langsung mengusap punggung Nada.

"Sakit, Mah."

"Lagian, kamu gimana sih kok bisa jatuh?"

Nada melepaskan sepatunya dan menunjukan jika heelsnya copot sebelah, Delina tersenyum seraya melirik Lexi, apa Nada tidak memeriksa semua yang akan di pakainya.

Lexi menunduk dengan menutup mulutnya perlahan, sungguh menggemaskan wanita di hadapannya itu.

"Ngapain ketawa?" tanya Nada seraya memukulkan sepatunya pada Lexi.

"Maaf, Neng."

"Maaf maaf, kesempatan ya, euh pergi sana."

"Permisi."

Lexi lantas turun dan berdiri bersama mereka lagi, Nada mengusap kepalanya, sakit sekali terbentur berkali-kali seperti itu.

"Pusing?"

"Sedikit."

"Kamu bisa pergi kan?"

Nada mengangguk, mau bagaimana lagi bukankah Nada tidak bisa menolak untuk semuanya.

"Ya sudah ayo turun, awas hati-hati."

"Aku harus ambil sepatu, masa aku pakai ini."

"Ya sudah, tapi hati-hati nanti turunnya lagi."

"Iya ah."

Nada kembali menaiki tangga untuk ke kamarnya, kenapa juga sepatu itu harus rusak padahal Nada baru memakainya dua kali saja.

Delina menggeleng dan kembali turun menghampiri Wira.

"Nada gak apa-apa?" tanya Wira

"Gak apa-apa, cuma sakit sedikit."

"Jadi pergi?"

"Jadi, dia ganti sepatu dulu."

"Ya sudah, ayo kita makan, ajak mereka juga."

Delina mengangguk dan mengajak mereka untuk makan bersama dengannya, makanan yang disiapkan pasti banyak karena Delina sudah memesannya kemarin malam.

"Saya disini saja Bu, takutnya nanti Neng Nada jatuh lagi." ucap Lexi.

Delina mengangguk setuju, tidak masalah karena pada akhirnya Nada juga akan ke meja makan.

"Ya sudah ayo, kalian bareng saya."

Mereka mengangguk dan mengikuti langkah Delina, Wira dan Delina memang selalu mengistimewakan setiap yang kerja bersama mereka, apa lagi jika orang baru seperti mereka.

Lexi tersenyum sendiri mengingat Nada yang tadi terjatuh, Lexi bisa menatap wajah itu dalam jarak yang sangat dekat, mata yang terpejam itu, bulu mata yang lentik itu, dan bibir yang sedikit tebal sungguh istimewa.

Lexi menggeleng dan mengusap wajahnya, apa yang sudah difikirkannya, kenapa bisa Lexi berfikir seperti itu tentang majikannya sendiri.

Lexi melirik tangga saat mendengar suara langkah di sana, Nada tampak turun dengan santainya.

"Ngapain disana, gak dengar aku suruh pergi sejak tadi?"

Nada menghentikan langkahnya di hadapan Lexi.

"Maaf Neng, tapi disini saya kerja untuk Bapak, jadi hanya Bapak yang bisa mengusir saya."

"Ih besar kepala sekali kamu, kamu disini dipekerjakan untuk menjaga aku, harusnya kamu lebih dengar aku."

"Maaf, Neng."

Nada berdecak dan berlalu meninggalkan Lexi, tapi Lexi juga turut mengikuti Nada karena tadi sudah diajak Delina dan Wira juga.

"Awas ya berani lagi sentuh aku, kamu sudah dua kali kurang ajar sama aku."

Lexi hanya mengangguk saja, meski Nada tidak melihat anggukannya yang penting Lexi sudah meresponnya.

"Kalau sekali lagi kamu curi kesempatan buat sentuh aku, aku akan laporkan kamu biar Papah pecat kamu saja."

Lexi tersenyum, kenapa wanita itu malah mengomel seperti itu, bukannya berterima kasih karena Lexi sudah menolongnya tadi.

Nada memejamkan matanya sesaat dan berbalik begitu saja, hal itu membuat langkah Lexi tak terkontrol dengan baik, hingga membuatnya menabrak Nada.

Nyaris saja Nada terjatuh, tapi untung Lexi menahannya dengan cepat, lagi dan lagi, Lexi mendapatkan kesempatan untuk memeluk pinggang Nada.

"Kalau tidak mau aku kurang aja, jalan yang benar, tugas ku adalah menjaga mu, aku tidak akan biarkan kamu terjatuh."

Nada mengernyit dan langsung menampar Lexi dengan kerasnya, karena tamparan itu Lexi seketika melepaskan tahannya di pinggang Nada.

"Aawww .... sss ih."

Lexi sedikit tertawa melihat Nada yang akhirnya terjatuh, suruh siapa Nada menamparnya, Lexi jadi spontan melepaskannya.

"Kurang ajar ya," ucap Nada seraya bangkit.

"Maaf Neng, lagi pula kenapa harus menampar saya."

"Ya karena kamu kurang ajar."

"Saya hanya menjaga Neng Nada saja."

"Alasan, euh."

Nada berlalu setelah sempat menghentakan kakinya kesal, Lexi tersenyum dan menggeleng.

"Memang tidak tahu terimakasih," ucap Lexi.

Lexi melanjutkan langkahnya seraya mengusap pipinya, memang sakit tapi itu bukan masalah dan tidak membuat Lexi marah juga.

"Kamu kenapa lagi, kenapa marah-marah?"

Nada duduk masih dengan wajah kesalnya, tak berniat sedikit pun untuk menjawab pertanyaan Delina.

Nada mengisi piringnya dengan apa yang diinginkannya, Nada melahapnya tanpa permisi pada mereka yang ada di sana.

"Ayo Lexi, silahkan makan." ucap Delina

"Terimakasih, Bu."

Lexi turut duduk dan mengambil bagiannya, mereka menikati sarapan paginya bersama, setelah itu mereka harus mulai dengan kesibukannya.