webnovel

Bab4. Ada Lagi

Tiga hari berada di rumah, Wira kini telah bisa kembali beraktivitas di kantor, sesuai dengan apa yang dibicarakannya dengan Nada waktu itu, Wira akan mencarikan pengawal untuknya.

Setelah pengawal itu ada, Nada akan langsung terjun di perusahaan Wira, mengurus semuanya seperti yang kerap Wira lakukan, dan Wira tidak mau membuat putrinya itu ada dalam bahaya.

Wira menekan sambungannya kepada orang kepercayaannya di kantor, semua telah ditugaskan pada orang tersebut, sehingga sekarang Wira hanya tinggal melihat hasilnya saja.

"Bawa mereka ke ruangan saya sekarang."

Sesaat menunggu, Wira menutup kembali sambungannya.

Tak sampai lima menit, karena orang yang tadi berbicara dengannya telah datang dengan membawa beberapa orang bersamanya.

"Permisi, Pak."

"Silahkan."

Mereka masuk dan berdiri di hadapan Wira, Wira meneliti setiap orang itu, perhatiannya terhenti pada sosok kurus dan kucel yang sempat dilihatnya pagi itu.

"Selamat pagi, Pak." sapanya.

Wira langsung melirik Diman orang kepercayaannya itu.

"Maaf Pak, tapi dia sudah membuktikan jika dia pantas di percaya, dia sudah bisa mengalahkan beberapa orang kepercayaan bapak dalam waktu singkat."

Wira mengangkat sebelah alisnya, dan bukankah waktu itu dia telah berhasil kembalikan tas Nada, padahal tas itu sudah di bawa lari oleh jambret.

"Kalau Bapak tidak suka, saya bisa keluarkan dia."

"Tidak perlu."

Diman diam, Wira tampak bangkit dari duduknya dan berjalan mengitari 6 orang itu, Wira masih meneliti mereka semua karena ingin agar bisa menjaga Nada dengan baik.

"Siapa saja nama kalian?" tanya Wira.

"Saya Anton, Pak.

Saya Firman, saya Ade, saya Rifki, saya Pandi, Saya Lexi.

Wira mengangguk, dan kembali terfokus pada lelaki kurus itu, Lexi .... bukankah itu nama yang bagus tapi kenapa penampilannya seperti itu.

"Dari mana kemampuan kamu untuk bisa mengalahkan anak buah saya?"

"Dari ayah saya, Pak."

"Maksud kamu, turun temurun?"

Lexi mengangguk, Wira mengusap dagunya dan berjalan ke hadapan Lexi, Wira kembali diam menatap lelaki itu.

Tapi kalau dia yang ditugaskan untuk menjaga Nada, apa tidak akan jadi lelucon, bisa saja mereka meremehkannya, dan bisa juga kemenangannya melawan anak buah Wira hanya kebetulan saja.

"Bagaimana, Pak?" tanya Diman.

Wira menggeleng, saya perlu tanyakan ini pada Nada langsung, biarkan dia yang menentukan sendiri siapa yang akan ada bersamanya.

"Saya harus membawa mereka ke rumah?"

"Tentu saja, Nada pasti ada di rumah sekarang, jadi sebaiknya kamu antarkan mereka ke rumah."

"Bapak juga mau pulang?"

"Tentu saja."

Diman mengangguk paham, setelah merasa cukup dengan penjelasan Wira, Diman lantas mengajak mereka semua keluar ruangan.

Wira kembali duduk dan mengerjakan beberapa pekerjaan yang memang harus segera selesai, Wira akan menunda yang lainnya dan akan menyusul pulang.

Wira tahu kalau Nada pasti akan menolak mereka semua, tapi bagaimana pun juga Nada harus mau menerima semua keputusan Wira, karena itu juga untuk kebaikannya sendiri.

----

"Mah, Mamah, aku pergi ya."

"Mau kemana kamu?"

"Jalan dong, kan sebentar lagi aku mau sibuk di perusahaan, dan sebelun itu aku harus senang-senang dulu untuk terakhir kalinya."

"Nada, ini masih pagi, jangan berlebihan."

"Berlebihan sih, inu terakhir kali loh, kata Papah kan besok aku mulai kerja, malas."

Delina menggeleng, kenapa Nada harus berfikir seperti itu, padahal bekerja juga ada liburnya dan Nada bisa belanja saat waktu libur itu.

"Ayolah, Mah."

"Gak bisa, kamu boleh pergi tapi nanti siang saja atau kalau enggak, nanti malam saja."

"Kok gitu, apa bedanya sama sekarang?"

"Beda, pokoknya sudahlah, kamu sekarang diam di rumah, tunggu Papah kamu pulang dulu."

"Tunggu Papah pulang, sore dong Mamah."

"Ya gak apa-apa, Sayang."

Delina merapikan rambut Nada, Nada mendelik, kenapa Delina malah membuat Nada kesal, kenapa harus menghalangi Nada seperti itu.

"Dengar Mamah ya."

"Iya."

Nada berbalik dan berlalu meninggalkan Delina, bersamaan dengan itu, bel rumah berdenting dan tampak satpam memasuki rumah.

"Ada apa, Pak?" tanya Delina.

"Di luar ada Diman sana beberapa orang."

"Beberapa orang, siapa?"

"Tidak tahu, Bu."

"Ya sudah, saya ke depan."

Lelaki itu berlalu lebih dulu, Delina kembali melirik Nada yang kini telah tak terlihat lagi, Delina lantas pergi menyusul satpam tadi.

Delina keluar dan melihat mereka semua, sama halnya dengan Wira tadi, perhatian Delina juga terfokus pada lelaki yang sempat datang ke rumah waktu itu.

"Ada apa ini, kenapa banyak orang?" tanya Delina.

"Bapak yang minta, dan beliau juga minta agar mereka dibawa ke rumah sekarang."

Delina mengangkat sebelah alisnya, mungkin Delina mengerti jika mereka adalah orang pilihan yang akan dijadikan pengawal Nada.

"Tunggu Pak, kenapa bisa ada dia?"

Diman melirik Lexi, lagi-lagi lelaki itu yang dipertanyakan.

"Maaf Bu, tapi saya sudah lihat kemampuan dia, dan memang tidak buruk, justru sangat bagus."

"Bapak yakin?"

"Yakin, Bu."

Delina menggangguk, baiklah terserah saja, sekarang lebih baik Delina telepon Nada agar segera keluar rumah.

"Bapak mau pulang kan?" tanya Delina seraya menempelkan ponsel ke telinganya.

"Pulang Bu, sebentar lagi menyusul."

Delina mengangguk, baguslah, Nada pasti menolak semuanya dan Wira yang harus menjelaskannya.

"Hallo, turun dulu, Sayang."

Delina masih tetap memperhatikan mereka semua.

"Turun dulu saja, ada tamu untuk kamu."

Delina lantas menutup sambungannya, apa Delina harus mempersilahkan mereka masuk.

"Emmm .... gimana ya, kalian mau masuk?"

Tak ada yang menjawab, Delina melirik Diman yang tampak menggeleng, baiklah jadi mereka hanya ingin di luar saja.

"Oke, silahkan duduk."

Delina mempersilahkan mereka untuk duduk di kursi yang tersedia di sana.

"Bi, minta jamuan Bi, untuk 7 orang."

"Iya, Bu."

Delina turut duduk, dan berbincang dengan mereka, sepertinya tidak ada salahnya jika Delina bertanya beberapa hal saja.

"Kaliam yakin, mau dengan pekerjaan ini, kalian tahu siapa Wira?"

Mereka mengangguk kompak, Kecuali Lexi, lelaki itu memang tidak tahu siapa Wira dan kenapa harus sampai menyewa bodyguard seperti itu.

"Kamu gak tahu siapa Wira?"

"Maaf Bu, saya tidak tahu."

Delina mengangguk perlahan, biarkan saja nanti dia akan tahu sendiri tentang Wira dan semuanya.

"Ada apa sih, Mah?" tanya Nada.

Nada seketika terdiam saat melihat mereka semua bersama Delina.

"Ada apa ini?"

Nada menyipitkan matanya melihat Lexi, kenapa harus ada lelaki itu lagi di hadapannya.

"Apa kabar?" tanya Lexi.

Nada mengangkat sebelah alisnya, sok akrab banget sih lelaki itu.

"Tas kamu aman."

"Apaan sih, gak jelas lo."

"Nada, gak boleh kayak gitu."

"Ngapain sih dia sama mereka semua disini?"

"Kamu perhatikan saja mereka, mungkin ada yang kamu suka."

"Suka .... Mamah apaan sih, aneh."