webnovel

Rintangan Kecil

"Apa kalian tidak melihat pakaianku? Apakah orang berpakaian lusuh seperti ini bisa memiliki banyak uang?" tanya Satria dengan santai.

"Memang benar juga," ujar pria yang tadi mendekati Satria, tatapannya kini tampak mengarah kepada gadis mungil bertelinga kucing.

"Dia bohong. Dia punya banyak koin emas," ucap gadis mungil itu dengan wajah ketakutan.

"Wah kamu tahu darimana memangnya? Aku tadi tidak menunjukannya kepadamu loh," tukas Satria sambil menatap gadis tersebut yang langsung tertunduk.

"Hahaha.. kau sekarang tidak bisa berbohong lagi tuan, asal kau tahu penciuman gadis ini sangat tajam. Dia bahkan bisa mencium dan membedakan uang emas, perak dan perunggu. Lagipula jika kau tidak memiliki banyak uang mana mungkin dia membawamu kemari," ucap pria yang membawa pisau.

"Begitu rupanya. Aku akui, saat ini aku masih punya puluhan koin emas. Apa yang akan kalian lakukan?" tanya Satria seakan menantang. Sementara gadis mungil langsung menjauh, pria yang mengepung Satria langsung mulai mendekat.

"Kau malah menantang kami hah?" tukas seorang pria sambil melotot.

"Padahal kalau kau menyerahkan uangmu, kau bisa pergi dengan selamat dan tidak akan berakhir dengan babak belur," ancam seorang pria sangar lainnya.

"Fighter," ucap Satria pelan.

Karena tidak kunjung menyerahkan uangnya satu orang pria langsung melesat menghantamkan pemukul besi di tangannya, tapi Satria dengan tenang menahannya menggunakan tangan kosong. Sontak semua orang di sana sedikit terkejut, namun Satria tidak membuang waktu dan langsung menjetrikan jari telunjuknya ke tubuh seorang pria.

'Bbeeuukkhh'

"Arrgghh," pekik pria yang terkena jetrikan jari Satria. Tubuhnya terpental membentur tembok, dari mulutnya juga langsung keluar darah hingga dia terbaring lemah tak sadarkan diri.

"Monster," pekik seorang pria sangar yang ketakutan. Pria sangar yang masih berdiri langsung berhamburan hendak melarikan diri.

Tapi Satria dengan cepat menghantam mereka satu persatu dengan jari telunjuknya, tubuh mereka semua langsung terkapar di jalanan gang dan tidak sadarkan diri. Semua itu berlangsung sangat cepat, kini di tempat itu hanya ada Satria dan gadis mungil bertelinga kucing yang masih berdiri.

"Ampun tuan," ucap gadis itu sambil tertunduk.

"Ikut denganku," kata Satria sambil menggenggam tangan gadis mungil itu dan menuntunnya keluar dari jalan sempit gang.

"Ampun tuan, saya hanya disuruh oleh mereka tuan," rengek gadis kecil tersebut.

"Ya, tapi kesalahan tetaplah kesalahan!" tegas Satria sambil membawa gadis itu.

Satria menanyakan keberadaan pos keamanan kepada para warga. Setelah mengetahuinya Satria langsung membawa gadis itu ke tempat pos pengamanan. Si gadis terus merengek dan meminta maaf, dia bilang dia tidak mau dihukum. Dia bilang kalau dia tidak pernah melihat teman-temannya yang lain setelah mendapatkan hukuman dari pihak keamanan.

"Jadi begitu ya, meskipun Kerajaan Luxurie mau menerima keberadaan demi-human dan yang lainnya tapi tetap saja ada sisi gelap lainnya di kerajaan ini," batin Satria sambil menghentikan langkahnya dan menatap gadis mungil di sampingnya. Satria menghela nafas dalam lalu memikirkan cara terbaik saat ini, dia jelas tidak mungkin mengajak gadis kecil ke dalam dungeon.

Satria langsung berputar arah dan menanyakan dimana tempat penginapan yang tidak jauh darinya. Satria sengaja mencari penginapan yang juga sering digunakan oleh demi-human untuk menghindari kalau ada penginapan yang menolak keberadaan demi human.

"Siapa namamu?" tanya Satria sambil terus menuntun gadis mungil itu menuju penginapan yang ditunjuk oleh warga.

"Orang-orang memanggilku Kuroina Nekora," jawab gadis mungil itu sembari tertunduk. Satria tidak berbicara lagi dan terus berjalan hingga sampai ke penginapan tujuannya, tampak banyak demi human di dekat penginapan tersebut. Bahkan saat masuk ke dalam terlihat penerima tamunya juga adalah seorang demi human.

"Silahkan tuan, ada yang bisa saya bantu?" tanya gadis demi human yang menerima tamu. Pandangannya terlihat tertuju kepada Nekora yang terus tertunduk. Rasa heran juga sedikit tersirat di wajahnya, mungkin karena tidak biasanya ada petualang manusia yang datang ke tempat penginapan yang sering dikunjungi demi human.

"Aku ingin memesan dua kamar untuk satu minggu di sini," kata Satria. Sementara Nekora terlihat terkejut, padahal dia pikir Satria ingin melakukan sesuatu kepadanya di penginapan ini.

"Oh, baik. Ada kamar yang kosong di lantai dua dan tiga, atau tuan ingin kamar yang berdekatan?" tanya penerima tamu.

"Tidak terima kasih. Aku ambil saja yang tadi," jawab Satria.

"Ini kuncinya tuan, nomor kamarnya tertulis di kuncinya. apakah ada barang bawaan?" tanya penerima tamu sambil melihat di sekitar Satria.

"Tidak. Kami juga tidak perlu diantar," jawab Satria sambil berjalan menuju lantai tiga, sebenarnya kamar itu untuk tempat menginap Nekora selagi Satria nanti menjelajahi Dungeon Luxurie. Sesampainya di kamar kosong lantai tiga Satria langsung membawa masuk Nekora ke dalam dan melepaskan cengkraman tangannya.

Di ruangan kamar itu tampak cukup bersih dan juga memiliki toilet, mungkin harganya juga akan lebih mahal dari penginapan biasa yang biasanya berbagi kamar mandi dengan seluruh penghuni penginapan. Nekora terlihat kebingungan dan langsung duduk di tempat tidur sembari menatap Satria yang masih berdiri di depan pintu.

"Aku ingin kau tinggal di sini untuk sementara waktu hingga aku kembali, aku ada urusan sebentar dan aku harap kau tidak kabur kemana-mana. Anggap saja ini adalah hukumanmu, jika kau kabur dari penginapan ini maka hukumanmu selanjutnya akan lebih berat! Dan aku tidak akan pernah memaafkanmu!" tegas Satria sambil menatap Nekora yang jelas kebingungan.

"Ba-baik tuan," jawab Nekora yang tampak ketakutan melihat Satria yang menunjukan kemarahannya.

"Untuk makananmu akan aku minta mereka mengantarnya kemari setiap hari," jawab Satria sambil melemparkan kunci kamar Nekora ke atas Kasur. Tentu saja Nekora terkejut karena dia pikir Satria akan menguncinya di dalam kamar.

Setelah mengantar Nekora ke kamarnya Satria langsung kembali menemui penerima tamu untuk membayar kedua kamarnya. Benar saja harganya memang lebih mahal dari kamar biasanya, harga sewa satu kamarnya untuk sehari adalah 2 koin emas padahal penginapan biasa harganya paling puluhan koin perak atau satu koin emas paling mahal.

"Jadi harga totalnya dua kamar untuk tujuh hari adalah 28 koin emas, tuan," ucap gadis demi human penerima tamu.

"Aku juga ingin makanan dan minumannya diantar ke kamar sewaanku yang ada di lantai tiga. Kalau bisa tiga kali sehari," kata Satria.

"Boleh tuan. Ada yang murah 50 koin perak, yang sedang 1 koin emas dan ada juga yang mahal 2 koin emas," tawar penerima tamu.

"Aku ingin yang sedang saja," jawab Satria.

"Baik, kalau begitu total semuanya menjadi 35 koin emas," kata penerima tamu.

Satria langsung membayarkan biaya penginapannya untuk tujuh hari ke depan, dalam waktu seminggu itu dia berniat menjelajah sejauh mungkin di dalam Dungeon Luxurie dan mengumpulkan barang-barang berharga yang ada di dalamnya. Kini sisa uang yang dia miliki hanya sekitar 15 koin emas, 20 koin perak dan 30 koin perunggu setelah membayar semua biaya penginapannya.

"Aku akan memberikan 4 koin emas sebagai tambahan, tapi aku ingin kamu mengawasi Nekora dan memastikannya baik-baik saja. Aku tidak mau terjadi apa-apa kepadanya selama aku pergi," tukas Satria seraya meletakan 4 koin emas tambahan.

"Baik tuan, saya akan menjamin keamanannya," jawab penerima tamu sembari tersenyum. Dia mungkin tidak menyangka jika Satria akan sepeduli itu kepada seorang demi human.

Setelah selesai membayar biaya penginapannya Satria langsung pergi keluar untuk menuju pandai besi terdekat. Setelah bertanya kepada orang-orang akhirnya dia bisa menemukan sebuah toko pandai besi yang cukup besar. Tanpa membuang waktu Satria langsung masuk ke dalam toko tersebut, tampak di dalamnya ada beberapa petualang yang sedang mondar mandir melihat perlengkapan yang dipajang.

"Semuanya benar-benar bagus, bisa dikatakan yang menempanya memang blacksmith kelas atas," batin Satria seraya melihat semua armor dan senjata yang terpajang. Semuanya tertata dengan rapi dan diatur sesuai kualitasnya.

Untuk semua perlengkapan baik armor dan senjata yang ada di dalam game Mythical World RPG memang dikelompokan ke dalam beberapa tingkatan. Dari mulai Normal (N), Rare (R), Super Rare (SR), dan Super Super Rare (SSR). Di saat Satria sedang melihat-lihat senjata yang ada di sana tiba-tiba saja seorang pegawai toko langsung datang menghampirinya.

"Maaf tuan, apakah ada yang bisa kami bantu?" tanya pegawai yang datang sambil melihat Satria dari ujung kaki ke ujung kepala.

"Untuk armor serta pedang kualitas normal ini berapa harganya ya?" tanya Satria.

"Oh untuk yang kualitas normal harganya sekitar 10 koin emas," jawab pegawai.

"Buset, mahal banget," batin Satria kelihatannya dia memang sudah salah mendatangi toko sebesar itu.

"Kalau untuk menempa senjata kira-kira berapa harganya ya?" tanya Satria lagi.

"Tergantung bahannya tuan. Tapi untuk kualitas normal saja sekitar 9 koin emas," jawab pelayan. Satria langsung menghela nafas sebab yang dia bawa adalah taring Leviathan yang tentunya bahannya jauh di atas normal mungkin setingkat SR.

"Terima kasih banyak," ucap Satria sambil berjalan keluar dari toko, dia pikir mungkin sebaiknya mencari uang dahulu jika memang harganya semahal itu.

"Cih. Dasar orang miskin, buang-buang waktuku saja," terdengar pelayan itu menggerutu pelan. Tapi Satria tidak mempedulikannya, baginya hinaan seperti itu sudah biasa dia dengar saat berada di dunia nyata.

Satria kemudian menuju ke toko kain untuk membeli kain besar guna membawa benda-benda berguna yang bisa dia temukan di Dungeon nanti. Setelah persiapannya selesai Satria langsung menuju ke arah Dungeon Luxurie, dia rasanya masih mengingat lokasi Dungeon yang ada di Ibukota Kerajaan Luxurie tersebut, dan setelah mulai berjalan ternyata memang dia benar.

Di kejauhan tepat di sebelah barat Ibukota Luxurie terlihat sebuah pintu gerbang besar yang terhubung ke dalam sebuah bukit. Di dekat pintu gerbang terlihat sebuah bangunan besar, biasanya para player yang akan masuk ke dalam Dungeon memang harus mendata dirinya dahulu di bangunan tersebut, kalau di dalam game bangunan itu adalah savepoint tapi entah apa jadinya fungsi bangunan itu saat ini.

"Selamat datang petualang," sambut seorang wanita muda yang berdiri bersama seorang pria di depan sebuah meja panjang dan tinggi.

"Apakah tuan ingin menjelajahi Dungeon Luxurie?" tanya pria yang berdiri menatap Satria. Tampak di ruangan tersebut tidak ada siapa-siapa lagi selain mereka berdua.

"Ya," jawab Satria sambil berjalan menghampiri meja.

"Kalau begitu silahkan tunjukan kartu petualang anda," ucap si wanita.

"Emh.. Kartu pengenal saya masih belum saya terima. Sebab saya baru saja mendaftar sebagai petualang," jawab Satria agak sedikit bingung karena ternyata untuk memasuki Dungeon saja dia harus memperlihatkan kartu petualangnya.

"Eh, itu artinya tuan petualang pemula?" tanya si pria dengan wajah terkejut.

"Ya, saya petualang tier 1," jawab Satria dengan harap-harap cemas sebab khawatir akan dilarang masuk.

"Kalau begitu siapa nama tuan?" tanya si wanita sambil pandangannya terlihat ke bawah entah apa yang sedang dia lihat.

"Satria," jawab Satria agak ragu. Dia khawatir di dunia ini sudah ada komputer dan khawatir nanti identitasnya sebagai Loner King ketahuan.

"Oh iya ada. Satria, job class Priest. Anggota squadmu di mana?" tanya si wanita. Dia pasti berpikir kalau seorang priest mustahil masuk ke dalam Dungeon yang penuh dengan monster dan berbahaya itu seorang diri.

Bersambung…