8 Istri Kecil Raja Setan (7)

Raina dan Geni memasuki hutan lebih dalam hingga mereka mencapai ke tempat dengan pepohonan lebat yang mana membuat tempat itu terlihat semakin gelap dan suram.

"Geni," panggil Raina.

Geni menoleh ke belakang dan Raina bisa melihat mata merahnya yang berkilat. Raina merasa sedikit aneh saat matanya bertemu dengan mata Geni tapi dia segera menyingkirkan perasaan itu.

"Aku lapar," ucap Raina jujur.

"..."

Raina berkedip. Dia belum makan sejak pagi dan pria ini langsung memaksanya untuk berjalan kaki sejauh ini. Tidakkah dia melihat wajahku yang memucat?

Geni berdeham canggung. Dia lupa bahwa manusia biasa sepertinya membutuhkan makanan dan dengan bersemangat mengajaknya berjalan memasuki hutan tanpa memberinya makan.

"Tunggu di sini," ucap Geni. "Aku akan membawakanmu sesuatu untuk dimakan."

Raina mengangguk. Meskipun dia tidak suka makan. Dia masih membutuhkannya dan tidak mau mati konyol karena kekurangan gizi.

"Jangan pergi kemana pun! Jangan bergerak!" tambah Geni.

Raina duduk bersila lalu tidak bergerak sedikit pun.

Geni merasa puas saat melihat sikap penurut Raina. "Gadis baik."

Raina tidak memberinya respon dan mulai memanggil sistemnya. Geni tidak merasa keberatan dengan sikap tidak peduli Raina dan berbalik pergi.

"Tuan, ada apa?"

"Apakah pemilikmu adalah Tuhan?"

"..."

"Kenapa kamu tidak menjawab?"

"Kenapa kamu ingin tahu?"

"..." Sistem ini sekarang berani membalas ucapanku? Betapa baik.

"Tuan, kamu harus mencari tahunya sendiri~" ucap sistem lalu buru-buru menyingkir.

Sistem mendesah lega saat melihat tuannya tidak mengejar pertanyaan itu.

Pemilik memintanya untuk tidak mengatakan banyak omong kosong yang malah akan membuatnya menjadi ember. Sebagai sistem yang baik, tentu saja dia harus menuruti ucapan pemiliknya.

Tidak butuh waktu lama dan Geni sudah kembali dengan seekor kelinci putih yang menggemaskan.

Dia tidak mengatakan apapun dan langsung duduk lalu membuat api dengan menjentikkan jarinya. Raina mengamati bagaimana pria itu mengolah kelinci dengan gerakan yang terampil seakan-akan dia sudah melakukan hal ini berulang kali.

Geni melirik Raina dan matanya bertemu dengan mata lapar gadis itu. Dia terkekeh pelan lalu berkata, "Bukankah biasanya gadis-gadis tidak tega saat melihat hewan kecil seperti ini dibunuh?"

"Lalu haruskah aku mati kelaparan?" Raina balik bertanya.

"..." Ya, kamu menang.

Geni tidak mengatakan omong kosong seperti biasanya dan Raina masih setia dengan sikap pendiamnya. Mereka duduk berhadapan sambil sibuk dengan pikirannya masing-masing.

Sistem melihat pemandangan harmonis itu dan memutuskan untuk mengamati lebih jauh apa yang akan tuannya perbuat. Akan lebih baik kalau dia tidak mengacaukan semuanya dengan mulut jahatnya itu.

Kurang dari satu jam kemudian, Geni menyerahkan daging bakar yang mengungkapkan aroma harum kepada Raina. "Cobalah."

Raina menerimanya dengan wajah datar dan langsung menggigitnya. Dia bisa merasakan daging lembut dan gurih dengan aroma yang kaya memasuki indra penciumannya. Padahal dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Geni mengolah daging itu dan dia jelas tidak memberinya bumbu apapun.

"Bagaimana rasanya?" Geni menatap Raina dengan mata berbinar.

"Layak konsumsi."

Sistem: "...Tuan, kenapa kamu berbohong?" Jelas-jelas dia menyukai masakan itu, kenapa dia hanya mengatakan komentar jahat seperti itu.

"Apa aku berbohong? Makanan ini memang layak konsumsi." Raina berkilah dari tuduhan sistem.

Sistem: "..." Tuan, kamu menang. Kamu selalu menang.

╮(╯_╰)╭

Raina mendengarkan ucapan sistem dalam benaknya dan tanpa sengaja mengungkapkan senyum tipis.

Geni mengangkat alisnya saat melihat senyum yang muncul di wajah gadis itu. Dia selalu tersenyum tapi senyum itu terasa palsu. Sedangkan senyum kali ini terasa tulus dan cerah. Itu membuatnya ikut tersenyum tanpa sadar.

Geni menatap gadis di depannya dan tenggelam dalam pesonanya untuk sesaat. Kulit seputih salju, rambut hitam berkilau, mata hitam dalam yang selalu dapat membuatnya tenggelam, bibir merah yang dilapisi minyak membuatnya ingin mencicipinya...

Sistem melihat Geni yang terpesona dan mulai bersemangat. "Tuan, dia terpesona olehmu! Cepat katakan sesuatu untuk menyikat perasaannya~"

Raina melirik Geni dan mata mereka bertemu tanpa sengaja, membuat Geni merasa gugup. Raina menyipitkan matanya dengan berbahaya. "Bodoh, kenapa terus menatapku? Apa kamu menyukaiku?"

Sistem kehilangan kata-kata saat mendengar ucapan yang keluar dari mulut jahat tuannya. Selesai... Aku selesai... Tuan ini terlalu tidak bisa diandalkan...

Geni tercengang untuk sesaat sebelum mengulas senyum. "Ya, aku menyukaimu~ Amelia, apa kamu mau menghabiskan sisa hidupmu bersamaku?"

"Apakah ini sebuah lamaran?"

Geni mengangguk dengan senyum mempesona yang menghiasi wajahnya.

Raina melirik bar cinta yang bahkan belum mencapai setengahnya dan mengalihkan pandangannya ke Geni. Meskipun baru saja terisi beberapa persen, itu bukan jumlah yang signifikan.

"Amelia?" Geni bertanya saat tidak kunjung mendapatkan jawaban.

"Tidak."

"Ah?"

"Apa ini yang kamu sebut lamaran? Di tengah hutan yang gelap tanpa saksi mata? Tidak ada acara yang meriah maupun ucapan cinta? Benar-benar tidak romantis," kritik Raina dengan nada datar.

Geni menatap Raina dengan tatapan kosong sebelum tersenyum semakin lebar. "Lalu tunggu aku! Aku pasti akan melakukannya untukmu!"

Raina melirik sekali lagi ke bar cinta milik Geni yang naik.

21%

Sistem yang melihat adegan itu merasa ingin membalikkan meja.

(╯'□')╯︵ ┻━┻

Terserah! Baik tuannya maupun Geni sama-sama kacau dan memiliki sirkuit otak yang berbeda dari miliknya. Aku menyerah ah! Biarkan mereka melakukan apapun yang mereka mau. Dia hanya akan duduk dengan tenang di sini dan menonton pertunjukan pasangan cacat otak ini.

Raina tersenyum. "Mulutmu begitu manis. Apa kamu suka makan madu?"

Geni balas tersenyum. "Apa kamu ingin mencicipinya?"

Raina mengangguk. "Tapi bagaimana kalau itu ternyata bukan madu?"

"Apalagi kalau bukan madu?" Geni mempertahankan senyum memikatnya.

"Racun."

Geni: "..."

Sistem: "..."

(╯'□')╯︵ ┻━┻

Tidak bisakah pertunjukan ini berjalan dengan normal?! Aku ingin mengajukan tuntutan untuk acara yang membuatku marah ini! Ah! Ah!

"Apa kamu sudah selesai makan? Ayo kita lanjutkan perjalanan ini setelah beristirahat sejenak."

"Geni, kemana kita akan pergi?" tanya Raina yang tiba-tiba berubah menjadi lebih serius.

"Menurutmu?"

"Kamu berjalan dengan membentuk pola. Apa kamu ingin memasuki Makam Terlarang?" tanya Raina.

Dia tidak hanya mengikuti pria itu tanpa berpikir. Saat Geni berbelok maupun berjalan lurus, dia mengingat-ingat jalan yang dia lalui dalam benaknya dan sedikit terkejut saat melihat pola yang terbentuk. Lalu tiba-tiba dia teringat legenda tentang Makam Terlarang dari ingatan tuan asli dan mulai menggabungkan semua tanda-tanda itu.

Geni tersenyum licik. "Kurang tepat tapi hampir benar."

"Apa maksudmu?"

Geni memberikan Raina tatapan misterius. "Kita akan pergi ke rumahku."

[Ding! Misi tersembunyi telah dipicu. Apakah Anda ingin menerimanya?]

Raina: "..."

"Sistem, kemarilah. Aku berjanji tidak akan membunuhmu."

"T-tuan, k-kamu tidak bisa membunuhku!~" sahut sistem dengan suara bergetar.

"Kamu sudah memberiku banyak misi yang bahkan belum aku sentuh satu pun dan kamu ingin memberiku misi lagi?"

"Tuan, misi itu muncul karena kamu telah memicunya~"

"Jadi, ini semua salahku?" tanya Raina dingin.

Sistem memberikan persetujuan diam-diam.

"Jawab aku."

"Tuan, jangan marah~ Kamu bisa menolaknya kalau kamu tidak menginginkannya~"

"Oh? Aku bisa melakukannya?"

[Ding! Misi tersembunyi telah dipicu. Apakah Anda ingin menerimanya?]

Raina mendengar suara robot yang kaku sekali lagi dan mengalihkan perhatiannya dari sistem.

Tidak.

[Ding! Misi tersembunyi telah ditolak.]

[Ding! Terjadi kesalahan.]

[Ding! Misi tersembunyi telah diterima.]

[Ding! Memuat misi tersembunyi...]

[Ding! Misi tersembunyi telah dimuat.]

[Misi tersembunyi: <Dibalik Kegelapan> Menemukan latar belakang tuan penjahat.]

avataravatar
Next chapter