webnovel

Istri Kecil Raja Setan (6)

"Tuan, kapan kamu akan mulai menyelesaikan misi?" Suara kekanak-kanakan sistem terdengar saat Raina berniat tidur.

"Aku sedang berpikir untuk memulainya."

"Teruslah berpikir dan kamu akan mati karena tua~"

"Apa misi memiliki batas waktu?"

"Tidak."

"Lalu kenapa kamu begitu cerewet?"

"Tuan, jujurlah padaku~" Sistem masih keras kepala. "Apa kamu mengalami kesulitan?"

"Ya."

"..."

"Kamu terlalu jujur... dan kenapa kamu menjawab dengan begitu cepat dan tegas? Apa kamu sudah memperkirakan bahwa aku akan bertanya?"

Raina memutar mata. "Kamu berpikir terlalu banyak."

Sistem mendengar sanggahan Raina tapi masih merasa tidak benar. Sirkuit otak tuannya berbeda dari orang normal, sistem kecil ini tidak bisa membaca apa yang dia pikirkan...

( QAQ )

"Tuan, apa yang membuatmu kesulitan?" Sistem bertanya setelah jeda panjang.

"Tuan?"

Sistem kehabisan kata-kata saat dia melihat tuannya yang sudah tertidur. Berapa lama dia menangis? Bagaimana tuannya bisa tertidur begitu cepat?

( QAQ )

Sistem menangis sekali lagi.

Keesokan paginya, Raina terbangun karena ketukan tanpa henti dari pintunya. Dia melirik jam yang menunjukkan pukul tiga pagi dan mengerutkan kening. Siapa yang berani mengganggu tidur nona muda ini?

Meskipun masih enggan, Raina memutuskan untuk membukakan pintu setelah merapikan pakaiannya sedikit. Matanya menggelap saat melihat pria yang tersenyum lebar di depan pintu.

"..." Apa yang maniak ini lakukan di sini?

"Ini masih pagi. Bagaimana bisa kamu sudah bangun? Kamu terlalu rajin," ucap Geni sambil menyelonong masuk ke kamar Raina tanpa rasa bersalah.

"Ya, terima kasih karena sudah membangunkanku," ucap Raina tanpa fluktuasi emosi.

Geni tertawa ringan. "Bukan masalah. Apa kamu sudah siap?"

"Siap untuk apa? Mengusirmu? Oh, aku selalu siap." Raina berkata dengan nada datar seperti mesin.

Sistem yang sejak tadi menonton merasa bahwa dia lebih manusiawi daripada tuannya. Sebenarnya siapa yang merupakan mesin di sini?

"Jangan bersikap terlalu kasar~" Geni melambaikan tangannya. "Aku di sini untuk mengajakmu berjalan-jalan."

"Membolos lagi?" Raina memberikan Geni tatapan miring.

"Bukankah orang-orang selalu mengatakan bahwa membolos bisa menyebabkan ketagihan?" Geni tersenyum licik. "Amelia, apa kamu ingin mencobanya lagi?"

Raina menggeleng.

"..." Kenapa begitu sulit untuk melakukan percakapan denganmu?

Sistem: "..." Yah, EQ-nya terlalu rendah... Aku tidak bisa berbuat apa-apa.

╮(╯_╰)╭

"Aku akan mengajakmu ke tempat yang lebih menarik daripada kemarin. Cepatlah mandi dan bersiap-siap!" Geni yang bosan berbasa-basi segera memerintah Raina.

Raina masih merasa mengantuk sehingga enggan bergerak.

"Kenapa kamu masih diam?" Geni mendekati Raina. "Apa kamu ingin aku memandikanmu?"

Raina memberi Geni sebuah tatapan sebelum berbalik memasuki kamar mandi.

"..." Kenapa kamu selalu bertingkah jijik di hadapanku? Apa aku seburuk itu?

Geni jatuh dalam depresi sambil menunggu Raina mandi. Jadi, saat Raina keluar, dia melihat seorang pria yang sedang duduk berjongkok sambil menunduk di depan pintu kamar mandinya. "Sistem, apa pria ini mencoba mengintipku saat mandi?"

Sistem: "... Tuan, kamu berpikir terlalu liar."

Raina merasa bahwa kemungkinan pria ini untuk mengintip sangat tinggi tapi dia sendiri tahu bahwa meskipun sistemnya kekanak-kanakan dan cengeng, itu masih bisa diandalkan sehingga dia tidak mengatakan apa-apa saat matanya bertemu dengan tatapan suram Geni.

"Hei, apa yang pria ini pikirkan?" Dia hanya meninggalkannya untuk mandi sebentar dan perasaan pria ini sudah berubah-ubah?

"..." Dia bahkan tidak bisa mengetahui apa yang tuannya pikirkan. Bagaimana dia bisa mengetahui apa yang orang lain pikirkan? Sepertinya tuannya berpikir terlalu tinggi tentangnya.

"Apa kamu sudah siap?" tanya Geni sambil memaksakan senyum yang malah membuat senyumannya terlihat mengerikan.

"Ada apa denganmu?" Raina merasa ada yang tidak beres dengan pria itu.

"Ada apa denganku?" Geni menatapnya dengan mata anjing. "Aku ingin pelukan~"

"Menyingkir dari hadapanku."

"..." Geni menundukkan kepala dengan cara yang menyedihkan.

Pada akhirnya, Geni masih tidak bisa memainkan trik pada Raina yang tenang dan teguh seperti batu.

Sistem hanya bisa terpuruk di sudut ruangan, meratapi kesialannya bertemu dengan tuan yang tidak bisa diandalkan.

"Tuan~"

Raina berkedip saat mendengar suara sistemnya yang menyedihkan dalam benaknya.

"Tuan, jangan lupakan misimu ah!~"

"Berhenti menggunakan nada yang begitu menjijikkan," sahut Raina. "Aku muak."

( QAQ )

"Tuan, kamu kejam~"

"..."

"Bagaimana bisa kamu mengatakan kata-kata jahat seperti itu pada sistem kecil yang baik dan lembut sepertiku?"

"..."

"Kamu melukai hatiku~"

"Apa kamu punya hati?"

"Tidak," jawab sistem jujur.

"..." Sialan. "Berhenti membuang-buang waktuku. Aku akan sangat bersyukur kalau kamu diam."

"Benarkah?"

"Tidak."

"..."

Sistem diam-diam menyingkir dengan mata yang dipenuhi air mata. Hiks, tuanku tidak mencintaiku~

"Amelia, apa yang kamu pikirkan?" Geni menegur Raina sambil mengulum senyum. "Aku sering melihatmu hilang dalam pikiranmu sendiri saat bersamaku. Apa aku sangat membosankan?"

"..." Kalau kamu membosankan, betapa damainya dunia ini.

Geni menghela napas berat saat mendapatkan tatapan aneh dari Raina untuk yang ke sekian kalinya. Apa yang sebenarnya dia pikirkan tentangku? Kenapa dia selalu memiliki tatapan semacam itu?

Geni menangis dalam hati. Aku akhirnya menemukan seseorang yang menarik minatku tapi dia begitu enggan denganku ah...

"Amelia~" panggil Geni manja.

Dalam hati, Geni membulatkan keinginannya dan bertekad untuk membuat gadis itu berbalik menatapnya.

Raina melihat bar cinta Geni yang meningkat. Hei, apa pria ini seorang masokis?

Sistem yang diam-diam menonton: "..." Sejujurnya aku juga memikirkan hal yang sama...

Σ(°△°|||)︴

Apakah ini berarti aku sudah tertular kejahatan tuan?!

Tidakkk!!!!

"Achoo!!" Raina mengusap hidungnya yang terasa gatal. Apa seseorang sedang mengutukku?

Geni melepas jubah yang dia pakai dan melemparkannya ke Raina. "Ini musim hujan. Pakailah pakaian yang lebih tebal supaya tidak terkena flu," ucapnya tanpa menatap Raina.

"..." Tsundere[3] ini... Satu saat dia akan bersikap begitu manis dan kemudian dia akan bersikap tidak perduli. Heh, siapa yang mengajari anak ini sikap buruk semacam itu?

"Kemana kita akan pergi?" Raina bertanya sambil menyingkirkan semak-semak yang menghalangi jalannya.

Pria ini tiba-tiba berjalan memasuki hutan tanpa memberinya penjelasan apapun. Raina yakin dia tidak akan melakukan kejahatan padanya tapi bagaimana kalau ada binatang buas, perampok, atau bahkan tanaman beracun? Dia belum menyelesaikan misinya, dia belum boleh mati.

"Apa kamu tahu nama tempat ini?" tanya Geni dengan seringai di wajahnya. "Tanah Setan."

Seakan-akan mendengar ucapan Geni, lingkungan sekelilingnya tiba-tiba menggelap dan mulai terdengar suara-suara aneh yang tidak bisa dideteksi sumbernya.

Raina berkedip. "Sistem, lihatlah semua efek yang dia ciptakan. Bukankah itu menakjubkan kalau kamu bisa sedikit menirunya?"

Sistem: "..." Tuan, aku akan mengabaikanmu.

Geni cemberut saat tidak melihat sedikit pun fluktuasi dalam emosi Raina. "Apa kamu tidak takut."

"Kenapa aku harus takut?" Raina memiringkan kepalanya.

Geni mendengus. "Membosankan," ucapnya. Tetapi, tubuhnya mengingkari ucapannya.

Raina menatap tangan pucat yang menggenggam tangannya. "..." Memang tsundere.

[3] Tsundere = Salah satu bentuk proses pengembangan karakter Jepang yang menggambarkan perubahan sikap seseorang yang awalnya dingin dan bahkan kasar terhadap orang lain sebelum perlahan-lahan menunjukkan sisi hangat kepadanya.

Cloudland: "Pembacaku sayang, adakah yang mau memberiku makan dengan batu kuasa?"

Sistem: "Cih! Pengemis..."

Cloudland: "Aku melakukan ini untukmu, oke? Apa kamu mau aku menggagalkan misimu?"

Sistem: "Ahaha! Apa yang kamu katakan? Aku hanya becanda. Jangan terlalu mudah tersinggung ah..."

Cloudland: "..."

Sistem: "Ahaha. Pembaca-pembaca yang baik hati, tolong beri penulis batu kuasa sebelum dia membunuhku, oke?"

Cloudlandcreators' thoughts
Next chapter