19 Keinginan Meredith

"Ya, ini Nadira, istriku." jawab Danny, membawa Nadira tepat ke hadapan sang ibu.

Meredith terlihat meneliti sang menantu. Menurunkan sedikit kacamatanya dan mengamati Nadira dari kepala hingga kaki. Jelas tatapan menilai tidak bisa disembunyikan Meredith.

"Bisa tinggalkan kami berdua?" permintaan Meredith membuat Danny merasa tidak tenang. Apalagi mengingat perangai ibunya.

"Mom, kita bisa ngobrol bertiga." Danny berusaha untuk mencegah keinginan sang ibu.

"Percakapan antar perempuan." hanya itu yang diucapkan Meredith, tapi mampu membuat Danny mundur.

"Aku di dalam kalau butuh sesuatu." bisik Danny di telinga Nadira, yang di jawab dengan anggukan kepala.

Berat meninggalkan Nadira hanya berdua saja dengan Meredith. Danny tahu bagaimana sang ibu bisa bertindak dan bersikap. Apalagi Meredith masih terlihat marah kepada Danny karena memutuskan untuk menikah lagi, tapi bukan dengan Lilith.

Yeah, bagi Meredith, Lilith adalah menantu kesayangannya. Walaupun dia tahu Lilith juga sudah menikah dan memiliki putra dengan suami barunya. Membuat Danny merasa harus menunda pernikahannya, meski dia sudah beberapa kali menjalin hubungan serius dengan perempuan pilihannya.

"Dimana Mom?" tanya Ali, ketika melihat Danny hanya seorang diri memasuki rumah.

"Dengan Nenek Meredith." jawaban Danny sukses membuat wajah Ali menjadi keruh.

"Serius Dad ninggalin Mom sama Nenek?" Ali tidak mempercayai apa yang sudah ayahnya lakukan.

Meski tidak sering tinggal bersama kakek dan neneknya, Ali dan Alex setuju kalau sang nenek merupakan seorang perempuan yang tidak menyenangkan. Bagaimana sikap sang nenek yang terlalu mengatur dan selalu ingin dituruti membuat mereka muak. Yah, walaupun hanya mereka berdua yang merasa muak sih.

Ali sudah berjalan menuju ruang belakang, tapi sebelum mencapai ke pintu, Danny langsung menyeret putranya itu. Menjauhi ruang belakang.

"Nenek sedang berbicara dengan Mom. Tidak sopan kalau kamu mengacaukan obrolan mereka." ucap Danny sesabar mungkin.

"Dan Dad membiarkan Mom sendirian menghadapi Nenek dipertemuan pertamanya?" tanya Ali sengit.

"Nenek kalian tahu batasannya. Jadi jangan terlalu khawatir."

"Kalian membahas apa?" Alex datang sembari membawa gelas kosongnya.

"Dad ninggalin Mom di belakang sama Nenek. Berdua saja." adu Ali ke Alex.

"Seriously?" Alex tidak percaya dengan apa yang di dengarnya.

"Kalian ini kenapa? Mereka hanya berbicara, nggak lebih." Danny masih berusaha menenangkan kedua putranya.

Alex lalu berdiri di samping kakaknya dan memasang wajah sangar. "Kalau Mom sampai sedih, itu salah Dad."

Keduanya sepakat untuk menunggu ibu mereka di ruang tengah. Keduanya harap-harap cemas menanti kedatangan sang ibu dari ruang belakang. Penantian itu terasa sangat lama.

Baru sekitar 30 menit menanti, akhirnya Nadira masuk ke dalam rumah. Membuat Ali dan Alex langsung menghampiri dirinya dan memeluk erat.

"Hei, ada apa?" tanya Nadira keheranan.

"Mom okay?" Alex terlihat sangat khawatir.

"Nenek nggak menyakiti Mom?"

Pertanyaan dengan nada penuh kekhawatiran itu membuat Nadira merasa heran. Tapi sedetik kemudian ibu sambung si kembar tersenyum dan menganggukkan kepala. Berusaha tidak mengacaukan pertemuan keluarga ini.

Tanpa banyak kata, Ali dan Alex langsung membawa Nadira memasuki kamar. Itu kamar Danny yang dulu ditempatinya sewaktu masih tinggal bersama kedua orangtuanya. Kamar itu tidak berubah, masih sama seperti beberapa tahun yang lalu ketika terakhir mereka berkunjung.

"Ini kamar Dad. Kami tidur disini kalau berkunjung."Alex langsung berbaring di tempat tidur.

Nadira mengikuti kedua putranya untuk berbaring di ranjang. Dia bersandar di kepala ranjang, dengan Ali yang bersandar pada pundaknya dan Alex yang merebahkan kepalanya di paha Nadira.

"Aku khawatir sama Mom dan marah sama Dad. Bisa-bisanya Dad ninggalin Mom sama Nenek berdua saja." ucap Ali serius.

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Alex penasaran.

"Pembicaraan antar perempuan. Tapi Mom akan membocorkannya sedikit." Nadira terlihat jahil.

"Apa?" tanya si kembar bersamaan.

"Nenek meminta Mom untuk tetap tinggal di Australia, agar Nenek bisa sering melihat kalian." jawab Nadira lembut.

"Tapi Nenek sayang banget sama Mommy. Mom nggak diintimidasi kan?"

Nadira terpaksa tertawa mendengar ucapan putranya itu. Terkadang Ali bisa sangat kritis ketika berbicara.

"No. Nenek kalian baik kok. Tapi memang Nenek tadi berkata kalau akan ada perlakuan khusus antara Mom dan Mommy kalian."

Perasaan Ali dan Alex langsung tidak enak.

Mereka memang masih kecil ketika kedua orangtuanya berpisah. Seiring berjalannya waktu, mereka bisa memahami apa yang terjadi. Termasuk kenapa ayah mereka baru berani menikah setelah 10 tahun menyandang status duda.

"Don't worry, Mom. Kami selalu menjaga dan menyayangi Mom." ucapan dan pelukan Ali membuat Nadira merasa tenang.

***

Malam hari, rumah Old Sebastian terasa sepi. Hanya tinggal Old Sebastian dan juga keluarga Danny.

Karena sekarang Danny sudah menikah, Ali dan Alex terpaksa tidur di kamar lain. Tidak tidur bertiga lagi dengan sang ayah.

Nadira sudah terlelap sedari tadi, setelah mereka selesai berbincang sehabis makan malam. Bukan Danny tidak mau merebahkan tubuh disamping sang istri, tapi sekarang pikirannya sedang penuh dengan berbagai pertanyaan tentang apa yang tadi dibicarakan oleh Nadira dan juga ibunya.

"Kenapa belum tidur?" suara Nadira membuat Danny langsung membalikkan badannya menghadap sang istri.

"Belum. Apa aku membangunkanmu?" Danny memposisikan tubuhnya disamping Nadira.

"Apa yang kamu pikirkan?"

"Kamu dan Ibuku." jawab Danny jujur.

Nadira bangun dari tidurnya dan segera duduk bersila menghadap suaminya. Meski malam ini di kamar mereka tidak banyak cahaya, tapi Danny bisa melihat bagaimana reaksi Nadira.

"Ada apa dengan kami?" pertanyaan Nadira membuat Danny mengernyitkan dahi.

"Apa yang kalian bicarakan? Apa yang kamu rasakan setelah berbincang. Banyak."

Danny merasa lengannya mendapat usapan lembut tangan Nadira. Terasa menenangkan dan juga membuat Danny nyaman.

"Ibu bilang masih berharap kalian rujuk. Tapi setelah melihat bagaimana si kembar perlahan mulai berubah, Ibu tidak akan memaksakan kehendaknya."

"Kenapa?"

"Karena prioritas Ibu adalah cucunya. Ibu berharap Ali dan Alex memiliki keluarga yang utuh dan bahagia." jelas Nadira dengan lembut.

Dada Danny dipenuhi dengan kebahagiaan mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh istrinya. Tidak memaksakan kehendak adalah hal yang selama ini sulit untuk Meredith lakukan.

"Kamu nggak bohong?" Danny berusaha untuk meyakinkan bahwa hal itu benar adanya.

Nadira menggelengkan kepalanya. Lalu sadar kalau kamar gelap, Nadira langsung berucap, "Untuk apa aku berbohong?"

Naluri seorang suami memang tidak bisa diremehkan begitu saja. Meski dalam gelap, dia bisa menemukan mana istrinya dan mengenali bagian mana saja dari tubuh sang istri.

Begitupun dengan Danny. Dalam gelapnya malam, dia bisa menemukan bibir Nadira dan mengecupnya dengan tepat.

"Aku akan sangat bahagia kalau itu yang terjadi. Aku berharap kamu bahagia disini dengan keluargaku."

avataravatar
Next chapter