18 Nyonya Sebastian

Rasanya masih belum percaya bahwa sekarang Nadira menjadi Nyonya Sebastian. Impian yang dulu pernah dia kubur dalam-dalam, kini akhirnya terwujud. Menjadi ibu sambung dari Alistair dan Alexander Sebastian.

Setelah resepsi pernikahan dan menikmati waktu bersama Danny selama seminggu penuh, kehidupan Nadira menjadi sangat ramai.

Setiap pagi, dia akan menyiapkan sarapan untuk ketiga prianya itu. Lalu menyiapkan kebutuhan sang suami. Baru ketika Danny berangkat bekerja, dia akan menghabiskan waktu dengan si kembar. Entah itu hanya mengobrol ataupun membaca buku bersama.

Ali dan Alex sementara waktu cuti dari sekolah. Semua berkas untuk pindah sekolah sudah siap, tinggal kepindahan mereka menuju Australia. Jadi mereka memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik mungkin.

Terkadang mereka bertiga akan ke rumah Nadira untuk menemani Ibu. Sejak memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya dulu dan pindah ke Bali, Nadira sadar bahwa Ibu akan kehilangan teman. Nadiem memang masih tinggal disana, tapi waktu Nadiem untuk berkumpul sangat sedikit karena sibuk bekerja.

"Nenek." Alex langsung memeluk nenek barunya itu. Ali pun juga memberikan pelukan untuk nenek mereka. Lalu bergantian memeluk sang kakek.

Pemandangan ini sangat indah untuk di lihat. Meski mereka bukan anak kandung Nadira, tapi si kembar mampu beradaptasi dengan lingkungan Nadira dan menjadi satu. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi Nadira.

"Kamu bahagia?" tanya Ibu, ketika Nadira dan Ibu sedang menyiapkan makan siang.

"Iya, aku bahagia, Bu." tak lupa, Nadira memberikan pelukan hangat untuk sang Ibu.

Kebahagiaan Nadira memang terlihat jelas. Di kelilingi oleh orang yang menyayanginya membuat Nadira bahagia. Memang akan terus ada orang yang berkata buruk tentangnya, tapi itu tergantung bagaimana kita menyikapinya.

Seperti contoh ketika mengundang teman-teman guru di sekolahan Ali dan Alex. Nadira mendengar ada yang membicarakan tentang dirinya. Tentang bagaimana dia yang sengaja menggaet Ali dan Alex agar menyukainya, lalu lanjut merayu Daniel Sebastian.

Bagi Nadira sendiri hal itu terdengar lucu. Lucu, karena dia sendiri tidak merasa seperti itu. Tapi memang Nadira akui, kalau Nadira berusaha menggaet si kembar karena Nadira sebenarnya jatuh cinta kepada dua remaja itu. Cinta dalam artian menyayangi. Itu adalah hal pertama yang Nadira rasakan ketika melihat si kembar.

Kembali lagi ke bagaimana kita menyikapi omongan orang tentang kita. Bersikap santai dan menyaring mana yang bisa dijadikan acuan untuk memperbaiki diri adalah hal yang kini sedang Nadira terapkan. Kita tidak bisa mengatur orang untuk membicarakan apa tentang kita, tapi kita bisa mengatur pembicaraan apa yang akan kita jadikan pembelajaran.

"Tumben melamun." Danny datang mendekati Nadira yang sedang asyik menikmati pemandangan dihadapannya. Taman bunga milik Ibu yang tumbuh subur.

"Oh ya? Aku pikir aku sedang menikmati bunga-bunga itu." ucap Nadira.

Danny lalu duduk di tepian kursi yang diduduki Nadira. Membuat Danny bisa memeluk Nadira. "You will miss them."

"I will."

Mendekati hari kepindahan mereka, Nadira sengaja tinggal di rumah Ibu. Beruntungnya Danny tidak mempermasalahkan hal itu. Ali dan Alex? Tidak usah ditanya lagi, karena mereka sudah menjadi fans utama Uncle Nadiem. Kalau Nadiem ada di rumah, mereka akan selalu mengikuti Nadiem kemanapun. Bahkan tidur pun harus bersama Uncle Nadiem.

"Aku awalnya ragu bisa akrab sama si kembar. Nyatanya, aku bisa membaur sama mereka. Mereka anak-anak yang asik." ucapan Nadiem membuat hati Nadira menghangat.

"Mereka memang anak-anak yang menyenangkan."

Hari kepindahan tiba.

Nadiem mengantar keluarga kecil Nadira ke bandara bersama Bapak dan Ibu. Rencana awal sih hanya akan berlima, jadi muat dalam satu mobil. Tapi ternyata perkiraan itu tidak sesuai kenyataan. Perlu dua mobil untuk mengantarkan keluarga Nadira.

"Sering telepon Ibu ya." ucap Ibu sembari melepaskan pelukannya dari Nadira.

"Nenek, jangan lupakan Alexander ya. Nanti kami akan berkunjung kalau liburan." ucap Alex, yang langsung memeluk Ibu.

"Alistair. Jangan sampai salah membedakan kami setelah ini." ucapan Ali sontak membuat Nadira dan Danny tersenyum.

Di keluarga Nadira, belum ada yang berhasil membedakan mana Ali dan mana Alex kalau mereka bertemu sendiri-sendiri. Berbeda ketika mereka bersama, dengan mudah bisa dibedakan antara Ali dan Alex.

"Jadi pria yang keren, yang bisa menghargai perempuan. Dan jangan sekali-kali menyakiti perempuan." nasihat Nadiem sangat berarti untuk Ali dan Alex.

"Adikku sekarang udah jadi istri orang. Udah punya anak juga. Tiba-tiba cepet banget jadi dewasa ya." mata Nadiem memerah, dia langsung memeluk adik satu-satunya itu agar tidak ketahuan kalau menangis. "Telepon kami sesering mungkin. Berkunjung kesini, atau kami akan kesana. Aku sayang kamu, Dik."

Air mata Nadira sudah mengalir tak terbendung lagi. Kini, dia akan menjalani hidupnya sendiri dan jauh dari keluarganya.

"Aku sayang kamu, kakakku yang menyebalkan."

***

Mereka bertiga akhirnya tinggal di kota kecil bernama Queanbeyan. Lokasinya berada di sebelah tenggara Canberra. Bisa ditempuh sekitar 20-25 menit untuk menuju ke Canberra.

Ini bukan tanah kelahiran Danny, karena Danny berasal dari Canberra. Alasan kenapa Danny memilih untuk tinggal disini adalah karena memang dia mendapatkan rumah disini. Tidak ada alasan khusus katanya.

"Kita bisa berkunjung ke Canberra kapanpun. Toh jarak kesana tidak terlalu jauh." begitu ucapan Danny, ketika Nadira bertanya kenapa tidak tinggal di Canberra saja.

Ketika sedang membantu Ali mengeluarkan barang pribadinya, Alex datang menghampiri Nadira seraya mengajak Nadira untuk duduk di ranjang Ali.

"Dad nggak suka sama Nenek. Dia orangnya terlalu mengatur. Dad takut nanti Mom nggak betah disana karena Nenek orangnya cerewet banget." Alex mencoba menjelaskan.

"Kenapa Mom nggak betah?" tanya Nadira penasaran.

"Nanti, kalau Mom bertemu langsung, Mom akan tahu kenapa Dad bisa memiliki pemikiran itu." tambah Ali.

Nadira memang belum pernah bertemu dengan keluarga Danny secara lengkap. Ketika mereka menikah kemarin, perwakilan dari keluarga Danny hanya kakak perempuannya dan juga adik laki-lakinya. Well, Danny memiliki seorang kakak perempuan dan sepasang adik kembar.

Dana, kakak perempuan Danny adalah perempuan yang sangat menyenangkan. Meski sudah berumur lebih dari 45 tahun, Dana masih terlihat cantik dan kulitnya bebas dari keriput. David, adik laki-laki Danny yang kembar, mirip seperti Danny, hanya saja kulitnya lebih coklat dibanding Danny. Jangan lupakan Daria, kembaran David yang bercita-cita menjadi model tapi tidak terwujud.

Dan inilah saatnya untuk bertemu dengan Mr. dan Mrs. Sebastian.

Ayah Danny adalah seorang pensiunan polisi, sedangkan ibu Danny adalah seorang ahli gizi yang dulu bekerja untuk rumah sakit setempat. Oscar Sebastian dan Meredith Sebastian memiliki empat orang anak, Dana, Daniel, David dan Daria. Kini keduanya tinggal di Canberra bersama dengan Daria dan Dana. Tidak satu rumah, tapi jarak rumah mereka berdekatan.

"Halo, selamat datang di keluarga kami." Dana menyambut kedatangan Nadira dengan hangat.

Orang yang selanjutnya menyambut adalah David dan juga Oscar. Lalu Daria yang datang bersamaan dengan kedatangan keluarga Danny langsung menuju dapur dan menyiapkan camilan.

"Dimana Mom?" tanya Danny kepada sang ayah.

"Sedang merajut di belakang."

Danny yang terus menempel kepada Nadira membuat Nadira merasa berdebar. Pemikiran apakah ibu mertuanya akan menyukai dirinya terus berputar sejak tadi sebelum berangkat.

"Ibuku masih berharap aku rujuk dengan Lilith, tapi aku berusaha menjelaskan dengan baik. Apapun yang dia katakan, abaikan saja." ucapan Danny membuat Nadira tidak karuan.

Ruangan yang dimaksud ayah Danny adalah beranda belakang. Angin yang semilir membuat suasana menjadi tenang dan menyenangkan. Di kursi panjang, duduk seorang wanita yang sudah tidak muda lagi, sedang merajut sembari sesekali melihat buku.

"Mom, aku datang." Danny langsung menghampiri sang Ibu dan memeluknya.

Meredith menyambut pelukan sang anak, lalu wajahnya terlihat serius ketika melihat Nadira berdiri di belakang Danny.

"Dia istrimu?"

avataravatar
Next chapter