20 Allya Sebastian

Meski sudah lama menjadi suami dari Daniel Sebastian, nyatanya Nadira terkadang masih belum mempercayai kalau semua ini nyata.

Daniel Sebastian, duda beranak dua yang mampu membuat Nadira merasakan cinta yang selama ini dia pertanyakan keberadaannya. Juga dua anak sambung yang sangat menyayanginya.

Diawal pernikahannya, banyak hal yang harus Nadira sesuaikan. Termasuk tentang bagaimana keluarga ini menjalani rutinitasnya. Beruntungnya, baik suami maupun anak sambungnya tidak pernah protes dengan berbagai kesalahan yang Nadira perbuat.

Pindah ke Australia, tantangan semakin menanti di depan mata. Rumah baru, kawasan baru, lingkungan baru, adat dan budaya baru. Semuanya serba baru. Ditambah lagi ibu mertuanya memiliki keinginan lain, yang tidak pernah Nadira bayangkan sebelumnya.

"Aku berharap Danny menikah dengan Lilith lagi." ucapan sang Ibu mertua jelas membuat Nadira merasa sakit hati. Rasa tidak diterima jelas langsung menyergapnya.

"Maaf, membuat harapan anda tidak terpenuhi." ucap Nadira sedih.

Nadira berusaha keras agar air matanya tidak luruh saat itu juga. Apalagi di hadapan sang mertua yang terlihat sangat keras.

"Bukan masalah, selama kedua cucuku bisa bahagia dan tertawa lagi." Nadira terbengong mendengar ucapan Meredith. "Sekarang bukan masalah dengan siapa Danny menikah, asalkan istrinya bisa membuat Alistair dan Alexander bahagia."

Itu adalah kali pertama Nadira bertemu dengan mertuanya, tapi dia merasa sangat berterima kasih memiliki mertua yang berpikiran terbuka. Meski pada awalnya Nadira merasa terintimidasi karena Meredith tampak begitu berkuasa.

Hari-harinya berjalan dengan sangat lancar setelahnya. Yah, walaupun tidak semudah itu. Karena biar bagaimanapun, Nadira tetaplah manusia biasa yang bisa merasakan gejolak emosi.

Tak jarang dia akan berdebat dengan suaminya untuk hal sepele. Memang Ali dan Alex akan selalu mendukungnya, entah dia benar atau salah. Tapi terkadang hal itu membuat Nadira merasa buruk sebagai ibu si kembar.

"Kalian harus melihat dari sudut pandang lain, menjadi orang yang netral." ucap Nadira ketika dia sudah bisa menguasai emosinya.

"Kami hanya membela Mom, karena kami sayang Mom." ucap Ali.

"I know, tapi kalian tetap harus netral dulu sebelum memihak. Jangan langsung memihak tanpa meneliti apa yang sebenarnya terjadi."

Membesarkan remaja yang mulai beranjak dewasa juga menjadi tantangan tersendiri bagi Nadira. Tiba-tiba memiliki anak yang sudah besar memang menyenangkan, tapi juga mengkhawatirkan. Apalagi Nadira belum memiliki pengalaman dalam mendidik dan membesarkan anak. Hanya mengajar di sekolah.

Ali dan Alex memang dua remaja yang baik dan menyenangkan. Dengan Nadira, mereka bisa menceritakan apapun yang menjadi ganjalan hati mereka. Bahkan terkadang Danny merasa iri karena kedua putranya itu lebih dekat dengan ibu sambung mereka.

"Sepertinya aku hanya menjadi penyumbang sperma untuk mereka." keluh Danny, setelah melihat kedua putranya tampak menyimpan rahasia darinya.

"Mungkin mereka sungkan cerita sama kamu, karena kamu kan seharian bekerja." hibur Nadira

Pekerjaan rumah yang masih belum terselesaikan hingga tahun pertama pernikahan Nadira adalah mengakrabkan si kembar dengan ayah mereka. Mereka memang dekat, tapi tetap masih ada batasan yang membuat mereka enggan untuk mendekatkan diri. Tapi Nadira sadar, bahwa hal itu tidak bisa dipaksakan begitu saja.

Fokus Nadira terpecah ketika dirinya mengetahui bahwa dia hamil. Pantas saja Nadira merasa sangat lesu dan mudah lelah. Bahkan untuk sekedar membuat sarapan saja rasanya sudah menguras tenaga.

"Dad harus bertanggung jawab. Mom kelelahan mengurus kita dan juga rumah." protes Alex.

"Kenapa kalian nggak membantu Mom mengerjakan pekerjaan rumah?" Danny jelas tidak mau disalahkan sendirian. Meski sudah berumur, pria itu tetap tidak mau kalah dengan kedua putranya.

"We did. Kami membantu Mom mencuci piring, mengangkat jemuran, membersihkan halaman, bercocok tanam. Dan masih banyak lagi." jawab Ali telak.

Suara bising itu sebenarnya bukan masalah, karena memang rumah ini selalu dipenuhi dengan debat kecil ketika berkumpul. Tapi entah kenapa Nadira merasa lelah dan muak dengan kejadian ini.

"Silent!" suara Nadira yang menggelegar itu membuat ketiga pria Sebastian itu terdiam.

Tentu saja mereka terkejut karena Nadira memang tidak pernah berteriak. Semarah dan sejengkel apapun dia kepada ketiga prianya itu. Ada apa dengan Nadira?

Yang lebih mengherankan lagi, setelah berteriak seperti itu, Nadira langsung meninggalkan ruang makan dan kembali ke kamar tidur.

Kala itu Nadira belum tahu kalau ada benih yang tumbuh di rahimnya. Bahkan setelah berhari-hari setelah kejadian Nadira berteriak di ruang makan.

Nadira yang masih terlihat lemah dan tidak bertenaga membuat tiga pria itu khawatir. Mereka merasa ada yang salah dengan Nadira, tapi tidak tahu harus berbuat apa. Yang bisa mereka lakukan hanyalah membantu Nadira mengerjakan pekerjaan rumah dan membiarkan Nadira beristirahat.

Puncaknya adalah ketika sedang merayakan ulang tahun si kembar. Mereka sengaja merayakannya dengan memasak bersama di halaman belakang. Masakan yang sederhana seperti barbeque dan makanan lainnya. Nadira juga terlihat bersemangat sekarang.

Sayangnya acara itu harus berakhir dengan cepat karena Nadira tiba-tiba pingsan. Membuat mereka panik dan khawatir.

Perjalanan menuju rumah sakit yang sebenarnya singkat, terasa begitu lama karena ketiganya tidak kunjung melihat gedung yang mereka tuju.

"Dad, faster." protes Ali yang ada di kursi belakang. Pahanya menjadi tumpuan kepala Nadira.

"I'm trying." balas Danny sembari fokus mengendarai mobil dengan cepat dan aman.

Pemeriksaan yang berlangsung lama membuat mereka cemas. Bahkan Alex menelepon keluarga besarnya dan memberitahu kalau Nadira masuk rumah sakit.

Semuanya berkumpul di ruang rawat Nadira, menunggui istri Danny yang belum sadarkan diri. Belum ada yang tahu kalau Nadira hamil kecuali Danny. Karena dia sudah bertemu dan mendengarkan penjelasan dokter.

Begitu Nadira membuka mata, betapa terkejutnya dia melihat seluruh anggota keluarga Sebastian berkumpul. Tatapan bingungnya tidak langsung dijawab, karena Danny langsung memanggil dokter. Memastikan kalau Nadira baik-baik saja.

"Jaga kesehatan, ada sesuatu yang bertumbuh disini." Danny mengelus perut rata Nadira.

Bagi Nadira sendiri, kehadiran makhluk kecil di dalam tubuhnya itu adalah hal yang indah. Dia sudah menunggu kehadirannya sejak malam pertama dia menjadi istri Daniel Sebastian. Penantian selama satu tahun ternyata kini terbayarkan dengan hadirnya makhluk itu.

Semua orang bersorak bahagia mendengar apa yang diucapkan Danny. Semua orang yang memahami tentunya, karena Ali dan Alex tidak paham apa yang dibicarakan oleh keluarga besarnya.

"Bisa kasih tahu ke kami apa maksud ucapan Dad barusan?" Alex sengaja melantangkan suaranya agar mendapat perhatian.

"Kamu akan menjadi kakak, Alex. Prepare your self." Daria, auntie kesayangan Alex menjawab.

"Serius?" kini giliran Ali yang terkejut.

Keduanya langsung menghambur dipelukan Nadira.

***

Masa sembilan bulan hamil tentu dilewati Nadira dengan tidak mudah. Bukan, dia sudah tidak lemah dan lesu lagi begitu menginjak usia trimester kedua. Yang membuat semuanya menjadi tidak mudah adalah ketiga prianya yang terus saja melarang Nadira melakukan apapun. Bahkan untuk turun dari ranjang saja dia harus mendapat pengawalan.

"Kalian berlebihan." keluh Nadira.

"Kami menyayangimu, Mom." kalau Ali sudah mengeluarkan kalimat pamungkasnya, Nadira tidak bisa menolak.

Ada alasan tersendiri kenapa ketiga pria itu begitu protektif terhadap Nadira. Usut punya usut, sang ayah lah yang menebar hoax tentang Nadira yang menjadi lemah ketika hamil. Sama seperti ketika Lilith hamil si kembar.

"Nggak semua kondisi hamil bisa dipukul rata, Honey." Nadira berusaha menjelaskan.

"Tapi Lilith begitu lemah dan rentan pendarahan sewaktu hamil si kembar." Danny tidak mau di debat.

"Itu karena Lilith hamil kembar. Hamil kembar memang lebih beresiko. Dan aku merasa sangat sehat sekarang. Kalau aku hanya diam saja, aku malah akan sakit." tatapan mata yang penuh rayuan memang selalu berhasil. Danny menghela napas berat, tanda tidak setuju tapi juga tidak bisa berbuat apapun.

Ketika hari perkiraan lahir tiba, semua berkumpul di rumah Danny. Bahkan Ali dan Alex mengajukan cuti sekolah. Yang langsung ditentang Nadira karena itu hanya akan membuat mereka tertinggal materi pelajaran.

Pagi yang tenang, ketika Nadira yang sudah kesulitan berjalan karena perut buncitnya, semua ketenangan berubah menjadi kepanikan karena Nadira. Ibu hamil itu mengeluh perutnya sakit, lalu ada cairan yang mengalir di kakinya.

Danny yang akan mengantar Ali dan Alex ke sekolah langsung menunda. Lebih memilih mengantar Nadira yang sudah kesakitan menuju rumah sakit. Bahkan Ali dan Alex melupakan ujian mereka dan ikut ke rumah sakit.

Proses persalinan yang cukup lama membuat semua orang khawatir. Untungnya para perawat dan dokter berhasil membuat mereka tenang.

Tepat pukul 11 siang di hari berikutnya, lahirlah bayi mungil yang cantik. Yang diberi nama Allya Sebastian.

Jangan tanyakan bagaimana keluarga ini menyambut bayi cantik itu. Mereka semua merasa takjub dengan makhluk mungil yang baru bisa menangis itu. Karena Allya adalah satu-satunya cucu perempuan di keluarga Sebastian. Paling tidak sampai David dan Daria memiliki anak mereka.

avataravatar
Next chapter