22 EP: 17 Tahun

Rumah yang awalnya Nadira pikir akan ramai, nyatanya tidak selalu ramai. Apalagi Ali dan Alex memutuskan untuk tinggal jauh dari rumah setelah mereka kuliah. Bahkan Alex memutuskan untuk mengambil kuliah di Inggris. Hal yang tidak pernah diduga oleh siapapun sebelumnya.

"Kedokteran disana bagus, meski nggak sebagus Exford atau Cambridge." begitu jawaban Alex, ketika seluruh anggota keluarganya penasaran dengan alasan Alex memutuskan kuliah disana.

Seperti yang diketahui, Alex memang lebih unggul dalam bidang akademis dibandingkan Ali. Tapi itu tidak menjadikan Alex besar kepala. Malah, dengan telatennya Alex membantu Ali untuk bisa mengejar nilai yang tertinggal. Alex pula yang menjadi guru privat bagi kakaknya, agar sang kakak bisa mendapatkan nilai yang baik dan bisa melanjutkan kuliah di jurusan yang diinginkannya.

Meski sudah berusaha keras, nyatanya nilai Ali tidak sebagus Alex. Nadira paham bahwa setiap anak memiliki kemampuannya sendiri, pun begitu dengan si kembar. Meski kembar, Ali dan Alex jelas memiliki kemampuan dan keahlian yang berbeda.

Ali lebih percaya diri di bidang yang tidak memerlukan kemampuan akademis. Sempat merasa tidak mampu melakukannya, namun pada akhirnya Ali memilih untuk beristirahat sebelum memutuskan jurusan kuliah yang akan dia ambil. Baik Danny maupun Nadira menghargai keputusan itu dan mendukung putra mereka.

Kerja sama kedua kakak beradik itu jelas membuat Nadira dan Danny merasa bangga. Kemandirian mereka jelas membantu dua orangtua itu untuk lebih fokus ke putri kecil mereka, Allya. Bukan berarti mereka lepas tangan begitu saja dari Ali dan Alex. Mereka tetap memantau dan juga memberikan arahan kepada kedua remaja itu.

Apalagi masa remaja si kembar sama seperti masa remaja kebanyakan orang, dimana jiwa memberontak sedang kuat dan keinginan untuk bisa berdiri sendiri lebih menggelora.

Ketika Allya tumbuh menjadi gadis remaja, Danny jelas sudah tidak muda lagi. Apalagi ini adalah kali pertama dia mengurusi seorang putri. Dimana seorang putri jelas memiliki perlakuan yang berbeda dengan putra. Kita tidak bisa main fisik ke mereka kan.

Memang Allya tumbuh menjadi perempuan muda yang ceria dan energik. Dia juga pandai bergaul dan baik hati. Tapi karena perlakuan istimewa seluruh keluarganya membuat Allya menjadi perempuan yang ingin menang sendiri dan harus dituruti.

Untungnya, Allya selalu takluk kepada kedua kakaknya. Semarah apapun Allya, dia akan tunduk ketika Ali atau Alex mulai bersuara.

Sama seperti malam ini. Seperti biasa, mereka berkumpul setelah makan malam. Kebetulan Ali dan Alex juga meluangkan waktu untuk mampir ke rumah Danny dan Nadira. Disana, mereka mendapati adik kecil mereka sedang meributkan pakaian apa yang akan dia kenakan untuk prom di sekolah. Ini adalah prom pertama Allya, jadi gadis itu sangat bersemangat.

Gaun pilihan Allya jatuh pada dress panjang yang cukup sopan sebenarnya. Belahan dada memang rendah, tapi sudah diakali dengan ditutup kain pelapis sewarna kulit. Yang membuat kedua kakaknya menolak adalah bagian bawah gaun itu.

Memang panjang, bahkan mungkin menyapu lantai. Tapi belahan di kaki kiri juga panjang. Membuat pemakainya akan memamerkan keindahan paha miliknya.

"No. Kamu ke prom, bukan ke Met Gala." tolak Alex keras. No debat lagi.

"Temanya princess kakakku tersayang. Aku bahkan sudah memasangkan gaun itu dengan tiara rekomendasi Mommy Lilith." Allya jelas tidak mau mengalah.

"Kakak sudah memilihkan gaun lainnya." komentar Ali membuat wajah Allya semakin merah karena menahan marah.

"Aku mau ke prom dengan tema princess, bukan mau ke pantai. Baju itu bahkan nggak ada spesialnya sama sekali." nada tinggi Allya membuat mereka semua terkejut. Jelas menolak usulan gaun pilihan Ali.

Nadira tidak buta fashion, tapi dia adalah orang Timur yang selalu memegang teguh nilai kesopanan. Jadi semua pakaian Allya tertutup. Dan kali ini Nadira merasa sangat putus asa dengan keinginan sang putri. Karena beberapa gaun yang sudah masuk ke dalam list adalah rekomendasi dari Mommy Lilith yang notabene adalah seorang model, jelas tidak mencerminkan budaya Timur yang selama ini dia pegang.

"Kalian mau aku jadi bahan olokan karena berpakaian kuno seperti itu?" kini Allya sudah berurai air mata. Dia juga mendramatisir keadaan dengan menangis di pelukan sang ayah.

"Sweet Heart, you always be our princess. Apapun yang kamu kenakan, kamu adalah seorang princess. Paham kan?" Danny mencoba menenangkan hati Allya.

"Tapi Dad nggak paham. Ini prom pertamaku, dan aku mau jadi yang terbaik."

"Gaun itu atau tidak sama sekali." itu adalah keputusan final dari Ali dan Alex.

Pada akhirnya Allya menurut. Dia masih bisa berpikir jernih untuk tidak membangkang kepada kedua kakaknya. Karena biar bagaimanapun, kedua kakaknya menyumbang uang jajan yang tidak sedikit untuknya.

Selesai dengan masalah Allya, Nadira masih harus menghadapi dua anak kembarnya yang ternyata masih sama. Mereka hanya bertumbuh tinggi dan bertambah usia, tapi soal tingkah, mereka masih sama.

Kalau sedang pulang, baik Ali maupun Alex akan selalu merebahkan kepalanya di paha Nadira. Meski hanya diam saja dan menikmati elusan tangan ibu sambung mereka, hal itu adalah momen yang selalu mereka nantikan.

***

Menjadi seorang Allya Sebastian tidak melulu menyenangkan. Memang ada banyak hal yang patut disyukuri, tapi ada juga hal yang membuat Allya merasa geram. Itu hal yang wajar dalam sebuah keluarga kan.

Apalagi Allya memiliki dua kakak yang tampan dan keren. Kalau mereka sedang berkunjung ke rumah, Allya adalah perempuan yang sangat istimewa. Tentu saja setelah ibunya.

Kemanapun Allya pergi, dia akan selalu mendapat pengawalan dari sang kakak. Tidak melulu berdua. Kadang hanya Ali saja atau Alex saja. Meski begitu, tetap saja banyak orang yang salah paham dan menganggap kakaknya adalah kekasih Allya.

"Al, pacar kamu udah jemput." ucapan sahabat Allya membuat gadis remaja itu mengalihkan pandangan dari ponsel.

Benar saja. Kakaknya, Ali, sudah menunggu di halaman sekolah sembari memainkan ponselnya. Pose dia yang bersandar di pintu mobil, dengan kacamata hitam dan pakaian kasual membuat Ali yang sudah berumur 34 tahun terlihat lebih muda dari usianya.

Pemandangan ini jelas menarik perhatian banyak orang. Terlebih para gadis remaja yang sedang puber. Mereka jelas kagum dan tidak bisa mengalihkan pandangannya dari kakak Allya.

Hal itu membuat Allya sedikit tidak rela. Kakak tersayangnya hanya milik dia seorang. Jadi, dengan sangat manja Allya langsung menghampiri Ali dan memeluknya dengan mesra.

"Nggak ngabari kalau mau jemput?" tanya Allya gembira.

"Surprise." hanya itu jawaban Ali.

Well, punya dua kakak dengan karakter yang berbeda itu memang menyenangkan. Ali yang lebih banyak dian dan irit kata terlihat cool, tapi Ali pula yang mencurahkan kasih sayang yang besar terhadapnya. Tipe pria idaman untuk menjadi pacar.

Berbeda dengan Ali yang cool, Alex adalah tipe kakak yang ceria dan selalu membuat Allya tertawa. Sama seperti Ali, Alex juga menghujani Allya dengan kasih sayang yang besar. Tapi dengan Alex, Allya akan selalu sakit perut karena banyak tertawa atau mulut yang pegal karena beradu pendapat.

Allya hanya diam saja ketika kakaknya mengemudikan mobil tidak menuju rumah. Kedua kakaknya memang selalu memberi kejutan sederhana yang mampu membuat Allya merasa sangat spesial.

Mata Allya tidak bisa mempercayai apa yang dilihatnya. Ali membawanya ke sebuah butik yang selalu diperbincangkan teman-temannya. Butik yang booming dikalangan para siswa ketika akan mencari gaun untuk prom.

Ali tidak berucap sedikitpun. Dia hanya menggandeng tangan Allya dan membawanya masuk ke dalam butik. Di dalam butik, kejutan lain menyambut Allya. Alex juga ada disana dan terlihat menunggu.

"Alex disini juga?" tanya Allya kepada sang kakak.

"Halo, Princess." Alex dengan lembutnya menarik tangan Allya dan mengecupnya.

Pandangan Allya tertuju pada deretan gaun yang ada di hadapannya. Itu adalah kumpulan gaun indah yang siap untuk dipilih dan dikenakan ke prom.

"Pilih salah satu gaun yang ada disitu. Itu untuk ke prom." ucapan Ali membuat Allya jelas tidak bisa percaya begitu saja.

Sembari memicingkan mata, Allya menatap Ali. "Apa term and condition-nya?"

Alex tersenyum kecil, tapi tidak dengan Ali yang terus memasang wajah datarnya.

"Kami akan mengawalmu ke prom?"

Selama hidup bersama dua kakak yang terkadang bisa sangat licik membuat Allya tidak begitu saja menerima sesuatu. Dia akan selalu menanyakan alasan atau apa yang harus dia bayar untuk hal yang dia terima. Bukan karena curiga, tapi memang di dunia ini tidak ada yang gratis kan?

Semua gaun yang sudah disiapkan adalah gaun yang tertutup, tapi meski begitu gaun itu tetap terlihat indah. Tidak seperti gaun yang disepakati sebelumnya.

Pilihan Allya jatuh pada gaun panjang one shoulder yang sangat cantik. Warna krem dan dihiasi dengan motif bunga di beberapa tempat yang tepat.

"My Princess." ucap Ali, ketika berdiri dibelakang Allya dan mengamati pantulan mereka di cermin.

Tidak ada yang bisa menggambarkan bagaimana bahagianya Allya. Meski kadang menjengkelkan, tapi dua kakaknya adalah orang yang paling menyayanginya setelah kedua orangtuanya.

Dari kakaknya pula dia belajar bagaimana memilih dan mencari pasangan. Orang seperti apa yang akan terus menyayanginya tanpa syarat kelak.

avataravatar
Next chapter