21 A Family

Hidup Danny berubah setelah menikah dengan Nadira. Meski sudah berusaha untuk menyesuaikan diri, nyatanya ada banyak hal yang membuat Danny merasa terkejut dengan tingkah istrinya ini. Entah itu dalam konteks baik maupun buruk. Tapi, sejauh ini Danny menikmati perannya sebagai seorang ayah dan juga seorang suami.

Bersama dengan Nadira, dia berusaha untuk mendidik dan membesarkan si kembar dengan baik. Agar kedua anak laki-lakinya itu tumbuh menjadi pria yang baik dan juga bertanggung jawab. Bukan hal yang mudah, karena Ali dan Alex ternyata juga memiliki keinginan mereka sendiri. Yang terkadang bertentangan dengan apa yang Danny inginkan.

Perdebatan sering mewarnai rumah mungil berlantai dua ini. Rumah yang Danny beli untuk tempat tinggalnya bersama keluarga barunya setelah memutuskan untuk menetap di Australia.

Sesuai kesepakatan, Danny melarang Nadira bekerja di luar rumah. Dia hanya ingin sang istri ada di rumah dan mengurusi keluarga. Itu saja. Tidak ingin mengulang kesalahannya dimasa lalu yang membiarkan sang istri bekerja dan mengabaikan anak-anak di rumah. Beruntungnya Nadira tidak keberatan.

"Aku akan menuruti ucapan suamiku." ucap Nadira. Ucapan Nadira memang ada benarnya.

Suatu kebahagiaan tersendiri mendapatkan istri yang menyayangi putranya dari pernikahan terdahulu. Juga mau menuruti apa keinginan suami.

Ini adalah hidup yang memang Danny inginkan sejak dulu. Dan rasanya dia tidak pernah menyesal ketika dia mengambil keputusan untuk menikahi Nadira.

Kebahagiaan ini jelas tidak hanya dirasakan oleh Danny seorang. Ali dan Alex jelas mendapatkan kebahagiaan mereka ketika Nadira menjadi Ibu sambung mereka. Meski hanya sebagai Ibu sambung. Siapa yang peduli Nadira ibu kandung atau bukan. Satu hal yang pasti, Nadira menyayangi mereka sepenuh hati. Pun begitu dengan Ali dan Alex yang menyayangi Nadira.

Ali dan Alex tumbuh menjadi remaja yang baik. Mereka memang tidak bisa lepas begitu saja dari julukan pembuat onar, tapi masih bisa ditolerir. Bahkan Nadira akan dengan bangga mendukung apa yang dilakukan Ali dan Alex selama itu masih dalam koridor yang aman.

Ketiga pria sebastian itu seperti mengabdikan hidup untuk melayani Nadira seorang. Terlebih ketika Nadira mengandung bakal adik mereka, Ali dan Alex semakin terobsesi dengan ibu mereka.

Dalam ingatan Danny, memperlakukan wanita hamil itu berbeda dengan wanita tidak hamil. Dulu, ketika Lilith hamil si kembar, dia harus selalu ada disamping istrinya karena memang Lilith menjadi sangat lemah. Bahkan untuk bangun dan berjalan saja Lilith kesulitan. Belum lagi pendarahan yang selalu mengintai ketika Lilith kelelahan.

Masa dimana Danny merasakan beratnya beban menjadi calon ayah. Sempat membuat Danny merasa stres, tapi dia tetap harus terlihat tegar demi Lilith yang tengah hamil si kembar. Belum lagi perjuangan ketika Ali dan Alex lahir sebelum waktunya. Banyak air mata dan keringat yang bercucuran untuk bisa merawat dan membesarkan dua pria itu.

Sekarang, kenangan buruk itu menghantui Danny. Bagaimana kalau Nadira harus mengalami hal yang sama dengan Lilith dulu?

"Kita tidak boleh membuat Mom kelelahan ataupun stres. Itu bisa berbahaya untuk Mom ataupun adik kalian." ucap Danny serius. Dia sedang berdiskusi dengan Ali dan Alex perihal kehamilan Nadira.

"Apa separah itu?" tanya Ali.

Danny mengangguk dengan tegas. "Dulu Mommy kalian harus terus berbaring agar tidak pendarahan dan kehilangan kalian. Bahkan untuk berjalan saja Mommy kalian kesulitan karena beban yang tidak seimbang di perut."

Alex langsung terlihat sedih. Dia takut kalau hal buruk terjadi, dan yang terburuk adalah kepergian Nadira dari hidupnya. Hidup mereka bertiga.

"Kenapa kita nggak keluarkan dia dari perut Mom kalau itu berbahaya untuk Mom?" pertanyaan Alex membuat Danny terkejut.

"We can't. Mom sangat menyayangi dia, jelas tidak mau kalau hal berbahaya menimpa dia."

"Tapi dia akan membahayakan Mom." sanggah Ali. Ketiga pria itu langsung mengangguk bersamaan.

Tidak ada cara lain bagi mereka untuk menjaga Nadira baik-baik saja. Mereka rela menghabiskan lebih banyak waktu di rumah untuk mengambil alih pekerjaan Nadira. Bahkan Ali dan Alex rela terlambat latihan basket karena harus mengurusi pakaian kering mereka di laundry room.

"Mom udah bilang berkali-kali, kalau Mom bisa mengerjakan ini semua sendirian. Kalian bisa terlambat latihan basket." begitulah yang Nadira ucapkan kepada si kembar.

"Latihan bisa menunggu, Mom." jawab Ali.

Tentu saja perubahan sikap ini membuat Nadira bertanya-tanya. Tapi semuanya selalu ditepis oleh Danny ketika Nadira menyampaikan keluhannya.

"Mereka hanya ingin membantu ibu mereka. Apa itu salah?" jawaban Danny membuat Nadira bungkam.

Sampai waktunya bayi mungil yang mereka nantikan hadir di tengah mereka. Kalau selama ini ketiga pria Sebastian hanya bisa berinteraksi dengan sang bayi melalui tendangan kecil yang terasa di perut Nadira, kini mereka bisa melihat secara langsung.

Baik Danny, Ali maupun Alex tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Malaikat kecil yang cantik itu membuat mereka tidak bisa berucap.

"Nggak ada yang mau gendong adik kalian?" tanya Nadira kepada Ali dan Alex.

Keduanya langsung mengerjapkan mata dan memandang sang ibu.

"May I?" tanya Ali. Dijawab dengan anggukan kepala.

"Hati-hati, Al, she is too small." ucap Alex was-was.

Nadira tidak bisa menyembunyikan senyumnya ketika Ali berhasil menggendong adik barunya.

"Siapa namanya?" pertanyaan itu menarik perhatian semua yang ada disana.

"How if Allya?" Nadira bertanya baik.

"Allya Sebastian." Danny melengkapi.

Binar mata mereka sama. Memancarkan kebahagiaan dan rasa takjub untuk makhluk kecil yang baru saja lahir ke dunia.

Dalam hati masing-masing, ketiga pria Sebastian itu berjanji akan menjaga dan melindungi Allya dengan baik. Menghujani Allya dengan cinta.

***

Begitu lah kehidupan keluarga Sebastian sekarang. Daniel Sebastian yang berusaha keras membagi waktunya antara pekerjaan dan keluarga. Juga Alistair dan Alexander Sebastian yang sangat menyayangi ibu sambung dan adik perempuan mereka.

Alistair yang menjadi kapten tim basket jelas membuat bangga keluarganya. Siapa yang sangka, anak yang dulunya pendiam itu sekarang menjadi kapten tim basket. Idola baru di sekolahan mereka. Tapi Ali yang sekarang tetaplah Ali yang dulu. Yang masih irit bicara di depan banyak orang maupun di keluarganya. Dia akan menunjukkan kasih sayang melakui tindakan.

Alexander memang tidak terlalu menyukai olahraga. Dia lebih suka membaca. Memang secara akademis Alex lebih baik dari Ali, tapi itu tidak membuat Alex menjadi sombong. Pun sebaliknya, Ali yang hebat di olahraga juga tidak meremehkan adiknya begitu saja.

Allya kecil tumbuh menjadi gadis kecil yang lucu dan juga mengemaskan. Selalu mendapatkan kasih sayang dari kedua kakaknya dan juga orangtua. Mereka membuat Allya tumbuh menjadi perempuan yang penyayang dan juga baik hati.

Rasanya kehidupan Danny sudah sempurna sekarang. Kapanpun Tuhan akan mengambil hidupnya, dia akan dengan suka rela ikut. Kebahagiaan yang sudah dirasakannya ini sudah cukup, karena dia tidak mau menjadi orang yang rakus.

"Melamun tentang apa?" tanya Nadira lembut.

"Our life. Too perfect to be true. Dan jauh dari bayanganku." jawab Danny sembari merangkul istrinya agar duduk dipangkuannya.

"Karena kita selalu bersyukur tentang apa yang kita miliki. Kurang maupun lebih, banyak maupun sedikit, senang maupun susah, kaya maupun miskin."

Ya, ucapan Nadira memang benar. Ketika kita bersyukur dengan apa yang ada disekeliling kita, Tuhan akan senantiasa mencukupkan hidup kita. Kalau tidak saat ini, mungkin nanti. Yang pada akhirnya kita akan selalu mengucap syukur tak berkesudahan.

-END-

avataravatar
Next chapter