webnovel

Separate tells a Hidden Story

Separate tells a Hidden Story adalah cerita penuh dengan misteri, komedi, dan drama. Dalam serial ini, cerita tersebut menceritakan kehidupan seorang anak remaja SMA yang bernama Saruizawa Kousan. Saruizawa Kousan bersekolah di SMA HighLight. Disekolahnya, Saruizawa hanyalah sebagai pelajar biasa. Untuk bisa melanjutkan sekolahnya di Universitas Nasional. Namun apa jadinya? Kalau Saruizawa memiliki alasannya sendiri untuk menutupi identitas diri yang sebenarnya. Di sisi lain, Saruizawa memiliki masa lalu yang dark atau bisa dikatakan Saruizawa hilang ingatan waktu itu. Pada masa kecilnya dulu, Saruizawa Kousan adalah putra pertama dari keluarga Saruizawa. Saruizawa Kousan dulu merupakan anak abnormal. Mungkin beberapa hari setelah kelahirannya, Saruizawa Kousan secara ajaib sudah bisa berbicara. Pada umumnya, keluarga Saruizawa terlihat seperti keluarga yang damai dan tentram, karena memang itulah kenyataannya. Akan tetapi, keluarga yang damai dan tentram itu tidak bertahan selamanya.  24 April 2014, pukul 00.12 tengah malam. Tepat di hari dimana ulang tahunnya dirayakan dan perayaan hari kelulusannya di sekolah dasar. Insiden tak terduga terjadi di jembatan merah. Terjadinya peristiwa kecelakaan maut antar mobil dengan truk. Akibat dari kejadian itu, jalanan jembatan merah menjadi rusak dan juga tiang-tiang jembatan itu menjadi terputus. Singkat cerita, setelah kepolisian menyelidiki kasus tersebut. Mereka tidak menemukan si korban terluka maupun mayat si korban di tempat kejadian. Mereka hanya menemukan kartu tanda pengenal milik antar korban kecelakaan. Nama yang tertera pada kartu tanda pengenal itu adalah Saruizawa Tamanawa, yang merupakan Ayahnya Saruizawa Kousan. Mereka juga mendapatkan bukti melalui rekaman CCTV di tempat kejadian, tapi percuma saja. Rekaman CCTV pun tidak memperlihatkan si korban disana. Kepolisian menyimpulkan tentang insiden ini sangatlah ironis. Lalu, bagaimana kelanjutannya Saruizawa Kousan hilang ingatan setelah keluarganya tiada? Ayo baca sekarang biar tahu bagaimana jalan cerita ini menuju cerita yang gelap.

AuthorFantasy · Realistic
Not enough ratings
23 Chs

VoL 1 - CHAPTER 4

EVENT  SEBLAK.

| previous story |

"Permisi..." ucapku sopan.

Megumi terlihat ragu karena merasa tidak adanya satupun guru yang menjawab salam ku. Lalu Megumi seperti teringat sesuatu dan mengatakan hal itu padaku. Sembari aku sudah mengetuk pintu hingga 12 kali.

"Kalau tidak salah, dewan guru sedang mengadakan rapat... mendadak bukan?" Kata Megumi yang merendahkan nadanya.

"Oh, aku benar-benar lupa akan hal itu." Ketukan itu terhenti.

"Bagaimana..." Megumi kembali memikirkan sesuatu. 

Lalu melanjutkannya, "... kita langsung pulang saja, kurasa nanti penjaga sekolah juga akan mengunci nya."

Apa yang dikatakan Megumi itu ada benarnya juga. Penjaga sekolah atau satpam tentu bertugas menjaga keamanan area sekolah. Salah satu dari tugas satpam itu sendiri adalah, memeriksa keadaan di setiap ruangan. Jika ada ruangan yang tidak terkunci atau masih ada orang yang terkunci di dalamnya, maka satpam tersebut akan segera memulai tugasnya.

Alasan aku mengatakan, 'masih ada orang yang terkunci di dalamnya.' Itu karena terkadang ada saja murid yang masih tertiduran di saat jam terakhir. Kebiasaan anak-anak murid lainnya kalau ada melihat teman nya sendiri tertiduran didalam kelas, mereka akan berbuat hal yang membuat orang itu menyesali perbuatannya sendiri. 

Yang dilakukan mereka itu tidaklah salah demi menyadarkan orang lain, tapi apakah pantas sebagai seorang teman melakukan hal seperti itu pada temannya sendiri? Aku masih belum menemukan jawabannya, karena aku sendiri adalah orang yang Anti-sosial. Itu dimulai semenjak aku sudah memiliki seseorang, yaitu Sakurasawa Megumi.

"Kamu benar juga, ayo mari kita makan seblak." Jawabku semangat sembari mengangkat mengepalkan tangan kanan ku, yang bertujuan untuk menghibur Megumi.

"Yeee..." senyuman nya terlihat begitu menyenangkan. 

"Baiklah, ayo pergi sekarang." Megumi mengatakan itu.

Kami berdua pun segera meninggalkan sekolahan. Acara makan seblak bersama Megumi tadi pun agak tertunda, hanya karena pintu kelas aku yang tidak terkunci. Dan juga debat antara Megumi dengan Meguri tadi.

Awalnya Megumi terlihat tidak begitu senang. Tetapi setelah kami berdua memutuskan untuk pergi sekarang, Megumi terlihat begitu sangat senang dan terus mendorong-dorongku setiap kali aku berjalan.

Seperti... Megumi sangat menantikan nya.

| next story |

Sekarang kami berdua sedang berjalan melewati jembatan panjang. Sembari berjalan, kami sangat terpukau dengan pemandangan yang amat indah. Matahari terlihat dari ujung lautan ingin tenggelam. Di selingi oleh awan-awan yang tebal dan di selubungi oleh langit bewarna oranye kemerahan yang bercampur. Lautan dengan ombak-ombak yang tenang itu terlihat menyilaukan dari atas jembatan. Mungkin karena akibat dari pantulan cahaya matahari melalui cerminan air.

Hari semakin menggelap seiring berjalan nya waktu. Kami berdua sempat membicarakan sesuatu sambil berjalan.

Megumi membuka pembicaraan terlebih dahulu.

"Kita, terlihat seperti sedang kencan ya?" Kata Megumi tersenyum manis.

Aku sama sekali tidak berpikir, apa ini kencan atau hanya jalan-jalan, karena tujuan awalku hanyalah mengajak nya makan seblak bersama. Kurang lebih seperti itu yang kupikirkan.

"Iya, mungkin saja ini, juga termasuk bagian dari kencan." Jawab ku sambil menatapnya.

"Kamu ingat? Waktu pertama kali kita kencan?" Tanya Megumi yang hendak tertawa. 

"A—Ah... itu ya. Kalau tidak salah, waktu itu kita sama sekali tidak membicarakan apapun selama kencan. Yah, wajar saja karena kita baru pertama kali merasakan yang namanya pacaran itu gimana."

"Fhufufu! Benarkan? Situasi kita canggung banget pas diawal." Sambil berkata, Megumi tertawa kecil.

Jujur saja pendapat ku mengenai pacaran itu tidaklah jauh beda dengan hubungan persahabatan. Mereka selalu bersama, saling membutuhkan, dan saling menghibur. Pada awalnya, aku mengira pacaran itu sesuatu yang keren. Buktinya, sama saja. Namun bedanya, di saat Aku dan Megumi saling berpegangan tangan, dari sanalah jantung ku langsung berdebar-debar, dan disertai hati yang cenat-cenut. Disitulah aku merasakan sesuatu yang nyaman di saat bersamanya.

Bagaikan sebuah pulpen yang tak bertinta, maka kita harus mengisi kekosongan tinta itu. Karena pulpen tersebut sangat membutuhkan tinta itu agar bisa menuliskan sesuatu. Begitu pula dengan hal nya pacaran, saling membutuhkan, saling ketergantungan, saling mengisi, dan saling berbagi rasa.

Tidak ada yang nama nya pacaran itu tidak saling membutuhkan satu sama lain. Pacaran itu tidaklah harus bersama, terkadang hubungan kami terpisah antara jarak. Meskipun begitu, hati kami tetap akan bersama.

"Kamu benar juga," jawabku sambilan menatap ke langit.

Langit mulau berwarna orange kemerahan, matahari yang ingin segera tenggelam, dan burung-burung berterbangan diatas sembari mengeluarkan bunyinya. Menjadikan suasana disini sangatlah tenang dan nyaman. 

Lalu, senja pun tiba.

Aku melanjutkan pembicaraan.

"... mau berpegangan tangan?" 

Megumi mengarahkan pandangan nya kepadaku sambil tersenyum tulus dan sedikit di campuri rasa kesedihan. 

Megumi tidak menjawab perkataanku, melainkan langsung menggenggam tanganku secara tiba-tiba.

"..." aku terdiam sejenak.

Kami berdua melanjutkan perjalanan sembari berpegangan tangan. Orang-orang sekitar kami, menatap kearah kami berdua. Namun, kami berdua sudah terbiasa akan hal ini dan bisa mengabaikannya.

x  x  x

Beberapa menit berlalu selama kami diperjalanan menuju toko seblak. Akhirnya kami tiba di depan toko seblak tersebut.

"Bagaimana kalau kita masuk sekarang?" Tanyaku sambil menatapnya.

"Tentu." Megumi mengangguk semangat.

Kami pun masuk ke dalam toko seblak tersebut. Toko ini sudah sejak lama di bangun. Toko yang sekarang terlihat lebih keren dari pada sebelumnya, tentu saja sudah beberapa kali di renovasi. Aku tahu toko ini dari berawal ceritanya Megumi. Dia sangat menyukai makan-makanan yang pedas, begitu juga denganku

Waktu pertama kali aku di ajak Megumi ke toko ini, aku sempat bertanya tentang jenis makanan apa ini. Megumi pun menjelaskan begitu banyak hal mengenai makanan seblak padaku. Mendengar itu sudah membuat ku membayangkan betapa enak nya makanan itu. Karena aku juga menyukai makan-makanan yang pedas.

Di dalam toko seblak, kami berdua langsung duduk di meja makan bersamaan mengeluarkan suara lega.

"Wuah..." hembusan nafas lega dari mulutku.

Sejenak aku memejamkan kedua mata, lalu beberapa detik kemudian aku membuka nya lagi. 

Tak lama pelayan toko seblak itu menghampiri kami.

"Selamat datang di toko kami, apa anda ingin memesan sesuatu?" Salah satu pelayan mendekati kami sembaru berbicara padaku.

Pelayan di sini sangatlah sopan, sama sopannya dengan seragam yang mereka kenakan. Seragam khusus pelayan berwarna hitam keseluruhan dengan memakai seragam serba panjang. 

Aku pun memesan sesuatu bersamaan bertanya pada Megumi dengan apa yang dia inginkan.

"Saya ingin pesan seblak ukuran sedang level 6 dan cola, lalu..." aku beralih menatap Megumi.

Megumi sadar bahwa dirinya sedang di tanyai untuk memesan apa. Lalu dia berbicara.

"Aku juga mau pesan seblak ukuran sedang namun level 10, sama teh hijau."

Begitu kata Megumi, seperti biasanya.

Pelayan itu kembali melanjutkannya, sambil mencatat pesanan kami di sebuah kertas kecil.

"Kalau begitu seblak ukuran sedang level 6 dan 10, cola dan teh hijau. Mohon tunggu pesanannya!" Pelayan itu pun pergi.

Setelah pelayan itu pergi menjauhi kami, aku pun membuka pembicaraan dengan Megumi.

"Seperti biasa, kamu suka seblak dengan level super pedas itu." Kataku sembari mengambil sebuah tisu.

"Kurasa itu tidak sebanding dengan level maniac."

Seblak level maniac itu hanyalah sebutan dari Megumi saja, seblak level maniac yang dimaksud Megumi itu adalah, sama dengan seblak level 100. Tentu rasanya super gila, cocok disebut sebagai seblak level maniac. Meskipun aku tidak pernah mencobanya.

Tapi tunggu, makna dari perkataan Megumi barusan itu apa? Bukannya... berarti dia sudah pernah mencoba seblak gila itu?

"Apa Megumi pernah mencobanya...?" Tanyaku merendah.

"Tentu, ... tidak pernah." Jawabnya meyakinkan namun pada akhirnya menjadi datar. Megumi masih berbicara.

"Tapi itu loh, aku kemarin nonton youtuber yang membuat konten challenge makan seblak level 100. Setelah memakannya, videonya habis begitu aja, di ending videonya terdapat sebuah pesan bertuliskan,'jangan pernah mencoba sesekali memakan seblak level 100'. Aku jadi penasaran gimana rasanya mencoba langsung seblak level maniac itu."

Memakan seblak level 100 itu anggap saja, sama dengan bunuh diri! Aku pasti tidak akan pernah sekalipun memakannya. Meskipun di kasih uang miliaran rupiah demi memakan seblak level 100 itu, aku sama sekali tidak ingin mati kehilangan nyawaku. Sumpah beneran dah!

"K—Kan sudah di beri peringatan oleh youtuber itu, dia bilangkan, jangan sesekali memakan seblak gila itu." 

"Aku,'kan hanya ingin mencicipi nya sedikit saja."

Megumi adalah sosok yang sulit untuk dimengerti bahkan orang disekitarnya seketika berubah menjadi beku. Aku sama sekali tidak bisa membantah kata-kata nan polos itu.

Sejenak kami berdua terdiam, namun penyelamat lagi-lagi datang menghampiriku. Pelayan adalah pahlawanku.

"Maaf membuat kalian menunggu."

Setelah meletakkan seblak dan minuman yang sudah kami pesan tadi, seketika pelayan itu meminta izin untuk kembali.

"Kalau begitu, saya tinggalkan dulu disini. Permisi." Ucap pelayan itu sembari menunjukkan kesopanannya.

Sedari tadi Megumi terlihat hanya memfokuskan dirinya hanya pada seblak yang ada di hadapanya.

Lalu Megumi berkata sesuatu.

"Level 10 saja sudah membuat mataku perih. Apalagi, dengan level maniac itu..." nadanya memanjang.

Aku pun berbicara sembari mempersiapkan tisu diatas meja.

"Yah, bagiku level 10 itu saja rasanya sangat ped—" bicaraku terputus setelah melihat ke arah Megumi.

AUM! AMM! 

LEZAT UM!

"Cempat dimamkam, kubumu dingin. Aum!" Megumi berbicara sesuatu yang tak jelas namun, aku bisa memahami perkataannya melalui gerak-gerik tangannya.

Dia tidak mendengarkan perkataanku…

Dia berkata kalau tidak cepat dimakan, nanti kuburu dingin. Begitu maksudmya.

Tapi makan sambil berbicara itu sangatlah tidak wajar. Karena itu melanggar hukum kesehatan, dan hukum keselamatan.

"Jangan bicara dulu saar sedang mengunyah sesuatu." Nasehat ku pada Megumi.

"Iya, ya. Kamu juga."

"Yah, kalau akukan belum memakannya." 

"Buruan makanya dimakan, dingin nanti tidak enak lagi." Kata Megumi sembari menghirup-hirup kuah seblak itu.

"Iya bawel, lagian sudahku bilang jangan bicara saat sedang makan." Ucapku dengan nada merendah.

Hubungan kami terlihat seperti hubungan normal pada umumnya. Setiap orang berpacaran pasti mempunyai cara mereka sendiri. Namun secara alami, hubungan seperti itu tidak akan bertahan lama. Tidak tahu kenapa begitu, karena memang kenyataan nya kalau berpacaran itu paling lama bertahan selama 6 bulan saja. Akan tetapi…

Aku pun juga ikut memakan seblak itu bersama Megumi.

Sungguh rasa seblak ini tidak ada yang menandingi nya. Baru level 6 saja sudah membuat lidahku panas, sampai-sampai kepala ku berkeringatan dengan sendirinya. Wajahku memerah, begitu pula dengan bibirku.

Untungnya Aku telah menyiapkan beberapa tisu di atas meja, untuk mengeringkan keringatku ini.

Mesti pada akhirnya, sehabis pulang kerumah aku langsung menuju toilet.

"Terima kasih, ya." Ucap pelan Megumi dengan jelas.

"Untuk apa berterima kasih? Aku hanya melakukan tugas dengan apa yang di tugaskan. Kalimat itu harusnya kamu katakan nanti di akhir."

Megumi kembali tersenyum dengan mata yang agak menyipit, disertai alis yang menurun. Lalu dengan pelan Megumi berbicara padaku.

"Sebentar lagi, ini semua akan berakhir..." kata Megumi menurun.

Aku pernah mengatakannya, kalau akhir itu tidak akan pernah berakhir jika dunia ini sudah tidak ada lagi. Jadi, semua ini tidak akan pernah berakhir. Selama masalah ini tidak dipermasalahkan, maka semua nya pasti akan baik-baik saja.

"Aku akan mengakhirinya dengan caraku sendiri." Jawabku datar.

Berawal dari akhir, lalu berakhir dari awal, aku akan mengakhirinya dengan benar.

x  x  x

MASIH BERLANJUT BRO!