webnovel

Separate tells a Hidden Story

Separate tells a Hidden Story adalah cerita penuh dengan misteri, komedi, dan drama. Dalam serial ini, cerita tersebut menceritakan kehidupan seorang anak remaja SMA yang bernama Saruizawa Kousan. Saruizawa Kousan bersekolah di SMA HighLight. Disekolahnya, Saruizawa hanyalah sebagai pelajar biasa. Untuk bisa melanjutkan sekolahnya di Universitas Nasional. Namun apa jadinya? Kalau Saruizawa memiliki alasannya sendiri untuk menutupi identitas diri yang sebenarnya. Di sisi lain, Saruizawa memiliki masa lalu yang dark atau bisa dikatakan Saruizawa hilang ingatan waktu itu. Pada masa kecilnya dulu, Saruizawa Kousan adalah putra pertama dari keluarga Saruizawa. Saruizawa Kousan dulu merupakan anak abnormal. Mungkin beberapa hari setelah kelahirannya, Saruizawa Kousan secara ajaib sudah bisa berbicara. Pada umumnya, keluarga Saruizawa terlihat seperti keluarga yang damai dan tentram, karena memang itulah kenyataannya. Akan tetapi, keluarga yang damai dan tentram itu tidak bertahan selamanya.  24 April 2014, pukul 00.12 tengah malam. Tepat di hari dimana ulang tahunnya dirayakan dan perayaan hari kelulusannya di sekolah dasar. Insiden tak terduga terjadi di jembatan merah. Terjadinya peristiwa kecelakaan maut antar mobil dengan truk. Akibat dari kejadian itu, jalanan jembatan merah menjadi rusak dan juga tiang-tiang jembatan itu menjadi terputus. Singkat cerita, setelah kepolisian menyelidiki kasus tersebut. Mereka tidak menemukan si korban terluka maupun mayat si korban di tempat kejadian. Mereka hanya menemukan kartu tanda pengenal milik antar korban kecelakaan. Nama yang tertera pada kartu tanda pengenal itu adalah Saruizawa Tamanawa, yang merupakan Ayahnya Saruizawa Kousan. Mereka juga mendapatkan bukti melalui rekaman CCTV di tempat kejadian, tapi percuma saja. Rekaman CCTV pun tidak memperlihatkan si korban disana. Kepolisian menyimpulkan tentang insiden ini sangatlah ironis. Lalu, bagaimana kelanjutannya Saruizawa Kousan hilang ingatan setelah keluarganya tiada? Ayo baca sekarang biar tahu bagaimana jalan cerita ini menuju cerita yang gelap.

AuthorFantasy · Realistic
Not enough ratings
23 Chs

VoL 1 - CHAPTER 3

MEGUMI SANGAT MENANTIKAN NYA.

| next story | 

Taklama kemudian, Shinozuka-sensei memasuki jam terakhirnya, yaitu Fisika. Kami semua kembali duduk rapi dan berdiam sejenak. Sesampainya Guru Shinomiya duduk, Dia langsung berbicara.

"Maaf, untuk jam terakhir di tunda dulu, dikarenakan kepala sekolah mendadak mengadakan rapat dewan guru. Sementara itu, ibu akan memberikan tugas untuk kalian kerjakan di rumah."

Bobi tiba-tiba langsung mengeluh.

"Yah... tidak seru ini namanya, sensei."

Kutahu Bobi tidak terlalu menyukai pelajaran Fisika, Tapi kenapa Dia malah mengeluh? Bobi yang kutahu dia sangat menyukai pelajaran Sejarah dan juga Bahasa. Sama sepertiku, kurang lebih seperti itu.

Taklama yang lainnya juga mengikuti perkataan Bobi.

"Benar juga... sensei, tidak seru ini."

"Kok mendadak sih, bu? Memangnya ada apa?"

Shinozuka-sensei terlihat ragu dan sejenak memikirkannya, lalu taklama setelah itu dia langsung memberi penjelasannya.

Aku yakin bahwa, siswa-siswi kalau mendengar kata 'pulang' mereka akan langsung meloncat-loncat seperti katak. Aku sangat meyakini, bahwa mereka sangat senang setelah mendengar kata 'pulang' itu.

Aku tidak yakin melihat Bobi tiba-tiba mengeluh setelah mendengar kata itu. Di saat guru belum memasuki jam pelajaran, Bobi memang selalu mengeluh tapi, dalam artian lain. Dia mengeluhkan, ingin secepatnya pulang dan langsung menonton anim dirumah.

"Ibu juga tidak begitu tahu, sebentar lagi kalian akan magang. Mungkin saja itu sebabnya kepala sekolah memanggil dewan guru secara mendadak."

Sejenak Shinozuka-sensei terdiam, sembari membolak-balik lembaran kertas buku. Sepertinya Shinozuka-sensei benar-benar berniat membuatkan tugas untuk Kami kerjakan dirumah. Lalu menuliskannya di depan papan tulis.

"Untuk tugas kalian, minggu depan harus di kumpulkan secepatnya kepada Ketua Kelas. Setidaknya itu saja, ibu akan pamit duluan."

Ketua Kelas disini adalah Sakuramai Meguri. Orang seperti Dia memanglah cocok menjadi pemimpin yang patut ditakuti, tidak mudah untuk di tentang, sikap tegas dan menusuk. Yah, meski Dia menakutkan, Dia tetap saja lemah di hadapan Guru. Hahaha! ingin sekali aku tertawa terbahak.

Kami pun segera mencatat tugas yang diberikan olehnya, Sementara itu Shinozuka-sensei berjalan kearah luar. Namun sebelum melangkahkan kaki keluar, Shinozuka-sensei tiba-tiba berhenti.

Kami yang sibuk mencatat tugas yang ada dipapan tulis juga tiba-tiba terhenti sejenak melihat kearah Shinozuka-sensei. Lalu salah satu dari Kami menanyakannya.

"Ada apa, bu?"

Shinozuka-sensei menjawabnya.

"Ibu lupa, setelah ini kalian diperbolehkan untuk pulang." Lalu, Shinozuka-sensei berbalik badan lagi menuju ke arah pintu luar kelas. Sembari mengucapkan tanda perpisahan.

"Kalau begitu, ibu akan pamit."

Seketika kelas terdiam...

Shinozuka-sensei melanjutkan langkahnya meninggalkan kelas, sekitar beberapa menit kemudian, setelah Shinozuka-sensei mulai menuruni anak tangga.

Kelas seketika menjadi ribut dengan penuh sorakan.

"Yuhuu!" Saika bersorak meriah bersama dengan teman-temannya.

Sudahku duga, dari awal mereka ingin menantikan kata-kata itu. Sebenarnya mereka sudah tahu kalau nantinya akan diperbolehkan pulang.

Shinozuka-sensei pun berjalan meninggalkan kelas, sedangkan aku masih menyalin soal yang ada di papan tulis.

Setelah beberapa menit kemudian, aku telah selesai menyalin soal yang ada dipapan tulis kedalam buku latihan Fisika. Yang lainnya juga terlihat hampir selesai. Sebagian juga sudah ada yang pulang. Bobi masih menulis yang berada disampingku, Saika dengan kelompok juga terlihat bersiap-siap untuk pulang, sedangkan Meguri sibuk memainkan ponselnya sambil bersandaran ditembok. Sepertinya Meguri sudah menyelesaikan catatannya dari awal. Dan juga Kunci Kelas ada padanya. Terpaksa atau tidak, Dia harus menunggu Kelas sampai kosong, baru Dia bisa pulang. Wajar Dia ingin bersantai terlebih dahulu.

Selesainya aku menyalin, aku mulai mengemas beberapa alat tulis dan buku-buku lalu memasukkannya kedalam Tas. Sembari berbicara pada Bobi.

"Bob, sudah selesai? Kok lama sekali."

Bobi merespon perkataanku sambil terus melihat kearah papan tulis.

"Kau nya aja yang terlalu cepat, terlalu banyak untuk disalin ..." Seketika Bobi terdiam. Lalu perlahan melanjutkannya lagi, "lagipula, kenapa aku tidak kepikiran dari tadi?"

Aku pun bingung apa yang Dia maksud perkataannya tadi, Lalu terpaksa menanyakannya.

"Apanya? Apa kau kelupaan sesuatu?"

"Kenapa aku tidak menyalinnya dirumah saja?, kan bisa sambil santai."

Apa sih dia maksud, dia ngomong apa sih? beneran sumpah!

Lalu aku bertanya satu lagi.

"Bagaimana caranya kau menyalin soal itu dirumah? Apa kau berniat untuk membawa papan tulis itu kedalam rumahmu?" 

"Pemikiran idiot, mana mungkin. Kenapa tadi tidak kufoto saja soalnya, sehabis itu langsung pulang kerumah untuk melanjutkan membaca Manga Yuri yang tertinggal kemarin..."

Oh begitu rupanya, benar juga kata si Bobi. Hm, Aku baru paham maksudnya. Tapi, kalimat akhir itu apa-apaan?!

"Pemanfaatan teknologi dengan benar..." aku berucap sambil membayangkannya..

Seketika Aku terhenti sejenak,

Huh?! Jangan-jangan Meguri? Dia sedang memegang ponselnya, Lalu Dia terlalu cepat lebih awal menyelesaikannya, 'Pemanfaatan teknologi dengan benar...', ternyata Dia lebih pintar dari yang kubayangkan.

Aku tidak menduga hal ini, alasan Meguri dengan cepat selesai lebih awal. Bukan karena dia cepat menulis, melainkan Meguri menggunakan ponselnya untuk mengambil gambar soal yang ada dipapan tulis itu. Akan tetapi, aku tidak terlalu yakin karena aku tidak memperhatikan terlalu dirinya.

"Sip, akhirnya selesai." Kata Bobi. Sambil meregangkan tubuhnya dikursi.

TUTT... TUTT... 

Ponsel tiba-tiba bergetar didalam saku seragam sekolahku. 

Sebelum aku meraih ponsel tersebut, aku sangat yakin dan sudah menduga kalau ini adalah Megumi. Aku pun meraih ponsel itu dengan cepat dan segera membalas panggilannya.

"Tunggu Aku disana, Megumi. Aku akan segera menjemputmu."

Tiba-tiba Bobi menepuk bahuku berulang kali, Lalu Aku meliriknya dan memberikan isyarat. Berupa seperti mimik wajah yang sedang bertanya-tanya.

"Ada apa?"

Bobi paham dengan isyarat yang kuberikan. Lalu, dia seperti memberitahuku kalau...

"Kousan, coba dengarkan itu." Bobi menunjukkan tangannya kearah depan pintu luar Kelas. Aku pun mengikuti tunjuknya.

"Huh?" Setelah kudengar ternyata! Itu seperti suara Megumi dan Meguri.

Ug-ugh?! Itu suara Megumi, dan Meguri. La-Lalu siapa yang menelponku ini?

Aku terkejut, saking terkejutnya Aku tidak bisa mengatakan apapun ataupun bergerak. Disana Megumi dan Meguri sedang berdebat sesuatu yang serius. Sedangkan Disini, seseorang entah siapa menelponku tiba-tiba. 

Perasaanku sangat tidak enak, secara tak sadar Aku menelan air liurku sendiri.

GLEK!

"Sembarangan, kau lagi bicara dengan siapa huh? Megumi? Aku ini sepupumu, Yui." Bicara orang ditelpon itu cepat.

Ternyata yang menelponku ini adalah Yui, Kakak sepupuku. Dan bukanlah, Sakurasawa Megumi. Karena ini situasi gawat, Aku meminta izin pada Yui untuk menutup panggilannya sebentar Lalu, Meminta maaf.

"Kak Yui, aku tutup sebentar panggilannya jadi, maaf.

TUT— panggilan terputus.

Setelah menutup panggilan dari Kakak sepupuku, Aku langsung menaruh Ponselku diatas Meja, dan segera menghampiri Mereka berdua disana.

"H—Hei tunggu," Bobi bingung melihatku tiba-tiba berdiri lalu berjalan menuju keluar kelas, lalu Bobi juga mengikutiku dari belakang.

Sekitar 2 meter jaraknya, samar-samar aku mendengar pembicaraan mereka.

"Lalu, kamu ngapain datang kekelasku? Memangnya ada kepentingan apa?" Itu adalah suara Meguri.

"Lah, terserah akulah. Lagian, inikan sudah jam pulang, tidak ada larangan kok mampir ke kelas lain."

"Orang yang kau maksud itu siapa, hah!?"

Aku pun tiba disana bersama dengan Bobi yang menemaniku dari belakang. Disana terlihat Megumi dan Meguri saling bertatap muka satu sama lain, dan beberapa Murid yang tersisa melihat Mereka yang sedang berdebat. 

"Nah itu, orangnya datang." Megumi menunjuk jari telunjuknya mengarah padaku. 

Sesampainya disana, aku bertanya kepada mereka tentang apa yang terjadi.

"Ada apa ini? Kok ribut sekali."

Meguri berbalik badan mengikuti arah telunjuk Megumi yang mengarah padaku. 

Setelah melihatku datang, Meguri langsung berbicara dengan lancang.

"Orang SKSD ini datang kemari untuk datang menjemputmu, katanya."

"SKSD!? Katamu? Sialan kau...!" Megumi membangkang sambil menunjukkan wajah kesalnya.

SKSD itu adalah kata singkatan, yang artinya adalah Sok Kenal, dan Sok Dekat.

Aku takut kalau Megumi sampai kebablasan menjelaskannya dengan sangat rinci tentang hubungan Kami sebenarnya Lalu, Aku takut setelah Meguri mengetahuinya, Dia akan menjauhi diriku dan lalu membenciku. Aku tidak ingin itu terjadi. Masa laluku dan Masa depanku dipertaruhkan disini.

Demi semua itu tidak terjadi, Aku memutuskan untuk mengelak sementara.

"Megumi? Maaf membuatmu menunggu." Sapaku dengan senyuman.

"Kousan..." Megumi merubah raut wajahnya menjadi seperti Anak kecil yang ingin merengek menangis.

"Kamu siapanya dia, Kousan-kun?" Meguri bertanya dengan Nada kesal disertai ekspresi yang dingin.

"Kousan-kun...!? Katamu!?" Setelah mendengar Meguri memanggilku dengan sebutan 'kun' dibagian akhirnya, tentu Megumi tidak menerima itu. Yah meski dia...

Apa-apaan dengan Draromcom iniiiiiiiiiii? Aku sama sekali tidak menginginkan ini. Aku bingung dengan situasi baru, rasanya aku ingin mati disini. 

Aku tahu kalau Mereka sangat tidak karib satu sama lain. Mereka selalu berdebat akan sesuatu yang tidak berguna, tidak berfaedah, tidak masuk logika. Tapi situasi ini, lebih dari tidak masuk akal.

"Cuma kenalan..." Aku mengucapkan itu, sembari mengedipkan Mata kearah Megumi.

"Itu benar, aku adalah kenalan dekatnya."

Seperti biasa, Megumi orang yang selalu menyembunyikan kata-katanya secara tersirat. Dan itu sangat sulit untuk dipahami, termasuk aku paling tidak mengerti dengannya, meskipun aku adalah pacarnya.

Kata-kata itu dapatku pahami, menurutku kata-kata itu terdengar seperti; 'Benar, aku adalah pacarnya.' Jika kata-kata itu keluar dari mulut Megumi, maka .

Aku sangat berterima kasih pada Megumi karena bisa memahami maksudku.

"Oh, Kalau begitu minggir, Aku mau pulang." Sembari menggenggam Tasnya, Mayuri berjalan cepat menuju Tangga. Lalu, menghilang begitu saja.

"He—Hei Kousan, sebaiknya Aku juga pulang duluan, Kalau begitu sampai jumpa besok." Bobi berbicara di belakangku Lalu, berjalan melewati Kami berdua.

"Iya, sampai jumpa besok." Aku pun membalas ucapan perpisahannya, Lalu Aku menatap Megumi.

Beberapa Murid lainnya juga pergi meninggalkan tempatnya menonton tadi, dan Mereka satu-persatu ada yang pulang.

"Tunggu sebentar disini ya, Aku mau mengambil Tasku didalam kelas—"

Aku pun berjalan menuju kelas, dan sejenak Aku terdiam.

Oy, oy jangan bilang, kalau dia lupa mengunci kelasnya.

Meguri adalah Ketua Kelas kami dikelas ini. Semua tanggung jawab dan segalanya dia yang pegang, termasuk kelas sekalipun. Lagian kenapa Dia bisa lupa seperti itu.

Lalu Aku melangkah maju memasuki kelas, dan segera mengambil tas dan ponselku diatas meja. Masih beruntung Meguri tidak mengunci kelasnya, kalau tidak ponsel dan buku pelajaranku akan tertinggal disini.

Didalam kelas, Aku berbicara sendiri. 

"Apa, Meguri-san baik-baik saja ya?"

Kemudian setelah itu Aku keluar sambil menutup rapat Pintu Kelas, Aku berpikir untuk keruangan Dewan Guru terlebih dahulu untuk mengambil Kunci cadangan.

Aku pun menemui Meguri yang sedang berduduk ditangga. Lalu Aku mengatakan padanya.

"Apa kau mau menemaniku keruang ruru terlebih dahulu?"

"Ada masalah apa?" Megumi bertanya.

"Kelas aku tidak terkunci. Jadi, Aku akan kunci cadangan disana."

Megumi pun mulai berdiri sembari menepuk-nepuk Roknya, Lalu berbicara kepadaku.

"Kalau begitu, aku ikut."

Entah kenapa perasaanku tidak enak dengannya, yang sudah menungguku Lalu sampai mendatangiku kemari. Dia sangat menginginkan Makanan Seblak kesukaannya itu, dan Aku mengajaknya untuk memakan itu bersama.

Aku dan Megumi mulai bergerak menuruni anak tangga.

"Maaf, ya?" Aku meminta maaf, sembari berjalan pelan menuruni tangga.

"Kau tidak perlu meminta maaf, lagian kau orang sangat baik."

Aku mendengarkan ucapan itu, dan tidak bisa berkata-kata lagi setelahnya.

Megumi orangnya juga baik, sebelum Aku menjadi pacarnya, Dia selalu membantu dan menolong guru-guru yang sedang kesulitan membawa buku-buku. Dan juga sering membantuku disaat sedang kesulitan mengerjakan Ujian. Dengan susah payah, Dia terus melemparkan jawabannya kearahku, melalui kertas yang disobek kecil-kecil.

Kami berdua terus berjalan sambil berdekatan, hanya berdekatan. dan taklama kemudian Kami berdua telah sampai didepan Ruang DG.

Aku baru mengingatnya sekarang, kalau Megumi sebelumnya tidak pernah sekalipun menginjakkan selangkah kakinya memasuki Ruang DG. Dari Aku mulai mengenal dirinya, Aku sama sekali tidak pernah melihat ataupun dirinya yang bercerita tentang Guru-guru ataupun Itu, sama sekali tidak pernah kulihat dan tidak pernah kudengar darinya.

Aku tahu Megumi adalah Siswi teladan di Sekolah ini, tapi, tidak mungkin kalau Megumi sendiri tidak menyadari akan hal itu. Setiap Aku berjalan melewati Ruang DG untuk menuju Ruang Klub, tanpa sengaja Aku mendengar para Guru sedang membicarakan tentang Siswi teladan Tahun kemarin. Siswi teladan yang mereka bicarakan tersebut, salah satunya adalah ... Megumi.

Karena hal itu saja, sudah membuatku tidak enak kepada Megumi. Takutnya Dia memiliki alasan tersendiri tidak pernah memasuki Ruang DG tersebut. 

Sebelum memasuki Ruang DG, Aku bertanya padanya, Apakah dia tidak keberatan.

"... Megumi?" Aku memanggilnya terlebih dahulu, karena Aku melihat dirinya daritadi dalam keadaan diam.

"Iya, ada apa?" Megumi pun langsung menjawabku, sembari tersenyum halus kearahku.

"E—Eee... Itu," aku terdiam dan menjadi kaku.

Setelah melihat dirinya tersenyum halus seperti itu, Aku langsung terpaku dan hampir lupa dengan apa yang ingin kukatakan tadi. Lalu Megumi menatapku lebih dekat didepan pintu Ruang DG. Tatapan itu seperti menunjukkan keingintahuan terhadap diriku. Spontan Aku langsung menanyakannya apa yang hendak kutanyakan tadi padanya.

"I—Itu, Apa kau tidak masalah? ... jika kau juga ikut bersamaku masuk kedalam." Aku bertanya sembari menggaruk-garuk kepala karena bingung.

Setelah mendengarkan pertanyaanku tadi padanya, Megumi perlahan menggelengkan kepalanya kekanan kekiri.

Aku berpikir sejenak tentang apa jawaban yang akan Dia berikan, apa Megumi bakal menyangkal pertanyaanku?

"Hm.. bukan begitu," lalu setelah berhenti, Dia menjawabnya begini. 

"Selama kamu tetap ada didekatku, itu sama sekali tidak akan menjadi masalah."

Dan kali ini, Aku terpaku dengan perkataannya barusan. Ini mengingatkanku kepada sebuah kutipan kalimat dari Light Novel yang menjadi inspirasiku selama ini, Kalimat tersebut berisikan kata-kata seperti ini.

Masalah tidak akan menjadi masalah, jika tidak dipermasalahkan. 

Kata-kata itu sangat berarti bagiku, dan juga menginspirasi. Kalimat itu kujadikan sebagai contoh. Lalu Aku membuatnya dalam bentuk kesimpulan, dengan kalimatku sendiri mengenai hal itu.

Selama masalah tidak dipermasalahkan, maka semuanya akan baik-baik saja.

"Megumi..." sembari menyebut namanya, Aku tersenyum mengarah padanya. Lalu taklama setelah itu Aku mengajaknya masuk.

"Bagaimana kalau kita masuk sekarang?" Tanyaku ke Megumi dan Dia langsung merespon nya.

"Ayo."

Kemudian aku mengetuk pintu ruangan itu, yang terdengar sepi. Sesekali aku mengucapkan kata salam setiap tiga kali ketukan.

"Permisi..." ucapku sopan.

Megumi terlihat ragu tidak adanya satupun guru yang menjawab aku. Lalu Megumi seperti teringat sesuatu dan mengatakan hal itu padaku. Sedari aku sudah mengetuk pintu hingga 12 kali.

"Kalau tidak salah, dewan guru sedang mengadakan rapat... mendadak bukan?" Kata Megumi yang merendahkan nadanya.

"Oh, aku benar-benar lupa akan hal itu." Seketika ketukan itu terhenti.

"Bagaimana..." Megumi kembali memikirkan sesuatu. 

Lalu melanjutkannya, "... kita langsung pulang saja, kurasa nanti penjaga sekolah juga akan menguncinya."

Apa yang dikatakan Megumi itu ada benarnya juga. Penjaga sekolah atau satpam tentu tugasnya adalah menjaga keamanan area sekolah. Salah satu dari tugas satpam itu sendiri adalah, memeriksa keadaan di setiap ruangan. Jika ada ruangan yang tidak terkunci atau masih ada orang yang terkunci di dalamnya, maka satpam tersebut akan segera memulai tugasnya.

Aku juga merasa tidak nyaman kalau memasuki ruang guru tanpa seizin sensei.

Alasan aku mengatakan, 'masih ada orang yang terkunci di dalamnya.' Itu karena terkadang ada saja murid yang masih tertiduran di saat jam terakhir. Kebiasaan anak-anak murid lainnya kalau ada melihat teman nya sendiri tertiduran didalam kelas, mereka akan berbuat hal yang membuat orang itu menyesali perbuatannya sendiri.

Yang dilakukan mereka itu tidaklah salah demi menyadarkan orang lain, tapi apakah pantas sebagai seorang teman melakukan hal seperti itu pada temannya sendiri? Aku masih belum menemukan jawabannya, karena aku sendiri adalah orang yang Anti-sosial. Itu dimulai semenjak aku sudah memiliki seseorang, yaitu Sakurasawa Megumi.

"Kamu benar juga, ayo mari kita makan seblak." Jawabku semangat sembari mengangkat mengepalkan tangan kanan ku, yang bertujuan untuk menghibur Megumi.

"Yeee..." senyuman nya terlihat begitu menyenangkan. 

"Baiklah, ayo pergi sekarang." Megumi mengatakan itu.

Kami berdua pun segera meninggalkan sekolahan. Rencana makan seblak bersama Megumi tadi pun agak tertunda, hanya karena pintu kelas aku yang tidak terkunci. Dan juga debat antara Megumi dengan Meguri tadi.

Awalnya Megumi terlihat tidak begitu senang. Tetapi setelah kami berdua memutuskan untuk pergi sekarang, Megumi terlihat begitu sangat senang dan terus mendorong-dorong ku setiap kali aku berjalan.

Seperti... Megumi sangat menantikan nya.

x   x   x

MASIH BERLANJUT BRO!