webnovel

Suka ?

Kedua alis Charlie terangkat ketika menangkap sosok sahabat baiknya sedang berjalan sambil tertawa bersama seorang pria tampan yang tadi siang sempat ia marahi. Charlie tersenyum bingung. Sejak kapan Arumi dan Leon bisa sedekat itu ?

"Terima kasih sudah mengantarku, Leon !" Ucap Arumi sambil menyampirkan helai rambut yang menutupi sebagian wajah cantiknya.

"Sama-sama. Jangan sungkan pada teman sendiri." Balas Leon dengan mata mengerling menggoda.

Charlie berlari kecil menghampiri Arumi dan Leon. Sudah terlalu penasaran tentang cara mereka menjadi akrab dan mengabaikan niat awalnya yang hanya sekedar mengintip.

"Aru ! Kamu darimana saja ?" Sergah Charlie sambil memeluk Arumi dari belakang. Matanya sesekali mencuri pandang pada wajah tampan Leon yang terlihat sangat sempurna. Tak lupa, hal yang sama juga ia lakukan pada sahabatnya sendiri. Apa jangan-jangan mereka terlibat percintaan satu malam ? Itu bisa saja terjadi mengingat ini adalah negara Prancis. Salah satu negara dengan tingkat pergaulan bebas yang sudah di anggap biasa.

Arumi melepaskan kedua tangan Charlie yang memeluk erat pinggangnya dari belakang. Sedikit merasa canggung karena ada seorang lelaki gagah di hadapannya yang begitu serius memperhatikan.

"Kan sudah ku bilang habis jalan-jalan !" Jawab Arumi tidak berbohong.

Charlie mendesah samar. Ia juga tahu kalau Arumi habis jalan-jalan karena memang sahabat baiknya itu berpamitan begitu sebelum pergi. Yang Charlie maksud adalah dari tempat mana dan kenapa bisa bersama Leon. Sayangnya, Arumi sepertinya belum menangkap kode halus yang Charlie lontarkan.

"Bagaimana anda bisa bersama teman baik saya, Mr. Wellington ?" Akan lebih baik jika Charlie bertanya lansung pada Leon di banding Arumi.

"Tadi di pantai kami tidak sengaja bertemu dan akhirnya berkeliling bersama sebentar ." Terang Leon dengan senyumnya yang khas dan bola mata yang hanya fokus pada perempuan Asia yang berdiri di hadapannya.

"Lalu ?" Alis Charlie kembali terangkat dan melirik penuh selidik pada sahabatnya yang hanya terdiam kaku di sampingnya.

"Aku mengantarnya kembali ke sini. Itu saja. Iya kan, Arumi ?"

"Iya, Leon benar !" Angguk Arumi membenarkan.

Charlie tidak bisa berkata apa-apa lagi. Tampak sekali bahwa kedua orang ini sedang menyembunyikan sesuatu darinya. Sangat jelas dari tatapan mata keduanya yang tidak pernah ingin saling melepas satu sama lain sejak tadi.

"Kalau begitu, terima kasih banyak Mr. Wellington."

"Panggil aku Leon saja. Dan berhenti bersikap formal jika berbicara denganku !"

"Baiklah. Leon !"

"Kalau begitu aku pergi dulu. Selamat malam !"

Leon akhirnya memilih berbalik badan dan beranjak pergi meninggalkan Arumi dan Charlie yang masih terus saja melambai padanya. Pria berusia 25 tahun itu bersiul kecil menuju resortnya sendiri yang letaknya tidak begitu jauh dari resort kediaman keluarga Aldric.

"Jadi, katakan apa yang terjadi antara kau dan Leon ?" Selidik Charlie penasaran.

"Tidak ada. Dia hanya mengajakku berteman dan aku menerimanya." Jawab Arumi yang sedang fokus memakai serum wajah di depan meja rias.

Charlie yang tidak mau terima begitu saja pengakuan Arumi menghampiri perempuan itu dan berdiri di belakang Arumi dengan tangan bersedekap. Mata birunya menatap pantulan wajah Arumi dari cermin rias di hadapan mereka.

"Apa kau yakin bahwa tidak ada apapun lagi yang terjadi selain itu ?"

"Tentu saja. Memangnya apa lagi yang akan terjadi ?"

Kembali Charlie menghela napas dan duduk di dekat Arumi. Kedua tangannya meraih kedua bahu Arumi dan memaksa sahabatnya itu memiringkan tubuh menghadap padanya.

"Dengar Aru ! Aku tidak pernah percaya ada hubungan pertemanan antara seorang lelaki dan seorang perempuan. Itu mustahil. Hanya akan ada perasaan suka dan aku yakin bahwa Leon pasti memiliki perasaan itu terhadapmu."

Arumi terkekeh kecil lalu melepas kedua tangan Charlie dari bahunya.

"Jangan berpikir berlebihan, Char ! Aku yakin Leon tidak memiliki perasaan apapun terhadapku. Dan hubungan kami ini hanya sebatas pertemanan biasa, tidak lebih."

"Bagaimana denganmu ? Apa kau tidak memiliki perasaan apapun pada Leon ?"

Pertanyaan itu sontak mengundang tawa Arumi. Perempuan cantik itu bahkan memegangi perutnya karena sakit akibat terlalu keras tertawa.

"Jangan bercanda ! Mana mungkin Char ! Aku juga cukup tahu diri jika berniat menyukai seseorang. Leon itu terlalu jauh dari tipeku. Lagipula, aku belum siap untuk membuka hati untuk lelaki manapun saat ini."

Bibir Charlie langsung mengerucut sebal mendengarkan kalimat Arumi. Bagaimana bisa seorang Leon Wyatt Wellington tidak masuk dalam kriteria Arumi ? Aish ! Charlie yakin bahwa sahabat karibnya itu pasti sudah terkena guna-guna Irgi selama mereka menikah hingga ketika mereka berpisah, Arumi masih sulit untuk melupakannya.

Sementara di resort pribadi milik keluarga besar Wellington, Leon yang baru saja datang langsung menghampiri Zack, salah satu sahabat baiknya yang ia bawa berlibur bersama ke pulau Moorea yang sedang berada di dapur. Leon duduk di kursi pantry dan mengambil satu buah apel di keranjang buah yang ada di hadapannya. Apel itu ia mainkan dengan di lempar ke atas beberapa kali hingga akhirnya berakhir dengan gigitan besar di permukaannya.

"Sepertinya kau habis menemukan sesuatu yang menarik selama jalan-jalan singkatmu tadi." Tebak Zack kala melihat senyum sumringah Leon yang tak mau pudar dari wajah tampannya sejak tadi.

"Menurutmu begitu ?"

"Tentu saja. Apa aku salah ?" Tangan Zack bergerak membuka pintu kulkas dan mengeluarkan sekotak jus jeruk dari sana dan menuangnya ke dalam gelas. "Kau mau ?" Tanyanya menawari Leon.

"Tidak usah. Untukmu saja." Geleng Leon menolak. Makan sebuah apel sudah cukup baginya dan enggan menambahnya dengan jus jeruk lagi.

"Kau bertemu dengan perempuan yang di resort depan, ya ?" Zack tersenyum menerka sambil meminum jusnya.

"Begitulah. Aku tadi tidak sengaja bertemu dengannya saat sedang di pantai." Leon sama sekali tidak bisa menyembunyikan raut wajah bahagia ketika mengingat kejadian kecil yang baru saja ia alami bersama Arumi. Sebelum mengantar perempuan Asia itu kembali, mereka berdua sempat berjalan di pinggir pantai sambil sesekali saling menjahili dengan memercikkan air ke tubuh masing-masing. Ada sesuatu dari senyum Arumi yang membuat Leon merasa ingin melihatnya lagi dan lagi. Perempuan itu terasa berbeda dari wanita lain yang selama ini mendekatinya.

"Jangan bilang kau tertarik pada perempuan Asia itu."

"Memangnya kenapa ?"

Zack langsung tersedak jus yang tadi di minumnya. Jangan bilang bahwa Leon berniat memacari perempuan itu dan menjadikannya selingkuhan seperti gadis-gadis lain sebelumnya.

"Kau sudah punya Jane, Leon ! Apa kau tega mempermainkannya ?"

"Santai, Zack ! Bukankah ini bukan yang pertama kali aku selingkuh ? Toh, Jane juga melakukan hal yang sama."

"Tapi, perempuan asia itu sepertinya gadis baik-baik. Aku tidak tega jika kau harus menyakiti gadis seperti dia."

"Tenang saja ! Itu urusan belakangan. Lagian bukan salahku jika nantinya dia jatuh cinta dan tersakiti sendiri karena ulahnya"

"Lalu bagaimana dengan Jane ?"

"Aku tidak peduli. Dia saja bebas dengan siapa pun, lantas kenapa aku tidak ?"

"Kau br*ngsek Leon !"

"Tidak lebih br*ngsek darimu !"

Leon menyeringai lalu pergi meninggalkan Zack yang masih tidak percaya dengan obsesi gilanya. Zack sangat tahu bagaimana sifat Leon. Sahabat karibnya sejak kecil itu sudah bertunangan dengan putri sahabat dekat ayahnya yang bernama Jane Claire Savich. Namun, meski keduanya sudah di jodohkan, baik Jane maupun Leon memiliki kebiasaan yang sama yaitu suka berselingkuh namun tidak pernah merasa cemburu satu sama lain. Mungkin saja karena keduanya memang tak saling cinta. Atau bisa saja karena mereka memang gila.