webnovel

SELIN—DION

Selina Lawang, gadis berusia 27 tahun. Sederhana, ramah dan periang, tapi siapa yang menyangka jika dibalik sikapnya itu ia adalah gadis berhati dingin dan tak tersentuh. Masa lalu serta penghianatan yang ia terima yang merubahnya seperti sekarang ini. Ia tidak lagi memberikan kepercayaannya kepada orang lain terlebih percaya pada kata cinta, seolah dia telah menutup rapat hatinya dan membuang segala perasaannya. Selama lima tahun ini, Selin- sapaannya, hanya memfokuskan hidupnya pada karir. Selin bekerja disalah satu hotel terbesar di negara Ini. Ia menjabat sebagai manager marketing yang dikenal sangat teliti dalam pekerjaannya. Selin mulai hidup mandiri dan tinggal terpisah dengan orang tuanya sejak ia mulai kerja dan hanya pulang kerumah sebulan sekali bahkan sejak ia naik jabatan waktu berkumpulnya dengan keluarga menjadi sangat sedikit karena alasan sibuk dan sebagainya. Orang tuanya pun memaklumi hal tersebut karena mereka tau pasti penyebab putrinya berubah menjadi seperti ini. Mereka sangat memahami Selin, gadis itu hanya menjadikan pekerjaannya ini sebagai pengalihannya dari rasa sakit yang iya alami. Berusaha menyibukan diri agar ia tidak memiliki waktu untuk memikirkan masa lalunya.

Yustieyuss · General
Not enough ratings
48 Chs

34. Perasaan Sesak

Mama Sophia yang melihat sikap putrinya itu kemudian menghampiri Selin dan meraih tangannya.

"Sayang" panggil Sang mama pada Selin. Selin memandang kearah mamanya dengan tatapan seakan mempertanyakan semua sikap yang baru saja ia tunjukan pada Raka dan Mama Sophia sangan memahami tatapan sang putri.

"Ada beberapa hal yang tidak kamu ketahui" ucap Mama Sophia To the point "Dan mama rasa sudah saatnya kamu harus mengetahui hal tersebut agar kamu bisa memulai hidup barumu." Sambungnya sambil mengalihkan pandangannya ke arah Raka, Selin juga mengikuti arah pandangan mamanya dan menatap lurus pada Raka sebelum kembali menatap sang mama dengan pandangan bertanya-tanya.

"Dan Raka, kamu yang harus menjelaskan hal tersebut" lanjut Mama Sophia dengan nada memerintah, Raka hanya menganggukkan kepalanya mengiyakan walaupun ia merasa berat untuk menjelaskan hal yang dimaksud oleh Mama Sophia

Selin menatap bingung pada mamanya dan Raka secara bergantian, sebenarnya hal apa yang tidak ia ketahui selama ini? Dan apa hubungannya dengan mantan kekasihnya itu? Tanya Selin dalam hati.

"Hal apa yang harus Selin ketahui?" tanya Selin setelah kembali menguasai dirinya. "Apa yang selama ini kalian tutupi dari ku?"

"Raka yang akan menjelaskan semuanya, karna dia yang lebih tahu semuanya" jawab Mama Sophia pada sang putri. Mama Sophia berharap, dengan Selin mengetahui apa yang terjadi sebenarnya, putrinya itu bisa melupakan sakit hati dan kecewanya pada Raka.

Dion dan Mama Ina masih terdiam di tempatnya, mereka tidak tahu harus bereaksi seperti apa dengan keberadaan Raka yang tak terduga ditengah-tengah mereka.

Mereka juga tidak tahu tentang masalah apa yang sebenarnya terjadi diantara Selin dan Raka, mereka hanya mengetahui bahwa Lelaki bernama Raka itu adalah lelaki yang telah menorehkan luka pada hati Selin dengan meninggalkan Selin ditengah-tengah persiapan pertunangan mereka tanpa kejelasan apa pun.

Tetapi setelah melihat perlakuan Mama Sophia pada Raka yang terkesan hangat, mereka menjadi sanksi dengan opini mereka.

Bukankah seharusnya Mama Sophia tidak bersikap hangat seperti itu setelah putri semata wayangnya ditinggalkan oleh lelaki itu tanpa kejelasan? Pikir Dion.

"Hal apa yang sebenarnya kalian tutupi dariku?" tanya Selin lagi dengan suara sedikit meninggi dengan mata yang sudah berkaca-kaca setelah tidak mendapatkan jawaban apa pun. "Ma... jawab Ma... apa yang sebenarnya kalian tutupi dariku?" ucap Selin lagi dengan nada yang terdengar memohon. Sungguh, menjadi tidak tahu itu sangat menyakitkan. Tanpa bisa Selin dicegah lagi, air matanya telah mengalir dengan derasnya, bahkan isakannya kini pun telah terdengar oleh orang-orang yang berada ditempat tersebut.

Melihat Selin yang telah terisak dengan hebatnya sambil menepuk dadanya yang terasa sesak, Raka refleks berjalan menghampiri Selin berniat meraihnya, tetapi dengan sigap Dion mendahului Raka dengan menarik Selin dalam pelukannya. Ia mendekap Selin dengan erat sambil mengusap pelan punggung Selin untuk menenangkannya.

Raka menatap dengan pandangan nanar pada pasangan yang sedang berpelukan didepannya itu, ada belati tak kasat mata yang terasa tiba-tiba menikam jantungnya hingga menimbulkan perasaan sesak dan sakit yang luar biasa menyakitkan.

Seandainya saja dulu ia tidak meninggalkan Selin, seandainya ia lebih memilih egonya tanpa memikirkan perasaan orang lain, pasti saat ini ia yang berada diposisi Dion dan memeluk Selin dengan begitu erat.

Tetapi itu semua tidak ia lakukan, ia lebih memilih menanggung penderitaan, rasa sakit serta kebencian Selin seorang diri. Ia lebih memilih mengorbankan dirinya demi bisa melihat Selin bahagia. Ya... sebesar itulah Raka mencintai Selin, ia merelakan kebahagiaannya demi melihat Selin tersenyum bahagia dengan keluarganya kelak. Dan sebentar lagi impian Raka akan segera terwujud dengan pernikahan antara Selin dan Dion.

Selin menangis dalam pelukan Dion tanpa suara, hanya isakannya saja yang sesekali terdengar, namun hal itu justru membuat hati siapa saja yang mendengar isakan tersebut menjadi iba.

Setelah beberapa saat, Selin melepaskan diri dari pelukan Dion setelah ia berhasil menenangkan dirinya. Selin menghela napas pelan berusaha mengontrol perasaannya. Ia menatap lurus ke arah Raka yang berdiri tak jauh dari posisinya saat ini. Sekali lagi Selin menghela napas pelan.

"Aku mau kamu menjelaskan SEMUANYA, apa pun itu yang selama ini kalian sembunyikan dari ku" ucap Selin tegas masih menatap lurus pada Raka sambil menekankan kata SEMUANYA untuk menegaskan kalau ia menginginkan penjelasan secara menyeluruh tanpa ada yang di tutup-tutupi.

Raka tidak langsung menjawab ucapan Selin, ia malah menoleh kearah Mama Sophia untuk meminta pendapat, Mama Sophia yang menyadari bahwa Raka sedang menatap kearahnya membalas tatapan Raka sambil mengangguk kecil dan tersenyum hangat pada Raka. Mama Sophia meyakinkan Raka dengan tatapan teduhnya.

"Selin berhak mengetahui segalanya, Mama juga tidak ingin kamu terus-terusan menerima kebencian yang salah dari ketidaktahuan Selin" ucap Mama Sophia "Kamu sudah banyak berkorban demi dia, dan Mama tidak ingin kamu lebih sakit dengan kebencian Selin" sambungnya.

Raka mengangguk setelah mendengar ucapan Mama Sophia. Mama Sophia benar, Selin berhak mengetahui segala sesuatu yang selama ini mereka tutup, ia juga berharap semoga setelah Selin mengetahui segalanya, ia bisa melanjutkan hidupnya dengan damai tanpa ada perasaan benci sedikit pun dalam hatinya.

"Sayang, sebaiknya kamu mengganti pakaian mu dulu. Kalian mungkin membutuhkan waktu untuk bicara berdua" ucap Mama Sophia menghampiri sang putri. Selin hanya mengangguk menuruti perkataan mamanya dan berjalan kembali kearah Fitting Room untuk mengganti pakaiannya.

"Kamu juga Dion, sebaiknya ganti pakaian mu juga" kali ini Mama Ina yang bersuara menyuruh Dion juga mengganti pakaiannya. Dion juga langsung menuruti perkataan sang mama dan segera menyusul Selin kedalam Fitting Room. Mama Sophia menatap ke arah calon besannya itu dengan tatapan meminta maaf, ia merasa tidak enak dengan situasi yang baru saja terjadi.

"Jeng... aku minta maaf dengan situasi yang terjadi saat ini" ucap Mama Sophia dengan nada yang terdengar sangat menyesal.

"Tidak apa-apa, lebih baik begini. Mereka harus menyelesaikan segala permasalahan mereka uang belum tuntas dimasa lalu agar tidak terjadi hal yang tidak kita inginkan dimasa depan" ucap Mama Ina memaklumi. Walaupun ia juga sangat penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi, tetapi ia menahan dirinya untuk tidak bertanya yang macam-macam.

"Terima kasih" ucap Mama Sophia tulus, ia sangat bersyukur bisa memiliki calon besan sebaik Mama Ina ini.

Sedangkan Raka menoleh kearah belakang dimana Annisa berdiri, ia menghampiri wanita tersebut dengan tatapan menyesal "Maaf, aku tidak bisa mengantar mu pulang. Kamu bisa pulang sendirikan?" ucap Raka.

"Kamu tenang saja, aku bisa pulang sendiri kok. Take your time, jelaskan semuanya pada gadis itu supaya kamu juga bisa memulai hidupmu dengan tenang tanpa beban sedikit pun yang tersisa" Jawab Annisa sambil tersenyum menenangkan. Annisa telah menganggap Raka sebagai adiknya sendiri, dan ia tidak ingin kalau sampai Raka menjalani hidupnya dengan terus-menerus menanggung kebencian yang salah dari gadis yang ia cintai.

Selin keluar dari Fitting Room dengan pakaian yang sudah ia ganti dengan pakaian yang semula ia kenakan saat datang ke butik tersebut dan disusul oleh Dion tak lala setelahnya.

"Dion, kamu mau kan mengantar kami pulang?" tanya Mama Sophia pada Dion. Ia melakukan hal tersebut untuk memberi waktu berdua antara Selin dan Raka untuk bicara. Mereka harus bicara empat mata tanpa ada gangguan dari pihak ketiga, bahkan itu oleh Dion, calon suami Selin sekalipun.

Dion yang mengerti kode dari calon mama mertuanya itu langsung menurutinya. "Baik Mah, Dion bakalan mengantar kalian pulang" ucap Dion " Sayang, aku antar Mama pulang dulu yah, aku akan menelpon mu nanti" pamit Dion pada Selin yang hanya di angguki oleh Selin sebagai jawaban. Ia sempat mengecup kening Selin sebelum berjalan menuju pintu keluar menyusul kedua mamanya yang sudah lebih dulu berjalan keluar.

"Kalau begitu, aku juga pamit" ucap Annisa yang juga hendak meninggalkan mereka berdua.

"Hati-hati, sampaikan salamku pada Amira" jawab Raka.

Kini hanya tersisa Selin dan Raka ditempat tersebut " kita cari tempat yang nyaman untuk bicara" ucap Selin sambil berjalan melewati Raka menuju pintu keluar untuk mencari tempat yang pas untuk mereka bicara.