webnovel

Selenophile.

10 tahun sekali akan terjadi peristiwa bulan emas peristiwa itu tentunya tidak diketahui oleh orang-orang biasa, bulan emas hanya bisa terlihat oleh orang-orang yang terpilih dan mereka harus merahasiakan peristiwa itu, jika tidak maka sesuatu yang besar akan terjadi dan orang yang dipilih oleh orang terpilihlah yang akan terkena dampaknya.

Avench_Vinchi · Fantasy
Not enough ratings
4 Chs

dua

Karena ini sudah di luar nalar manusia, Charlotte sangat teramat yakin kemarin ia keluar dari kamarnya bukan study tour ketempat untuk syuting film kerajaan.

.

.

.

.

.

.

.

"Kau yang datang ketempat ini mengapa kau yang bertanya?" ujar pria itu heran

"Kayanya lo salah paham deh, gue abis buka pintu kamar gue terus gue kejebak disini" jelas Charlotte singkat.

Pria itu tersenyum mengerikan, sampai membuat udara di sekitar Charlotte menjadi dingin.

"Kau pikir aku percaya dengan ucapanmu nona?" ucap pria itu dengan senyuman mengejeknya.

"Bukan urusan gue lo percaya atau engga juga, minggir gue mau balik" ujar Charlotte dengan nada datarnya.

"Kau tidak bisa kembali begitu saja nona, kau bahkan berani menyusup istana dan kau tidak akan kembali dengan mudah"

"Anjing, Gue gak nyusup bangsat gue berani sumpah kemaren gue ada di ruangan yang gak gue tau" maki Charlotte kesal.

Setelah mengucapkan itu, Charlotte di bentak oleh salah satu pengawal orang itu.

"Beraninya kau berbicara kepada pangeran, Dimana rasa hormat mu!"

Charlotte menaikan satu alisnya tanda menantang. Memangnya siapa pria itu harus di hormati?

"Dipikir bendera kali, pake hormat segala gue lagi gak upacara kali" gumam Charlotte yang masih terdengar samar-samar di telinga pria itu.

"Berbicara dan memaki lah dengan jelas. Apa sekarang kau sudah takut dengan gelar ku sebagai pangeran?" tanya pria itu meremehkan.

Ingin rasanya Charlotte menyumpal mulut berisik pria itu dengan sampah.

"Emangnya lo siapa harus gue hormatin, presiden bukan pahlawan juga bukan orangtua juga bukan temen pun bukan kenal aja engga"

'Plak'

Satu tamparan mendarat di pipi Charlotte, tamparan tersebut berasal dari pengawal pria tersebut.

Charlotte terkejut sampai tidak bisa mengucapkan atau mendengar apapun karena terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri.

Tes!

Setitik air terjun dari mata Charlotte. Ingatan yang sudah ia kubur dalam-dalam terlintas dikepala Charlotte bagaikan vidio yang diputar berulang-ulang.

"Hei! Kau tak apa?" suara samar itu menyadarkan Charlotte.

Pria itu memanggil Charlotte dengan menepuk pundaknya berkali-kali.

Charlotte segera menyingkirkan tangan pria itu, dan menghapus air matanya dengan kasar.

Pandangannya beralih kearah pengawal yang menamparnya tadi, terdapat kilat marah dan benci di dalam matanya.

Tangannya mengepal dengan kuat untuk meredahkan rasa marahnya.

Namun tanpa bisa Charlotte tahan, ia turun dari kasurnya dan mengampiri pengawal itu kemudian Charlotte menampar pengawal itu 5 kali lebih keras dari tamparan yang Charlotte dapatkan hingga sudut bibir pengawal itu berdarah dan tangannya sendiri pun memerah.

"Apa yang kau lakukan!" teriak pria itu ketika pengawalnya di tampar oleh Charlotte.

Pria itu tidak percaya dengan apa yang dilihatnya bagaimana mungkin seorang perempuan bisa menampar pengawalnya hingga terluka.

"Dimana rasa sopan lo sama orang lain hah!" bentak Charlotte kepada pengawal itu, dan mengabaikan perkataan pria itu.

Charlotte memang tidak memberikan hormat kepada pria itu tapi ia mencoba bersikap sopan daritadi, dan yang membuat Charlotte berkata kasar karena pria itu yang memancing.

"Kau!" geram pengawal itu.

Namun tidak dilanjutkan karena tatapan Charlotte menyeramkan dan ada aura permusuhan yang sangat kuat.

👻👻👻

Setelah pedebatan dikamar itu, Charlotte dibawa aula istana untuk melaksanakan sidang.

Karena berita munculnya perempuan diruang pesta sudah menyebar diseluruh istana bahkan sudah sampai ketelinga raja.

Disinilah Charlotte sekarang berada di tengah-tengah aula dengan wajah yang di tekuk.

"YANG MULIA RAJA DAN RATU MEMASUKI RUANGAN!" teriak seorang pengawal yang bertugas menjaga pintu.

Kemudian masuklah pria dan wanita paruh baya, yang pria terlihat berwibawa dan tegas kerutan-kerutan tipis di wajahnya tak mengurangi ketampanan pria itu.

Dan yang perempuan terlihat cara berjalannya sangat angun dan wajahnya sangat cantik bak dewi.

"Huft...salah apa sih gue?" keluh Charlotte dalam hati.

Di tengah-tengah ruangan ada Charlotte yang sedang meratapi nasibnya, di depan Charlotte kira-kira berjarak 10 meter ada 2 kursi besar yang disediakan untuk raja dan ratu.

Disamping kanan kursi raja ada putra mahkota dan pria yang Charlotte temui tadi yang ternyata adalah pangeran kedua, disamping kiri ada penasehat raja, dan seorang cenayang yang akan menyatakan perkataan sang tersangka jujur atau tidak.

Pangkat-pangkat itu sudah tertulis di kursi masing-masing maka dari itu Charlotte tahu.

"Tuhan Charlotte sebenernya ada dimana" batin Charlotte meringis.

Charlotte melihat raja dan ratu itu sudah menepati kursinya.

Charlotte terus meremas ujung roknya untuk menenangkan diri sendiri.

Perasaan Charlotte sudah campur aduk sekarang, rasanya semua oksigen diruangan ini menipis dan membuat Charlotte kehabisan nafasnya.

"SIDANG DIMULAI" teriak seorang pengawal.

Kemudian suasana pun semakin tegang dan udara mulai semakin dingin.

"Baiklah kita akan memulai sidangnya" ucap sang raja dengan suara beratnya.

Oke, sekarang siapapun tolong ajarkan Charlotte caranya bernafas dengan benar.

Charlotte bukan sedang ketakutan karena dia salah tapi dia tidak pernah menghadapi hal seperti ini sebelumnya.

"Anggap aja lo lagi olimpiade Char gausah tegang toh lo juga gak bakalan salahkan oke oke tenang Charlotte tenang, tarik nafas buang, tarik nafas buang lo bakal jadi pemenang disidang ini dan lo gak mungkin kalah huh....." batin Charlotte menenangkan dirinya sendiri.

"Jelaskan darimana asalmu anak muda?" pertanyaan pertama yang diajukan oleh raja terdengar membingungkan untuk orang-orang yang hadir disana.

"Saya berasal dari Indonesia, tepatnya jakarta" jawab Charlotte yang sudah berhasil tenang dengan dirinya sendiri.

"Indonesia? Jakarta? Pemukiman apa itu?" tanya raja itu lagi.

Charlotte kaget dengan pertanyaan itu. Apa dia bilang? Pemukiman, astaga apakah mereka tidak pernah sekolah?

"Indonesia itu negara dan Jakarta adalah ibukotanya bukan pemukiman" jelas Charlotte singkat karena malas untuk mejelaskan lebih detail dan terlebih mereka tidak akan mengerti.

"Penasehat, apakah ada negara dan kota dengan nama itu?" karena yang raja itu tau tidak pernah ada negara bernama Indonesia dan kota bernama Jakarta.

"Hamba menjawab Yang Mulia, hamba belum pernah mendengarnya" jawab sang penasehat itu.

"Cenayang, apakah anak muda itu sedang berbohong?"

"Hamba menjawab Yang Mulia, sepertinya anak muda itu tidak berbohong Yang Mulia"

"Yang tegas cenayang Neva" peringat raja.

"Tidak Yang Mulia" jawab cenayang Neva kali ini dengan tegas.

"Baiklah, pertanyaan selanjutnya..."

BERSAMBUNG.....